Rindu (Sc:11)

25 5 0
                                    

   Setelah perjalanan yang cukup melelahkan serta menguras tenaga, waktu, dan tentunya kesabaran. Akhirnya Candy pun memarkirkan motornya di rumah berlantai dua yang bisa dibilang cukup mewah.

  "Ini rumah lo...??" Candy terlihat begitu terpukau dengan rumah Fahri yang bernuansa american classic.

   "Bukaann.." jawab Fahri seraya turun dari motor.

  "Laah terus kenapa lo minta berhenti disini..??"

  "Ini rumah orang tua saya."

  Candy hanya bisa terdiam saat mendengar jawaban dari Fahri tadi. Memang laki laki spesies Fahri ini sudah jarang ditemukan. Dengan kekayaan yang ia miliki, tak ada sedikit pun niat Fahri untuk memamerkannya pada orang lain. Karna baginya, harta dan tahta bukanlah hal terpenting dalam hidupnya, melainkan ada hal yang ia anggap lebih penting dari segalanya. Yaitu cinta, ketulusan, dan kasih sayang.

  "Mang Maman.." teriak Fahri pada satpam dirumahnya yang sedang tertidur lelap

  Mendengar Fahri menyebutkan nama satpam dirumahnya itu, Candy sempat berpikir apakah Mang Maman yang disebut Fahri adalah orang yang sama dengan Mang Maman yang Candy kenal.

  "Itu Mang Maman yang jadi satpam di Cafe lo bukan..??" tanya Candy pada Fahri.

  "Iyaa. kalau malam Mang Maman emang suka ikut jaga disini. Bantuin Pak Sapto, soalnya dia kan udah tua. Kalau ada maling kasian, gak ada yang bantu."

  "Laahh kan ada elu...??"

  Fahri tak menghiraukan ucapan Candy, dia kembali berusaha memanggil Mang Maman agar terbangun dari mimpi indahnya itu. Sementara Pak Sapto yang disebut Fahri tadi malah gak keliatan ujung ubannya sama sekali.

  "Emang gak bisa buka sendiri apa....??" gerutu Candy.

  "Lahh kamu sendiri ngapain masih disini..?? Bukannya pulang."

  "Eehh iya yaa, ngapain juga gue masih disini." Candy menepuk jidatnya pelan, karna kalau keras pasti sakit.

  Saat Candy sedang menyalakan motornya kemabali, terlihat seorang cowok tampan keluar dari dalam rumah dengan celana pendek selutut dan kaos oblong berwana biru yang bergambar doraemon. Dia mulai berjalan dipenuhi karisma yang begitu terpancar dari dalam dirinya. Setelah berada tepat dihadapan gerbang, cowok itu langsung membukakan pintu gerbang yang dari tadi tertutup rapat kayak kaleng kornet.

  "Looh kak Angga...??" Candy begitu terperangah saat melihat bahwa cowok itu adalah lelaki yang sempat membuatnya terpukau.

  "Kamuu..." ucap Angga sembari berusaha mengingat Candy.

  Sementara Candy yang ingin sekali diingat oleh Angga, hanya bisa mangap sambil terus menatap Angga tanpa berkedip. Melihat Candy yang mangap seperti memberi akses untuk laler masuk ke mulutnya, Fahri langsung mendorong dagu Candy dari bawah ke atas agar mulutnya tertutup kembali. Alih alih mulutnya tertutup, Candy malah membuat mulutnya semakin terbuka lebar.

  "Kamu yang jadi pelayan itu kaann...??" ucap Angga setelah berhasil mengingatnya.

  Mendengar ucapan Angga, Candy langsung memutar bola matanya malas. Candy ingin diingat sebagai penyanyi Cafe, walau pada kenyataannya dia memang jadi pelayan disana.

180 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang