"Upacara selesai."
"Balik kanan, bubar, jalan."
Setelah tiga puluh menit lamanya, upara berlangsung. Akhirnya, kegiatan melelahkan itu pun selesai. Para murid baik dari kelas 10, 11 dan 12 dari jurusan IPA maupun IPS berhamburan pergi dari lapangan. Mereka semua, hendak pergi ke kelasnya masing-masing.
Namun, tidak bagi BRANATS. Sebelum masuk kelas, mereka harus memastikan bahwa orangtua mereka dapat hadir dalam rapat dadakan, yang akan dilaksanakan oleh orangtua mereka, beserta Bu Muli dan Bu Yuyun---selaku guru BK.
Rapat yang sengaja digelar, untuk membahas tentang masalah perkelahian tempo hari. Hal itu, mengundang banyak cibiran negatif dari berbagai pihak. Alhasil, orangtua dari kelima murid nakal itu harus datang ke sekolah untuk mempertanggung jawabkan kelakuan anak-anaknya.
Sembari menunggu kehadiran orangtua mereka--- di depan gerbang. Mereka sempat berceloteh ringan dengan pedagang baso ikan, yang naksir parah sama Candy.
"Jadi, kapan mau lamar Candy nya mang..??" tanya Rendi pada tukang baso ikan itu. "Secepatnya atuuh." jawabnya mantap.
Semua tertawa, kecuali Candy. Gadis itu malah cuek-cuek saja ketika dirinya dijadikan bahan candaan oleh para sahabatnya.
"Punya lamborgini dulu, mang. Baru boleh lamar gue."Tukang baso ikan yang diketahui namanya Beri itu, lantas tertawa cekikikan saat mendengar persyaratan Candy. Yakali, pendapatan dari hasil dagang baso ikan goceng seporsi, bisa buat beli lamborgini.
"Jangankan lamborgini, neng. Honeymoon ke Yunani aja 'aa turutin."Galih sontak tertawa keras, untung saja tidak digrebek kepala sekolah. "Acieciecie 'aa."
Saat teman-temannya sedang asyik menertawakan dirinya, Candy justru memusatkan perhatiannya pada Fahri yang sedari tadi mondar-mandir kaya setrikaan. "Lo kenapa siih..??"
Fahri mengalihkan pandangannya pada Candy. "Ini, dari tadi saya telfon Ibu, tapi gak diangkat-angkat."
Candy hanya ber-oh ria. Ia menyender pada gerbang, sembari berdekap tangan di dada. "Jadi, masalahnya apa..??"
Fahri mendecak kesal, "Kalau nanti Ibu saya gak bisa datang gimana..??"
"Yaa, gak gimana-gimana."
"Terus, yang jadi wakil saya nanti di ruang BK siapa Cindyy..??"
"Tukang batagor aja noh."
Fahri memutar bola matanya.
Malas menanggapi perkataan Candy yang memang tak akan pernah nyambung dengan dirinya yang selalu menganggap semua hal serius.Tak ada hujan, tak ada gledek, yang ada tukang ojek lagi ngangon bebek. Tiba-tiba ada seorang guru PPL cantik yang mengenakan jilbab biru, membeli baso ikan mang Carlai. Galih langsung mengedip nakal pada Bu guru cantik itu.
"Lagii jajan yaa, Bu."Bu Guru itu menoleh pada Galih yang menyapanya, lantas tersenyum singkat sebagai jawaban. Lalu, membalikkan lagi posisi tubuhnya membelakangi Galih.
Galih sontak jingkrak-jingkrak kegirangan tanpa menimbulkan suara. Hal itu, membuat Rendi, Aris, maupun Candy tertawa geli. Jangan tanyakan Fahri, dia masih mencoba menghubungi ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...