Fahri menatap nanar kejadian barusan. Candy mencium Utay tepat didepan matanya. Gadis itu bahkan terlihat nyaman berada dalam rangkulan Utay seperti apa yang ia lihat sekarang.
Kesempatan kecil yang ia miliki, kini sudah habis tak tersisa. Utay sudah mengambil posisinya. Namun, Fahri yakin. Masih ada sedikit namanya dihati perempuan itu. Candy hanya menjadikan Utay sebagai pelampiasan, tidak lebih. Yaa, Fahri sangat yakin bahwa kenyataannya memang begitu."Saya ikut." ucap Fahri ketika Utay dan Candy hendak melangkah pergi.
Utay berbalik. Ia tersenyum menyeringai pada lelaki yang dulu pernah ia pukul dengan kepalan tangannya. "Gak usah. Kita bakal lebih happy tanpa lo."
Mendengar jawaban Utay. Fahri lantas menarik lengan Candy. Menyembunyikan gadis itu dibawah ketiak nya. "Kalau gitu, berarti Candy juga gak usah ikut."
Candy berusaha melepaskan tubuhnya dari kungkungan Fahri. Tetapi, hasilnya tetap nihil. Ia sama sekali tak berdaya saat berada dalam kekuatan super ketek Fahri. "Lo apaan sihh, Ri. Gue mau jalan sama Utay. Lo gak berhak atur gue kayak gini."
Fahri menundukkan wajahnya menatap Candy. Sorot matanya yang tajam seolah menghipnotis Candy. Gadis itu diam, ia menundukkan kepalanya. Dapat terlihat jelas oleh Fahri, bahwa gadis itu ketakutan. "Gak usah parno gitu. Saya gak akan culik kamu."
Tak kuat melihat apa yang ada dihadapannya. Utay pun mencoba untuk menarik lengan Candy. Namun gadis itu tak bisa berpindah kedalam pelukannya, karna Fahri mencekal lengan Candy yang satunya.
"Candy ikut sama gue." geram Utay sembari menarik lengan kanan Candy.
Fahri melakukan hal yang sama. Menarik lengan kiri Candy, agar gadis itu berada dengannya selalu. "Gak bisa."
Sorak sorai Rendi, Aris, dan Galih berhamburan saat adegan tarik menarik itu terjadi. Mereka tak sedikit pun membantu atau melerai. Malah menjadikannya tontonan gratis.
Candy meringis kesakitan. Kedua cowok sarap ini terus menarik kedua lengannya.
"Lepasin pacar gue."
"Dia bukan pacar kamu."
"Tapi---"
"STOPPPPP!!" jerit Candy yang membuat semua orang menutup kedua telinganya.
Candy menggandeng tangan kanan Utay, dan tangan kiri Fahri. Ia menghembuskan nafas lelah. "Kita jalan bareng."
Utay masih mencoba untuk menolak. "Tapi aku pinginnya gak usah ada dia."
"Saya juga gak sudi kalau harus jalan bertiga sama dia."
Candy memutar bola matanya jengah. Euh, ingin sekali dia mencekik dua pria disampingnya ini.
"Yaudah kalau gitu gak jadi.""JANGAN!" pekik Fahri dan Utay bersamaan.
"Yaudah kalau gitu ayok." Candy menyeret paksa kedua lelaki itu untuk segera pergi dari depan gerbang sekolahnya. Ia tak ingin menimbulkan keributan disana.
"Brengsek lo." bisik Utay dibalik punggung Candy sembari menoyor kepala Fahri.
Tak terima, Fahri pun melakukan hal yang sama pada Utay. "Kamu pengganggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
JugendliteraturSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...