Libur tlah tiba... Libur tlah tiba...Hore...Hore... Ahhiww...
Begitulah cara Candy mengekspresikan perasaannya dengan menyanyikan sebuah lagu yang ia aransemen sendiri hingga menjadi tak karuan.
Seperti yang Candy bilang, hari ini adalah hari yang paling disenangi banyak orang di dunia. Bagaimana tidak, hari ini kan hari Minggu. Hari dimana semua orang akan bisa beristirahat dari segala rutinitas nya.
"Candyyy, tuhh temen kamu pagi pagi gini udah bertamu." pekikan Bunbun di ambang pintu kamar Candy.
Candy terkekeh, ia kembali mematut bayangan dirinya di cermin. Rambut hitamnya ia gulung dengan jepitan.
"Aaahh, cakep bener dah, gue. Ahihihi" gumamnya dengan rasa percaya diri tingkat ubun-ubun.***
Setelah mendapat informasi dari Bunbun mengenai keberadaan teman-temannya yang sudah bertamu di pagi hari. Candy pun bergegas ke ruang tamu untuk menghampiri teman - temannya itu.
Namun, alangkah terkejutnya Candy ketika ia tak mendapati ketiga teman lelaki nya. Ia sempat dibuat bingung ketika melihat orang yang dihadapan nya ternyata...
"Utay...??"
Utay tersenyum manis, namun bagi Candy itu sangat pahit, sepahit mendengar kabar bahwa si mantan sudah jadian.
"Haii Candy. Kamu udah bangun..??"
Sungguh pertanyaan yang bodoh. Jika Candy belum bangun, lantas yang dihadapannya ini siapa.?? Arwah,nya,kah..?? Ahh, atau justru sesungguhnya Utay yang belum bangun dan mengigau sampai berjalan ke rumah Candy."Menurut lo..??" ketus Candy.
"Hehehehe. Udah bangun." Utay tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang dipenjara dengan kawat. Atau mungkin lebih dikenal dengan sebutan behel.
Ini yang tak Candy sukai dari Utay. Laki-laki itu seakan tak mensyukuri anugerah Tuhan yang telah memberikannya gigi gingsul. Padahal menurut Candy, Utay terlihat lebih manis dengan gigi gingsulnya.
"Yeeehh malah nyengir lagi. Ngapain siih pagi pagi gini udah dateng ke rumah. Kurang kerjaan amat." ujar Candy.
Utay menggaruk tengkuknya yang lumayan gatal karna sudah digigit nyamuk. Ia melihat Candy yang menatapnya tajam. Dan itu menjadikan Utay semakin gemas dibuatnya. "Aku mau ngajak kamu jalan. Kamu mau ga..?"
"Emangnya gue boleh nolak. Emangnya kalau gue bilang gak mau, lo bakalan langsung pulang dan ga merajuk kayak bayi raksasa,Hah..??"
Utay tersenyum simpul saat mendengar penuturan Candy.
Entah sudah keberapa kalinya Utay datang ke rumah dan mengajak Candy untuk jalan bersamanya. Pada awalnya Candy memang selalu menolak, tapi akhirnya ia mau juga. Karna jika permintaan Utay tidak diindahkan, maka ia akan merajuk seperti bayi besar dan tak mau pulang dari rumah Candy. Itu kan membuat Candy malu pada orang tuanya. Dikiranya dia itu wanita yang tidak berperikelaki-lakian.Candy mendengus kasar. Ia beranjak ke kamar untuk mengambil tas slempang dan mengganti baju santai nya.
"Rese banget tu orang. Kalau ga kepaksa, ogah banget gue jalan ama tu kecoa toilet."Candy mengambil jump shuit biru nevy nya yang hanya sebatas lutut. Lalu ia padu padankan dengan kaos lengan pendek berwana putih. Tak lupa, ia juga memakai kalung untuk memberi aksen pada bagian dadanya yang polos.
Ia membuka jepitan rambutnya.
Rambutnya yang semula lurus jatuh, kini sudah berubah ikal dibagian bawah, akibat pengaruh dari jepit rambut tadi.
"Perasaan, kok gue jadi kecewean gini yaa...?? Udah ahh, bodo amat. Yang penting tu tikus sawah cepet pulang kerumahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...