Pagi ini Candy nampak lebih bersemangat. Ia sudah berjanji untuk tidak akan menangis dan berasdih lagi. Dan ia menepatinya.
"Cantik sangat anak Pipo ini. Mau kemana kau..??" tanya Pipo ketika Candy melangkah menghampirinya. Yaa, seperti apa yang dikatakan Pipo tadi. Pagi ini Candy terlihat lebih anggun dengan Cardigan biru yang membalut seragamnya. Rambut bergelombang yang ia ikat setengah. Daan.. mata Pipo semakin menelisik Candy lebih dalam ketika meraskan ada yang berbeda dari anak gadisnya itu.
"Kau memakai lipstick..??" tanya Pipo.
Sontak Candy langsung menyentuh bibirnya. Menggosoknya kasar berharap lipstick itu akan hilang. "Jelek yaa. Ga akan lagi deh. Ini pertama kalinya Candy pakai lipstick loh."
Pipo tertawa. Ia mengacak pucuk kepala Candy. "Kau cantik sangat pakai itu. Tapi, kau kan akan pergi sekolah. Tak usahlah berdandan yang berlebihan. Cukup pakai bedak bayi sajalah macam biasa."
Candy nyengir lebar. Bunbun yang baru datang dari dapur langsung menghampiri anak dan suaminya itu. "Ada apa atuh ini teh..??"
"Ini niih. Anakmu sudah mulai berdandan." kata Pipo lalu meminum kopi yang baru dibawakan Bunbun.
"Haha, biarin atuh, Pi. Kan Candy cewek. Yang namanya dandan itu wajib."
Tok.. Tok.. Tok..
Ketuka pintu menginterupsi perbincangan hangat keluarga ini. Candy melangkah menuju pintu untuk membukanya.
"Lohh, Utay..??"
Lelaki yang sama berseragam dengannya tersenyum. Begitu pula dengan sang gadis. Senyum merekah terukir diwajah Candy ketika melihat penampilan Utay sekarang.
Utay yang selalu berpenampilan urakan. Kini terlihat lebih rapih. Baju seragamnya ia masukkan kedalam celana. Dasi nya menggantung indah di leher lelaki itu. Rambut yang dulunya nampak berantakan, kini terlihat lebih tertata dengan gaya yang sederhana. Dan satu lagi yang membuat Candy tercengang.
"Utay. Lo lepas behel..??"
Lelaki itu mengangguk. Ia tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang sudah di bebaskan dari penjara. "Ganteng gak..??"
Candy mengangguk antusias. Ia sepertinya melupakan kehadiran dua orang yang memperhatikan keduanya dari dalam rumah.
"Ekhemm."
Utay menelan lidahnya kelu ketika suara deheman Pipo yang terkesan tegas, terdengar di telinganya.
Pipo merangkul pundak Candy. "Ada perlu apa pagi-pagi datang kerumah saya..??"
"Emmm. Sa--yaa. Ma--uu--"
"Ehhh ada Tayoo." ucap Bunbun memecahkan keheningan. Utay menghembuskan nafas lega ketika Bunbun datang. Setidaknya, Bunbun ada di pihak dia.
"Utay kali, Bun. Bukan Tayoo. Kayak kartun anak aja." jelas Candy.
Bunbun terkekeh. "Hehe, iya. Maksutnya ituu."
"Utay mau ngajak Candy pergi sekolah bareng, Bun." kata Utay pada Bunbun.
"Ohh gitu. Kamu minta izin sama Pipo aja yaa."
Utay melotot. "Kirain bakal bela gue."
Pandangan Utay beralih pada Pipo. Ia berdehem sebelum berucap. "Om, saya boleh kan ngajak Candy pergi sekolah bareng."
Mata tajam Pipo menelisik Utay dari atas sampai bawah. Membuat yang di tatap menelan ludahnya kasar.
"Sepertinya anak baik."Pipo tersenyum. Membuat Utay mendesah lega. "Boleh, kok. Tak usah tegang begitu lah berbicara denganku. Santai saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...