Hukuman ( Sc:18 )

16 3 3
                                    

  Fahri terhenyak, saat melihat darah yang mengalir di kepala Utay. Ia lepaskan cengkraman kasarnya.
Yang membuat Fahri lebih tercengang lagi, ia melihat Rendi  menenteng sepotong kayu, yang tadi dipergunakannya untuk memukul kepala Utay.

Yang membuat Fahri lebih tercengang lagi, ia melihat Rendi  menenteng sepotong kayu, yang tadi dipergunakannya untuk memukul kepala Utay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Tak hanya sampai disitu, Galih dan Aris juga tiba-tiba datang dan menyerang ANTERLED secara membabi buta. Bagas yang sedari tadi menahan Candy, lantas melepaskannya begitu saja. Ketika ia melihat ketua genk nya terkulai lemah, bersimbah darah. Ia langsung  menghampiri Utay yang tergeletak lemah dengan darah yang tiada henti mengalir di kepalanya.

  "Heh, lo gak kenapa-napa..??" Bagas menopang kepala Utay dengan lengannya. Baju birunya yang semula bersih, kini telah ternodai dengan bercak darah.

  "Gue bakal balas perbuatan mereka. Ahhh," gumam Utay sembari menahan rasa sakit di kepalanya.

  Melihat teman-temannya bertarung, Fahri tak tinggal diam. Ia lantas membantu temannya melawan ANTERLED, terutama Erik. Setelah mendengar cerita Candy, mengenai kakaknya yang dibunuh Erik. Fahri langsung melampiaskan kemarahan nya pada Erik, saat itu juga. Ia memukul Erik tanpa rasa ampun. Hingga Erik sendiri yang berlari kabur menghindari serangan Fahri, yang sudah seperti orang kesetanan.

  Sementara dibelakang pohon, Candy kotar-katir mencari ide, bagaimana caranya untuk menyelesaikan pertengkaran itu.
"Ayo dong, Candy, mikir.!!" Candy merutuki dirinya sendiri.

  Tahuuu... Bulatt... Digoreng...
Di mobil... Dina kaateeelll...

  Ditengah kebingungan yang melanda,  Candy mendengar suara dari mobil tahu bulat, yang begitu nyaring di telinganya. "Ihh, itu tukang tahu bulat gak tau situasi banget. Ini warga pada kemana lagi. Kalau lagi dibutuhkan kayak sekarang, suka gak ada."

  Suara dari mobil tahu bulat tersebut semakin dekat. Dan, benar saja, mobil itu sudah berada tak jauh dari Candy. "Ya ampun Candyy. Kok gak kepikiran sihh." Candy menepuk jidatnya pelan karna ketololan nya yang sudah akut.

  Candy berlari menghampiri mobil tahu bulat tersebut. Ia memberi negosiasi kepada pedagang tahu bulat yang wajahnya sebelas duabelas dengan Charly Setia Band.
"Mang, saya boleh pinjem toa nya ga..??"

  "Minjem..?? Hari gini minjem. Kagak salah neng..??" rupanya matre juga  si emang.

  "Saya sewa deh. 20.000 yaa..??"

  "Naikin dikit atuh, sekarang bbm kan naik."

  "Sejak kapan toa pake biaya bbm mang.? Yaudah 20.500, aja yaa..??"

  "Kira kira atuh neng kalau mau nawar teh. Masa cuma naik gope doang."

  "Yaa kan tadi suruhnya naikin dikit. Yaudah 50.000,"

  "Naah gitu dong dari tadi."

  Setelah berhasil mendapatkan toa, walau tidak ikhlas karna uangnya raib. Candy langsung memutarkan suara sirine mobil polisi dari handpone nya, pada toa tersebut. Suara yang dihasilkan lumayan keras, hingga dapat terdengar oleh manusia- manusia tak berakal yang tengah berkelahi itu.

180 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang