Pergi ( Sc:40 )

7 0 0
                                    

  Suara isak tangis terdengar memilukan di depan ruang IGD. Seorang pemuda tak hentinya berdiri mondar-mandir menanti pintu terbuka.

  "Bagaimana kalau Agatha tidak bisa di selamatkan."

"Mbak, El. Gak boleh ngomong gitu. Agatha pasti selamat."

  "Saya takut, Dian. Saya takut kehilangan putri saya satu-satunya."

  Fahrie menoleh pada ibunya serta ibunda dari Agatha. Ia pun merasakan kecemasan yang sama. " Ya Allah, selamatkan Agatha."

  Pintu terbuka. Muncul seorang dokter dengan keringat yang mengalir di dahinya. "Adakah yang bernama Fahri disini..??"

  Fahri lantas menghampiri dokter itu. "Saya, dok."

"Mari kedalam."

  Fahri menoleh ke belakang. Sebuah anggukan di beri oleh ibunya. Ia pun melangkahkan kakinya kedalam ruangan itu.

***

  "Sedari tadi, dia terus menanyakan anda. Coba ajak bicara dia. Barangkali akan ada keajaiban yang datang padanya."

  Fahri tertunduk lesu. Melihat Agatha tertidur lemah merupakan satu penyesalan berat baginya. "Terimakasih, dok."

  Dokter itu pun pergi meninggalkan Fahri bersama Agatha. Fahri duduk di sebelah ranjang. Tangan Agatha yang bebas infus ia pegang lalu ia kecup dengan lembut.

  "Kamu harus sembuh. Kamu kuat. Buktikan sama aku kalau kamu bisa."

  Cukup lama Fahri menunggu. Tak ada respond sedikit pun. Hingga akhirnya ia merasakan tangannya di genggam.

"Fahhhrii."

  "Agatha kamu sudah sadar..??"

  Agatha tersenyum lemah. Tangannya yang lemah ia gunakan untuk menyeka keringat Fahri. "Selama ini kamu kemana..?? Aku menunggu."

  "Maafin aku."

  "Kamu gak perlu meminta maaf. Kamu tidak salah. Seharusnya aku yang minta maaf."

  Fahri mengerutkan dahinya. "Maaf untuk apa.?"

  "Maaf karna aku telah memaksa kamu untuk jadi milik aku." Airmata jatuh berhamburan membasahi wajah Agatha.

  Tangan Fahri tergerak untuk menghapus airmata itu. "Jangan menangis Agatha. Aku janji akan mencintaimu. Aku janji takkan meninggalkanmu lagi. Tetapi kamu harus sembuh, Agatha."

  Agatha tertawa pelan. "Tidak usah berjanji Fahri. Waktuku tak lama lagi. Sekarang takkan ada yang mengekangmu. Aku takkan memaksamu lagi untuk menjadi miliku. Kau mencintai Candy, bukan?. Kejar dia Fahri. Aku yakin dia terbaik untukmu."

  Fahri memeluk tubuh Agatha. Menyalurkan segala kehangatan yang ia miliki pada gadis itu. "Jangan tinggalkan aku, Agatha."

  Agatha kembali terisak. Ia mengusap punggung Fahri lembut. "Sampai berjumpa di surga, Fahri."

  Fahri menggeleng. Ia menangis ketika merasakan genggamannya terlepas. "Agatha. Bangun. Jangan tinggalkan aku. Agathaaaa."

***

  "Bintang malam ini kok cuma sedikit yaa. Bulannya juga lagi malu-malu kambing enggak mau muncul." gumam Candy.

  Kini, ia sedang berada di teras rumahnya. Menatap langit gelap yang dihiasi sedikit bintang.

Drttt..

Ia menoleh pada ponselnya yang tergeletak di lantai. Nama 'Kunyuk  Jelek' tertera disana. "Ngapain sih si Fahri nelfon. Buang-buang pulsa aja."

180 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang