Saat ini pembelajaran belum efektif seperti biasanya. Sekolah baru saja selesai direnovasi. Jadi, kemarin Pak Kardi selaku guru kurikulum, mengumumkan pada semua murid bahwa hari ini mereka wajib membawa alat-alat kebersihan dari rumah. Seperti kanebo kering, pengelap kaca, dan banyak lagi deh pokoknya. Teh Thor lupa, hehe.
BRANATS terlihat anteng membersihkan kelas mereka yang baru selesai di bangun. Yaa, kelas inu baru saja selesai dibangun. Dan yang pertama menempati kelas ini adalah kelas 12 IPA 1 dimana BRANATS tergabung di dalamnya.
"Yang bersih coy. Woyy, Rina. Jangan bikin snapgram mulu nape. Orang lagi kerja bakti juga lo upload. Hastaga." Gidan atau yang lebih beken dipanggil Idan, menepuk jidatnya frustasi.
Dia adalah murid somvlak yang sialnya jadi ketua kelas ato ketua murid ato singkatnya itu KM. Habis mau bagaimana lagi. Dari 35 murid yang ada di kelas 12 IPA 1 nii yang cuma mau nyalonin diri jadi KM yaa dia doang. Secara genk, jadi Ketua Murid tuh syusyah syusyah gampang. Dimana kita harus mihak temen sendiri atau mihak guru. Bingung, kan.
Kalau kamu kamu sekalian pikir Idan itu adalah ketua murid yang adil dan bijaksana. Maka jawabannya Tetott. Salah besar, genk. Idan ini termasuk KM biadab yang bisanya cuma nyuruh nyuruh doang. Dia juga punya kisah unik bersama Sani--- cewek ter-alim di kelas ini. Saudara sekalian pengen tahu gak ceritanya. Hayoo penasaran gakk..?
***
Jadi gini, waktu itu mereka masih menginjak kelas 10. Sorak sorai berhamburan di kelas 12 IPA 1 ini. Karna pelajaran sejarah yang sudah di black list alyas mata pelajaran yang tak diminati dikabarkan gurunya tak akan masuk. Cihuyy.
"Guyss. Gurunya positif gak akan dateng hari ini. Jadi tugasnya kita pr-in aja." ucap Idan sembari berdiri di meja paling depan. Meja paling depan udah jelas meja guru yaa genk. Emang bener sue banget kan si Idan berdiri diatas meja guru.
"Lahh gak bisa gitu, Dan. Tugas yaa tetep aja tugas. Gak bisa lo acuhkan gitu aja." tukas Rendi.
Idan tersenyum menyeringai. "Ahh elu, Ren. Kayak lelaki peka aja pake so soan ngomongin 'Acuh'."
"Ehh, kamvret."
Idan terkekeh. Ia masih setia berdiri diatas meja. Sepertinya hal itu mengundang rasa ingin tahu Silo yang sangat besar. Dengan gerakan secepat kilat, Silo menarik celana Idan kebawah. Celana seragam Idan yang longgar dan tak memakai sabuk memudahkan Silo untuk menariknya, hingga memperlihatkan dedeknya Idan. Plis, genk. Idan itu gak suka pakai boxer. Yaa jadi kalau ditarik, langsung menyuguhkan pemandangan benda paling berharga milik semua pria.
Sani yang kebetulan lewat didepan Idan. Seketika pingsan saat ia melihat secara langsung pusaka milik lelaki sableng itu.
Semua yang ada dikelas tertawa. Pengalaman ini yang akan menjadi cerita untuk mereka nantinya. Dari sini juga, tersiar kabar bahwa Idan sudah menjalin taaruf dengan Sani. Sani gak mau pacaran, genk. Maka dari itu, Idan memutuskan untuk mendatangi rumah Sani dan meminta izin pada orangtua Sani untuk melakukan taaruf.
Gentle sekali kan.***
Kembali pada kegiatan sebelumnya. Semua masih terlihat seperti semula. Sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing.
"Ini kayak nya susah hilang deh. Harus pakai Tinner." gumam Galih saat ia mencoba untuk menghilangkan bercak cat yang menempel di ubin.
"Yaudah kalau gitu gue minta dulu ke Pak Klimus. Siapa tahu ada." usul Candy. Anggukan dari teman-temannya cukup menjadi jawaban bagi Candy bahwa ia memang harus pergi menghampiri Pak Klimus.
Candy melangkah menuju pos satpam, tempat dimana Pak Klimus sering berada. Langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok PAKETU sedang berbincang dengan orang yang ingin ia temui.
"Makasih yaa, pak." ucap Fahri seraya tersenyum.
Pak Klimua membalas senyuman Fahri sembari mengangguk.
"Pak, tinner dong." serobot Candy yang baru datang.
"Laah itu udah diambil sama temen kamu."
Candy menoleh pada Fahri yang pura-pura sibuk dengan Tinner yang dipegangnya.
"Yaudah makasih, pak."
Pak Klimus mengangguk. Sebelum Candy melangkah pergi, Pak Klimus sempat bertanya pada gadis itu.
"Dy, kenapa jidat kamu diperban gituu..??"
Candy tersenyum kikuk. Ia memegang pelipisnya yang terluka. "Ohh, ini. Gak kenapa kok, pak. Terluka itu adalah salah satu proses menuju pribadi yang tangguh dan kuat. Karna tanpa luka, kita gak akan pernah bisa mengetahui apa itu artinya bersyukur."
Jawaban panjang kali lebar yang diberikan Candy, membuat semua orang yang ada disitu melongo tak percaya. Kesambet jenis setan apa Candy saat ini?!.
"Udah, ahh, Pak. Candy pergi dulu yaa." ucap Candy seraya menepuk bahu Pak Klimus. Candy dan Pak Klimus itu memang dekat. Mereka bahkan terlihat seperti teman ketimbang murid dan penjaga sekolah.
"Tu, cepetan. Ditunggu ama sekelas tuh." ucap Candy dingin.
Fahri melangkah mengikuti Candy yang sudah lebih dulu pergi. Ia harus sedikit berlari kecil untuk bisa menyusul Candy. Ritme berjalan Candy itu emang cepat, genk.
"Masih sakit..??" tanya Fahri.
Candy menggeleng.
"Kenapa kamu panggil saya ---emmm apa itu. 'PAKETU'.?"
***
➡10-------------
Dan terimakasih, untuk setiap kejadian indah yang kini telah menjadi kenangan.*******
Yuhuuu...
Ada yang pernah kayak gini juga gak. Atau ada yang KM nya kaya Idan juga gak..?? Wkwkwk. Kalo yang kenal gue dari dulu pasti tau yaa kejadian ini kek gimana.
Ok gais. Vomment nya yee. 😘😉
👍
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Novela JuvenilSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...