Maaf ( Sc:33 )

27 0 0
                                    

  Candy duduk termenung di balkon sekolah. Ia menatap nanar pemandangan dibawahnya. Kakinya bergelantungan di ujung balkon. Ia menarik nafas dalam untuk dapat menikmati semilir angin yang berhembus pelan.

  Hhhhh

  Candy menghembuskan nafas lega. Ujian sekolah telah berhasil ia lewati. Namun itu bukan akhir dari segalanya. Akan ada hal lebih berat yang harus ia jalani nanti, yaitu Ujian Nasional.

  Tak terasa, senyum Candy terbit saat melihat pemandangan sekolahnya dari atas. Dibawah sana, banyak murid yang hilir mudik karna sekarang memang jam istirahat. Ada siswa yang sedang dihukum oleh Bu Yuyun karna celana seragamnya yang cutbray bak penyanyi dangdut. Ada juga siswi yang dihukum karna memakai make up berlebihan.

  Ahh, itu semua mengingatkan Candy akan dirinya yang seringkali mendapat hukuman dari Bu Yuyun. Tak lama lagi, semua itu hanya akan menjadi kenangan. Sebuah cerita di masa putih abu yang sangat menyenangkan baginya.

  Di sekolah ini. Tempat ia menemukan jati dirinya. Tempat dimana Candy dipertemukan dengan Aris dan Galih. Beda halnya dengan Rendi karna mereka sudah berteman sejak SMP. Melalui sekolah ini juga, ia menemukan seorang pria yang mampu membuka hatinya.

  Mengingat lelaki itu. Hanya akan menumbuhkan luka dihati Candy. Luka yang tak terlihat namun begitu terasa. Kilasan hari itu masih terekam jelas dalam ingatannya. Oh, ya. Soal Ninda, ia memutuskan untuk pindah sekolah---seminggu setelah kejadian itu---. Entah Candy harus sedih atau senang. Walau Candy tahu, bahwa Fahri memang dijebak oleh Ninda. Melalui informasi yang di bisikkan Idan padanya kala itu.

  Tetap saja, hatinya seolah robek saat melihat Fahri yang begitu menikmati cumbuan dengan Ninda. Terlebih ketika Fahri membentak dirinya. Dari situ, Candy dapat menyimpulkan. Bahwasanya mencintai Fahri adalah sebuah kesalahan.
Di tengah keheningan yang ia rasakan---karna memang tak ada orang selain Candy---.

  Terdengar sebuah petikan gitar yang begitu halus. Dari musik yang melantun, Candy tahu. Ini lagu kesukaannya. Lagu dari Glenn Fredly yang berjudul Pada Satu Cinta.

  Candy menoleh ke belakang. Dan disana. Seorang pria yang tak ingin ia temui. Sedang berdiri tak jauh darinya. Ia melangkah menghampiri Candy sembari melantunkan lagu tadi.

  Masihkah mungkin...
Ku kembali, tuk mengisi harimu..

  Yang jelas hati ku tak lagi, sanggup jauh darimu..

  Chours:

  Aku kan berjanji takkan mengulang segala kesalahan. Aku kan mengabdi pada satu cinta dan itu dirimu.

  Jujur ku hanya seorang lelaki yang terkadang tak lepas dari godaan..

  Candy beringsut bangkit. Ia melangkah menghampiri lelaki yang mudah digoda itu. Setelah berada tepat dihadapannya. Candy berjinjit untuk menjambak rambut Fahri.

"Errrgghhh cowok brengsek, gak tau diriii. Gue benci sama lo." Candy melepaskan jambakannya di rambut Fahri. Lelaki itu meringis kesakitan namun tetap tersenyum. Ia menyimpan gitarnya di bawah. Tangannya tergerak untuk menangkup pipi Candy.

  Gadis itu membeku saat Fahri menatap kedua bola mata bulatnya. Tatapan Fahri mampu menumbuhkan duri duri halus ditangannya.

  "Sial. Kenapa harus India gini siih."  umpat Candy dalam hatinya

  Fahri menyibak rambut yang menutupi wajah Candy. Ia tersenyum manis sebelum berucap. "Dengerin aku yaa. Setiap manusia itu pasti punya salah, Dy. Termasuk aku. Jujur saat itu aku emang bodoh. Aku lelaki normal, Dy. Sumpah deeh. Aku bisa khilaf saat lihat wanita yang menggoda aku. Apalagi saat itu aku gak tahu kalau Ninda nambahin sesuatu diminumannya."

