Bunbun & Pipo ( Sc:8 )

23 4 0
                                    

  Mata bulat Candy perlahan mengerjap. Dapat ia rasakan sebuah tangan yang membelai rambutnya halus. Ia tersenyum tipis saat melihat Rendi yang tengah menatap lurus kedepan. Cowok itu sepertinya belum menyadari kalau Candy sudah sadar dari pingsannya.

   "Ehh, udah bangun, Dy..?" tanya Rendi ketika ia merasakan pergerakan di pahanya.

  Candy mengedarkan pandangannya, ia merasa asing dengan tempat ini.

  "Ren, ini dimana..?? Aris sama Galih kemana..??"

  Rendi menatap adegan konyol di depannya. Kedua temannya itu tampak asik bercanda gurau dengan sang pemilik Cafe sembari memakan apa saja yang di sajikan.
"Mereka lagi jual harga diri dengan ngabisin makanan gratisan dari Fahri. Ohh, iya. Ini kita lagi di cafe tadi. Emangnya kenapa, hmm..??"

  Sesuatu dalam hati Candy kembali menyeruak saat nama lelaki itu disebut. Ia bangkit dan mencari sosok yang di khawatirkan nya tanpa mempedulikan rasa sakit di kepalanya. Yang terpenting saat ini adalah keadaan Fahri. Sore tadi Candy melihat Fahri yang sangat ketakutan saat hendak dipukuli Utay. Hal itu yang membuat Candy tak tenang sebelum ia bisa memastikan sendiri bahwa Fahri baik-baik saja.

  "Lo gak kenapa kan..??" Candy langsung memegang kedua bahu Fahri saat cowok itu duduk dihadapannya.

  Fahri menggeleng. Alisnya menukik tajam menatap Candy.

  Mungkin Cindy lagi kesambet. Batin Fahri berkata

  Ketiga teman lelaki Candy langsung mangap laler saat melihat reaksi Candy barusan. Tumben sekali kan si Candy itu bersikap baik pada Fahri.  Candy mendesah lega ketika ketakutannya hanya sebuah firasat. Ia sendiri bingung, mengapa bisa sebesar ini rasa khwatirnya pada Fahri. Padahal ia tak mempunyai alasan untuk itu.

  Seketika suasana terasa canggung. Semua diam dalam pemikirannya masing-masing. Tak kuat bertahan lebih lama lagi dan kebetulan tak ada kamera untuk melambaikan tangan, jadi Candy memilih untuk mengalihkan pembicaraan saja.

  "Guys, udah mau isya niih. Kita pulang yaa, takutnya keburu malem." kata Candy seraya memakai kembali sepatu rodanya.

  "Yaudah kalau gitu gue sama si curut pulang duluan yaah." sahut Galih sambil lirik setan ke arah Aris.

  Aris mendelik sebal. "Pliss ya, hellaw. Ketampanan plus keanggunan yang gue miliki gak akan pernah pantes buat lo sebut apa tuuh, Cuuu apa..? Cumi yaa, ehh bukan. Cuhcur yaa, ehh salah deh kayaknya. Curut, nahh yaa itu bener.," racau Aris.

  "Serah lu deeh, Ris. Kita brangkat duluan yaa, daks." Galih pamit pergi pada teman-temannya.

  "Brangkuyy..." Aris menyusul dibelakang Galih.

  "Ayo,Ren. Kita pulang." Ajak Candy.

  Rendi menghela nafasnya. "Tapi gue nganterin lo pake apa..?? Gue kan gak bawa si Jaun."

  Sekilas info dari Teh Thor yang hasemeleh. Si Jaun itu adalah motor matic kesayangan Rendi. Motor yang dihadiahkan orangtuanya saat ia berulang tahun yang ke-17. Saking sayangnya sama motor itu, Rendi sampe rela bolos sekolah demi nemenin si Jaun yang lagi dirawat dibengkel.
Fix, lebay banget itu si Rendi blasterannya Fulgoso di film Maaarimarrrr, awwwwww.

180 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang