"Dy, lo mau makan apa..??"
"Dy, ada yang sakit lagi gak..??"
"Dy, udah sakit kok lo masih hidup aja, siih..??"
Kiranya seperti itulah berbagai macam pertanyaan tak bermutu yang dilemparkan sang sahabat pada Candy. Candy sontak melempar kulit pisang ke wajah Aris, saat cowok itu mengatakan kalimat yang terakhir.
"Gila,lo. Pengen gue cepet mati, hah..??"Aris berdecak, membersihkan mukanya dari kulit pisang yang dilempar Candy. "Ahh, elu, Dy. Jangan mati sekarang dong. Ntar kalo lo mati, gue mau bully siapa..??"
"Sialann.." Candy mengumpat.
Setelah tersiar kabar bahwa Candy harus menginap dirumah sakit selama...
enggak lama-lama banget siih, cuma sehari doang.
Ketiga teman lelaki Candy langsung mengkhawatirkan keberadaan dirinya. Tapi syukurlah, esoknya Candy bisa diberi izin untuk pulang.Perihal penyakitnya, Candy sudah mengetahui itu. Bagaimana pun, dokter pasti akan menjelaskan tentang apa yang ia derita. Candy syok. Begitu pula dengan Bunbun yang langsung menelfon Nek Euis---nenek Candy--- untuk nengadakan pengajian dirumah, saat mengetahui bahwa tubuh putrinya sudah terkontaminasi racun berbahaya. Sangat berlebihan sekali bukan.? Tapi itu adalah salah satu bentuk perhatian Bunbun pada Candy. Dengan begitu, Candy bisa tahu bahwa Bunbun memang selalu menyayanginya.
Seusai pulang dari rumah sakit. Teman-temannya datang ke rumah untuk menjenguk. Seperti sekarang. mereka sedang berkumpul diruang tamu yang tak seberapa luas ini. Sudah dua hari ini Candy mendekam dirumah. Rasanya bosan. Candy sudah mengatakan hal itu berulang kali pada Bunbun dan Pipo. Namun, lagi-lagi mereka mengatakan bahwa dirinya butuh istirahat. Selama dua hari ini juga Candy diperlakukan bak seorang putri istana. Semua yang biasa ia lakukan, seperti belajar musik, bermain sepatu roda, dan mengambil buah alpukat tetangga sebelah langsung dari pohonnya, kini dilarang keras oleh Bunbun. Takut nanti Candy drop lagi. Itu yang selalu Bunbun khawatirkan.
"Bun, Candy bosen niih dirumah terus. Besok sekolah yaa.." pinta Candy memelas.
Bunbun yang sedang membaca buku resep makanan, menolehkan pandangannya pada Candy yang sedang tertidur di pahanya. "Kalau besok kamu udah sehat, baru deeh, boleh sekolah." Tangan lembutnya terulur untuk membelai halus rambut Candy. Menyalurkan kasih sayang yang ia miliki pada putrinya.
"Mendadak rinduu emak." celetuk Galih tiba-tiba.
Semua tertawa. Rendi yang sedang asyik meneguk minuman soda pun sampai tersedak, dan mulutnya mengeluarkan apa yang ia minum ke wajah Galih.
"Ehh, sorry Gal. Kelepasan gue. Abisnya lu punya mulut asal cablak aja."Galih mengusap wajahnya kasar. "Disembur mulu. Nasib, nasib." gumam Galih.
***
Setelah dirasa cukup sehat. Candy kembali beraktifitas seperti biasa. Kini ia sudah mulai sekolah. Tiga hari mendekam dirumah ternyata bukan ide bagus. Lebih suntuk dan membosankan daripada jam kosong disekolah."Hai, Dy. Udah sehat..?? Gue denger lo kemarin dirawat." Tanya Gio kelas 12 IPS 2.
Wah, wah, wah. Mengapa beritanya dapat terpublikasikan..? Sumpah, deh. Teh Thor gak kasih tau apa apa ke Gio.
Candy tersenyum ramah, "Gue baik kok, Yo."
"Ya, Yo, Ya, Yo. GIO. Nama gue Gio Candy."
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...