  Candy diam tak bersuara saat Fahri mencoba untuk menjelaskan. Sebenarnya Candy ingin memaki, marah bahkan menganiaya Fahri. Tapi entah mengapa hatinya seakan memihak pada Fahri. Pun dengan otaknya yang menginstruksikan agar ia tetap diam mendengarkan Fahri.

  "Kamu alasan kenapa aku mau berubah, Dy. Kamu alasan kenapa aku mau menjadi lelaki yang pemberani. Karna aku mau melindungi kamu. Aku masih inget, Dy. Waktu kamu mengorbankan wajah kamu dipukul Erik hanya untuk melindungi aku. Dari situ, aku sadar. Bahwa aku emang lemah. Terserah kamu mau mendengarkan atau tidak. Aku tak memaksa, Dy. Aku juga belajar untuk menjadi lelaki romantis hanya untuk kamu. Yang aku sendiri hafal, bahwa kamu gak suka hal  begituan. Tapi sekali lagi aku tegasin, kamu adalah jawaban dari semua penantian ku selama ini."

  Cup.

  Penjelasan panjang lebar Fahri ditutup oleh ciuman lembut dipipi kanan Candy. Ia mengambil gitarnya lalu tersenyum meninggalkan Candy.

  "Fahrriii..."

  Ia menghentikan langkah, lalu tersenyum lega. Akhirnya, setelah lama ia menanti. Candy mau menyebut namanya lagi. Setelah kejadian itu, Candy memang tak membeberkan semua yang ia lihat pada publik. Tidak, Candy tak sepicik itu. Ia hanya menjauh dari Fahri. Bahkan gadis itu memilih duduk dengan Silo dan membiarkan Lala yang menggantikan nya duduk disamping Fahri.

  "Yaa.." dapat Fahri lihat Candy yang sedang melangkah menghampirinya. Mungkin hati Candy terketuk saat mendengar semua penjelasannya tadi. Atau mungkin saat ia menciumnya untuk yang pertama kali.

  Plaaakkk

  "Kurang ajar lo main nyosor-nyosor." Candy kembali melangkah pergi setelah puas menampar Fahri.

  "Candy tunggu."

  Candy mendengus kasar. Ia membalikkan tubuhnya menatap Fahri. "Apaan lagi siih..??"

  "Mau kemana..??"

  "Yaa turun lah."

  Fahri mengulum senyum. "Kamu mau loncat dari atas kebawah.?"

  Candy terperangah. Ia menatap ke belakang dan benar saja. Ia berjalan menuju balkon bukan tangga.
"Issshh. Ngeselin."

  Candy menghentakkan kakinya kasar lalu berjalan kearah tangga. Matanya tak sengaja melihat Fahri yang menunjukkan smirk nya. Dalam hati, ia terus menyumpah serapahi Fahri.

  Ahh, jika tak ingat ini disekolah. Mungkin Candy sudah menggantung Fahri di pohon jambu. Ohh, sejak kapan Candy mempunyai otak jahat. Akibat niat buruknya itu, dahi Candy malah berbentur dengan tembok karna ia tak memperhatikan jalan.

  Tawa Fahri pecah saat itu juga. Ia berjalan kearah Candy dengan kekehan yang masih tersisa.
"Makanya, punya mata tuh dipake. Bukan dibuat pajangan doang."

  "Eeh, Ri. Mulut lo kuah empek-empek banget yaa.?!"

  Fahri menautkan alisnya. "Kok kuah empek-empek siih..??"

  "Iya. Pedes, asem, kecut lagi." ucap Candy penuh penekanan.

  "Tambah timun biar enak." imbuh Fahri.

  "Lo emang minta digaruk pake gagang sapu ya, Ri." Candy melangkah pergi setelah mengucapkan kalimatnya.

  Fahri terkekeh. "Gadis ajaib.,"

➡34

  Eaaaaaaa. Udh hampir endang aja niih. ehh ending. Duhh typo akika.

180 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang