Pelajaran olahraga adalah salah satu dari sekian banyak pelajaran yang tidak disukai Candy. Bukan karna Candy tak pandai berolahraga, tetapi karna pelajaran olahraga berada pada jam terakhir. Bayangkan saja, di tengah panasnya terik matahari, semua murid dituntut untuk mengikuti kegiatan yang mengaharuskan mereka untuk berpanas-panasan dilapang.
Prriittt......
Suara peluit milik Pak Alif mulai terdengar, sebagai pertanda bahwa semua murid diharuskan untuk segera berkumpul dilapang. Pak Alif termasuk salah satu guru yang tingkat kedisiplinan nya sangat dijunjung tinggi. Jadi, jika ada murid yang telat datang 5 menit saja, dari suara peluit dibunyikan, maka murid tersebut dianggap tidak hadir atau Alfa. Dan seperti kesepakatan yang telah dibuat oleh seluruh murid kelas 12 IPA 1 bersama Bu Muli. Bahwasanya..
"Barang siapa ada murid yang tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan alias Alfa. Maka murid tersebut harus membayar denda sebesar 10.000 rupiah."
Bukan apa, kesepakatan itu dibuat Bu Muli, karna mengingat banyaknya murid kelas 12 IPA 1 yang sering membolos sekolah, termasuk Candy dan ketiga temannya. Menurut Bu Muli, mungkin dengan cara membayar denda para murid akan lebih bersemangat ke sekolah, dari pada harus merelakan uang jajan mereka raib, karna harus membayar denda.
"Baguss, tidak ada yang telat." tutur Pak Alif terlihat senang saat melihat semua murid kelas 12 IPA 1 sudah berkumpul dihadapannya tanpa ada yang telat datang.
"Sekarang kalian pemanasan." lanjutnya.
"Udah panas paak." keluh Candy sembari menyeka keringat yang mengalir didahinya, membuat anak rambut yang menjalar didahinya itu semakin terlihat jelas, dan menarik perhatian Fahri untuk melihatnya.
"Sepanas ngeliat si mantan jalan sama cowok lain." celetuk Silo.
"Hhuuuhhh." teriakan dari seluruh murid tersasar pada Silo.
"Dasar, Resilo Asmiles." Pak Alif sedikit terkekeh saat menyebutkan nama lengkap Silo.
"Udah cepet kalian pemanasan, sebelum makin siang. Lagian kalau olahraga, pemanasan itu sangat diperlukan untuk melenturkan otot kalian, agar saat olahraga nanti kalian tidak mengalami cedera." jelas Pak Alif.
"Iya pak." sahut semua murid.
"Coba kamu, maju kedepan." tunjuk Pak Alif pada seseorang yang baru pertama kali dilihatnya.
"Saya pak..??" tanya Fahri yang merasa dirinya ditunjuk.
"Iya, kamu."
Seperti perintah Pak Alif, Fahri langsung maju kedepan tanpa banyak ba-bi-bu.
"Kamu murid baru yaa..??" tanya Pak Alif menelisik.
"Iya pak." jawab Fahri singkat.
"Sekarang kamu pimpin pemanasan."
"Baik Pak." Fahri langsung melaksanakan perintah Pak Alif.
Pemanasan pun dimulai, dari gerakan kepala, tangan hingga kaki. Semuanya dilakukan begitu teratur oleh Fahri, dan diikuti oleh murid yang lainnya.
"Satu, dua, tiga, empat,...." begitulah cara Fahri mengkomando setiap gerakan pada teman temannya. Lalu diikuti pula oleh murid yang lain, untuk menghitung setiap gerakan dalam pemanasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
JugendliteraturSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...