Hembusan angin yang menerpa dengan jahil. Seolah menjadi teman Fahri saat ini. Ia berjalan lesu mengikuti langkah yang entah kemana.
Kejadian tadi masih terekam jelas dalam ingatannya. Saat-saat dimana ia merasa takdir tak berpihak padanya. Kenyataan yang mengatakan bahwa ia hanyalah bayang semu untuk gadis itu. Tak ada cinta lagi. Bahkan sedikit harapan untuk sekedar bangkit kembali. Fahri rasa semuanya telah usai sampai detik tadi.Sebuah tepukan halus di pundaknya, menyadarkan Fahri. Ia menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa gerangan orang yang menepuk pundaknya tadi. "Rendi."
Rendi tersenyum pada Fahri. "Gue tahu lo sedih. Kita lelaki, man. Gak seharusnya kita jadi lemah cuma karna seorang wanita."
"Saya paham, Ren. Cuma terkadang banyak hal yang tidak bisa di mengerti oleh akal. Karang yang kuat bisa hancur oleh air yang lemah."
Tampak Rendi yang menaruh satu lengannya di pundak Fahri. "Cewek diluaran sana banyak, Ri. Lo udah punya tampang sama isi dompet. Apalagi yang harus lo khawatirkan. Cewek jenis apapun yang lo mau, pasti bisa lo dapetin."
Fahri tersenyum miris. "Mungkin wanita cantik diluaran sana memang banyak. Tapi, gadis istimewa yang selalu muncul dengan segala tingkah lakunya yang luar biasa.... ancur. Gadis kuat yang selalu berperilaku spontan dan absurd. Cuma dia yang saya suka, Ren." Mata Fahri lurus kedepan saat mendeskripsikan bagaimana seseorang yang tadi ia sebut istimewa.
"Gue setuju ama lo, Ri. Candy memang beda."
Fahri menoleh pada sahabatnya itu seraya mengangguk. Satu hal yang baru disadari Fahri. Rendi datang seorang diri. Biasanya, Rendi, Aris, dan Galih itu satu paket. Udah berasa kayak ayam crispy aja, yess.
"Kok sendiri..??" tanya Fahri.
"Gak tahu tuh, dua kunyuk itu kemana."
Fahri tertawa. Menenggelamkan mata sipitnya dibalik garis wajah yang tercipta saat ia tertawa. Keturunan Tionghoa mah emang begitu yaak. Fahri jadu mirip engko-engko elektronik. Haha.
"Nahh gitu dong, Ri. Ketawa, jangan sedih mulu. Kita kan sperma terkuat. Hahaha."
***
"Yaa. Alhamdulillah Ujian Nasional telah selesai di laksanakan. Kita berharap yang terbaik untuk hasilnya. Tak ada hasil yang membohongi usaha. Percaya diri. Yakin bahwa kalian akan lulus dengan nilai terbaik. Sekian yang bisa Bapak sampaikan. Sampai jumpa berikutnya di jam yang sama.
Jangan mendidih jangan kembang.
Nanak padi di genteng bau suluh.
Jangan sedih jangan bimbang.
Pak Kardi ganteng mau pamit duluh. Assalamualaikum wr.wb" ucap Pak Kardi panjang kali tinggi tambah pantun diakhir pidatonya.Semua murid di bubarkan ketika cuap-cuap guru kurikulum telah selesai. Ujian nasional yang berlangsung selama 5 hari lamanya sudah usai. Kini, mereka tinggal menunggu hasil ujiannya. Tak lama lagi, masa SMA yang katanya masa paling indah. Akan segera berakhir. Canda tawa bersama teman-teman yang terjalin selama 3 tahun hanya akan menjadi cerita.
***
"Candy..."
Candy menoleh ketika seseorang memanggilnya. "Fahri.." gumam Candy ketika melihat orang yang memanggilnya tadi.
Ia langsung berlari secepat mungkin untuk menghindari cowok itu. Fahri jelas tak tinggal diam. Ia mengejar Candy dengan kaki kijang nya hap hap haphaphaphap.
"Gila tuu cewek. Kenceng banget larinya kayak lagi kena razia." gerutu Fahri sembari mengatur nafasnya yang terengah. Ia kembali mengejar Candy yang sudah berlari jauh.
Langkah lebar Candy membawanya ke pinggir rel kereta. Entah jenis angin apa yang membawanya kesini. Ia memutar tubuhnya kebelakang. Fahri tak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...