Persetujuan ( Sc:25 )

5 1 0
                                    

  Sayup-sayup Fahri mendengar suara adzan berkumandang. Perlahan matanya mulai terbuka.
"Astagfirullah. Udah magrhib,"
Fahri meregangkan leher dan pinggangnya yang terasa pegal. Gimana gak pegal, kalau Fahri tidur dengan posisi duduk. Ia menunduk, dan yang ia lihat adalah Candy sedang tertidur pulas dengan posisi memeluk pahanya. Wajah damainya saat tertidur, membuat Candy terlihat lebih manis. Tak ada raut wajah judes atau cuek yang selalu ia tampilkan.

  Istimewa. Satu kata yang dapat didefinisikan Fahri untuk Candy. Entah untuk alasan apa Fahri menyimpulkan hal tersebut. Namun saat ini, kata itulah yang menggambarkan seorang Candy bagi dirinya.

"Dy, bangun. Udah magrhib. Sholat dulu yuuk." Fahri menepuk pipi Candy pelan, agar ia terbangun.

  Candy menggeliat, ia mendongak menatap Fahri sembari tersenyum tulus. Sesuatu dalam hati Fahri kembali menyeruak, saat Candy memberikan senyumannya. "Rii, laperr."

  Fahri mendengus. Ternyata Candy ada maunya. Padahal baru sekitar 2 jam yang lalu mereka makan, tetapi gadis itu kembali merengek lapar pada Fahri. Terbuat dari apa perut Candy ini.?!

  "Sholat dulu yaa, nanti kita makan."

  Candy mengangguk. Ia beranjak dari ranjangnya, menuju kamar mandi.

****

  Di dalam kamar mandi, Candy menatap pantulan dirinya di cermin. Seketika fikirannya melayang pada satu nama yang selalu hadir untuknya. Fahri. Terkadang Candy bertanya, apa yang membuat lelaki itu selalu hadir untuknya, apa yang membuat lelaki itu selalu setia menemaninya.
Tak dapat Candy pungkiri, perlahan nama Fahri mulai terukir dihatinya. Sekuat tenaga Candy mencoba untuk menolak. Menolak agar dirinya tak jatuh pada pesona Fahri. Ia hanya takut cinta sendirian. Ia takut dirinya akan kembali terluka oleh seorang lelaki. Terlalu banyak kekhawatiran Candy untuk menaruh hatinya pada Fahri.

"Tolongg. Gue mohon, Ri. Jika pada akhirnya semua akan mengecewakan, jangan tanam rasa ini dihati gue." setetes airmata kembali lolos. Berikutnya ia mengambil wudhu. Dan keluar dari kamar mandi.

****

  "Udah selesai wudhunya..??" tanya Fahri saat Candy sudah berada dihadapannya.

Candy mengangguk.

  Giliran Fahri yang mengambil wudhu. Sembari menunggu sang imam, Candy mengambil mukena dari dalam tas nya. Candy memang selalu membawa mukena kemana pun ia pergi. Mukena parasit berwarna pink, kini sudah melekat sempurna ditubuhnya. Ia membuka lemari kecil yang ada diruang inapnya. Didalamnya, terdapat sarung, sajadah, juga mukena. Karna Candy tahu bahwa Fahri pun pasti membawa sajadah dalam tas nya. Sajadah yang tersedia diruang inapnya ia gunakan untuk dirinya sendiri.

  Perlatan Sholat sudah ia siapkan. Untuk dirinya dan juga Fahri.
"Si Fahri wudhu lama banget." gerutu Candy.

  Tak lama kemudian, Fahri datang dengan muka dan rambut yang sedikit basah. Errrr, sangat sekseh. Candy saja sampai tak bisa mengedipkan matanya saat melihat Fahri.

  "Segitunya banget ngeliatin saya.,"

  Candy tersentak. Ia mengalihkan pandangannya kemana saja, asal tidak pada Fahri. Sementara cowok itu mengatup bibirnya rapat. Sesungguhnya ia ingin tertawa melihat wajah bulat Candy yang semakin bulat saat memakai mukena.
Terkadang, Fahri sendiri sulit membedakan, mana pipi Candy dan mana baso tusuk.

  "Allahu Akbar..."

  Sholat magrhib berjalan khusyu. Selepas sholat keduanya saling memanjatkan doa kepada Yang Maha Esa. Fahri memutar tubuhnya kebelakang, menyerahkan tangan kanannya untuk disalami Candy.

180 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang