Kegaduhan terjadi di kelas 12 IPA 1. Selepas Ujian Nasional, mereka sering di bebaskan dari pelajaran. Bahkan mungkin sudah tak ada lagi pembelajaran.
"Guyss. Ayokk kita foto." kata Idan semangat.
Ia baru saja meminjam kamera digital ke Pak Kardi. Jadi, tidak mungkin dong disia-siakan begitu saja.
Semua murid maju kedepan kelas. Termasuk BRANATS yang berdiri paling depan. Agar terlihat paling jelas juga.
"Ehh, Bep. Kamu gak ikut foto.??" Ucap Lala ketika Fahri malah diam dibangkunya.
Fahri hanya menoleh sekilas. Lalu melanjutkan lagi gambarannya pada kertas selembar. Melihat bebep nya cuek kwek kwek seperti itu. Lala tak tinggal diam. Ia berlari menghampiri Fahri lalu menarik lengannya.
"Ayo, bep. Kita foto. Lumayan kan buat kenangan pas udah nikah nanti."
"Huuuhhhhh.." sorakan dari para murid berhamburan untuk Lala. Gadis itu malah tertawa sembari melambai-lambaikan tangannya.
"Iler Tapir dasar." kata Galih.
"Heueuh. Dasar ingus buaya." timpal Silo.
Candy yang kebingungan pun, bertanya pada Silo. "Emang buaya pernah pilek yaa, Sil..??"
"Muka lo mampet tuhh ama lemak." jawab Silo yang dihadiahi pukulan maut dari Candy.
"Ayoo dong, Ri. Durasi nihh." teriak Idan sembari memutar-mutar telapak tangannya kedepan dan belakang.
Fahri mendengus sebal. Mau tak mau ia harus mau. Teriakan dari teman sekelasnya serta ocehan dari makhluk lebay yang kasat mata bernama Lala. Membuat Fahri terpaksa bangkit dari duduknya. "Iya, gue ikut. Puas lo?!".
Lala nyengir lebar sembari menggaruk lehernya. "Ayok. Gak usah judes gitu sama calon istri sendiri."
"Haddohh lama. Lo bedua mening gak usah foto kelas deeh. Foto prewed aja sekalian." kata Rendi dari tempatnya berdiri.
"Ayok makanya."
Fahri menurut saja ketika Lala menarik lengannya. Ia mendelik sebal mendapati Candy berdiri di sebelahnya.
"Ayok siap yaaa." kata Idan mulai menginstruksi.
"Ok." Idan berlari ke tengah formasi setelah sebelumnya mengatur timer. Agar ia juga bisa ikut difoto. Yakali, ketua murid tiga tahun gakkan masuk kenangan.
Jepret.
"Ayo lagi. Gaya bebas yaa."
Jepret.
"Mangap." kata Idan lagi dan bodohnya yang lain mengikuti.
Jepret.
"Teriak Iiiiiii."
Jepret
Fahri menoleh ke samping ketika Candy---secara tak sadar-- merangkul pinggangnya. Seulas senyuman terukir di bibir Fahri. Ia balik merangkul pundak Candy seraya berteriak 'I' seperti yang tadi Idan katakan.
Dan inilah mereka. Kelas 12 IPA 1 yang sebentar lagi akan menjadi alumni. Kelas penuh kenangan yang akan terus diingat bagi siapa pun yang ada di dalamnya. Kebersamaan seperti saat ini yang nantinya akan mereka rindukan. Semoga sukses 12 IPA 1. Teh Thor mendukungmu. Hiks.
***
Utay tak henti-hentinya tersenyum. Membayangkan bagaimana reaksi kekasihnya saat ia membawakan buket berisi sosis dan nugget. Itu benar. Utay nampak membawa sebuket bunga. Namun, bukan bunga yang menjadi isi buket itu. Melainkan potongan sosis dan nugget yang udah matang. Candy kan berbeda dengan gadis lainnya. Pernah waktu itu ia membawakan bunga untuk Candy. Tetapi pacarnya itu malah memberikannya lagi ke pengamen yang ada di lampu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...