Sinar mentari pagi, mulai menghiasi. Seorang gadis manis menguap lebar sembari meregangkan punggung nya. Ia melangkah ke kamar mandi. Membersihkan dirinya selama beberapa menit. Setelah selesai, ia langsung memakai pakaian sederhana. Karna hari ini ia libur dari rutinitas kuliahnya di ibu kota. Jadi, ia ingin menikmati hari liburnya di Bandung bersama keluarga tercinta. Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya.
"Bunbun..?? Ada apa..??" tanya Candy.
"Ayok kita sarapan. Bunbun udah masak."
Candy mengangguk. Ia melangkah menuju ruang makan bersama sang Bunda.
***
"Anakku sudah bangun ruapanya." ucap Pipo ketika mendapati dua wanita cantik duduk di hadapannya.
Candy tersenyum tipis. Ia meraih remote televisi yang tadi sempat di pegang Pipo. Namun, sang Ayah justru menahannya. "Jangan nonton spongebob melulu. Nanti kau tak pintar pintar. Sesekali tontonlah acara berita. Itu penting."
Niat Candy yang ingin menonton kartun kesayangannya kembali diurungkan ketika Pipo berucap demikian. Bibirnya mengerucut sebal. Ia memilih makan roti panggang yang sudah di siapkan Bunbun.
"Kecelakaan lalu lintas kembali terjadi. Sekitar pukul sepuluh malan tadi, sebuah kecelakaan motor terjadi di kawasan Cipaganti, Bandung. Korban lelaki berusia 18 tahun langsung di larikan ke rumah sakit terdekat. Pemicu kecelakaan disebabkan karna sang korban melanggar lalu lintas. Sekian dari sekilas info."
Tayangan televisi barusan menarik perhatian Candy. "Kasihan.". Ucapnya dalam hati.
"Naah jadikan itu pelajaran untukmu. Jangan melanggar lampu lalu lintas atau nyawa mu melayang." Pipo berucap tegas. Berharap putrinya akan mengerti.
Sementara Candy terus menelisik sang korban yang di gadang-gadang sudah tak bernyawa. Matanya terus tertuju pada layar televisi. Gambar seseorang itu di blur. Namun, alangkah terkejutnya Candy ketika ia menyadari sesuatu. Jaket abu-abu yang sangat Candy kenali terlihat di sana. Jaket itu.... Jaket yang Fahri pakai saat menghadiri acara ulang tahunnya kemarin.
"Fahri..."
Merasa ada yang tak beres. Candy langsung pergi ke kamarnya. Ia berlari secepat mungkin. Jantungnya berdetak cepat. Rasa takut menyelimuti dirinya.
***
Sesampainya di kamar. Ia langsung mencari handpone nya. Ponsel itu mati. Ia menghidupkan tombol daya. Dan begitu menyala, 31 panggilan tak terjawab langsung memenuhi layar notifikasi handpone nya.
"Bu Diana nelfon." gumamnya. Ia membuka aplikasi pesan online di handpone nya. 115 pesan pun langsung memadati aplikasi itu. Dari nama yang sama.
"Dy, Fahri kecelakaan. Dia koma. Ibu gak tahu harus kayak gimana. Dia memanggil nama kamu terus. Tolong maafkan Fahri, Dy. Datanglah untuk dia."
Candy melempar handpone nya begitu saja, ketika mendapati pesan tersebut. Ada apa dengan kehidupannya akhir-akhir ini. Mengapa satu persatu orang yang dicintainya pergi begitu saja. Agatha... Rendi... Dan sekarang..
"Enggak." Candy menggeleng. Pikirannya tertuju pada sebuah kotak yang di beri Fahri kemarin. Kado ulang tahun untuk dirinya, yang sudah ia buang ke tempat sampah. "Asataga Candy. Lo bodoh." rutuknya. Ia membongkar tempat sampah yang ada di kamarnya. Tak ia pedulikan kamarnya yang menjadi kotor akibat tumpukan sampah itu.
Dan beruntunglah. Kado yang di beri Fahri masih ada. Ia membuka koran yang menghiasi kotak sedang itu. Ada dus bekas snack coklat didalamnya. Candy tertawa kecil. Ia membuka dus tersebut dan mendapati sebuah....
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...