Sorenya setelah pulang sekolah. Rendi, Aris, Galih dan cewek satu-satunya di genk mereka, yaitu Candy. Memutuskan untuk mengisi sore mereka dengan berlatih sepatu roda. Mengasah bakat mereka dalam bidang itu. Kali ini tempat yang dituju mereka tidak terlalu jauh, hanya di sekitaran kompleks rumah Candy.
"Capek bos.?!" Candy menepuk pelan bahu Aris.
Aris menyeka peluh yang membasahi wajah mulusnya dengan ujung kelingking yang dilentikkan.
"Capek baatt. Duh sebentar lagi kayaknya princess dehidrasi nih."Rendi tergelak. Ia memukul sedikit jidat Aris. "Princess dari kolong jembatan mana lo?!"
"Enak aja si aris dikatain princess dari kolong jembatan." bela Galih.
Aris lantas menepuk bahu sahabatnya itu. "Nah tuhh denger, Ren. Galih aja kayaknya udah terpesona sama keanggunan gue."
Galih bergidik jijik. Ia segera menghempaskan tangan Aris di lengannya. "Iddih najise gue. Maksudnya, lo bukan princess dari kolong jembatan."
"Terus darimana Gal..??" tanya Candy penasaran.
"Dari lubuk sumur yang terdalam." jawab Galih sekenaknya.
"Elaah, Gal. Dimana-mana tuh yang ada,
lubuk hati yang terdalam. Bukan lubuk sumur yang terdalam. Euhh, Abdul." Aris sedikit menekankan kata 'Abdul' pada Galih."Woyy, jangan bawa-bawa partai dong." Rendi jelas tersungging, ehh tersinggung. Saat Aris menyebut nama lelaki yang sudah berperan besar menghadirkannya ke dunia. Abdul Syafi'i. Itulah nama babeh kesayangan Rendi.
Candy tertawa. Seperti biasa, tawa lebarnya selalu membuat insting jahil dalam jiwa temannya kembali muncul. Dengan iseng, Galih mengambil tikus bohongan yang sedari tadi tersimpan di saku belakang celananya. Lalu ia lemparkan pada Candy yang masih senantiasa tertawa.
"Ahh Candyy itu ada apaan tuh di paha lo." teriak Galih seraya menutupi wajahnya dengan telapak tangan agar terlihat meyakinkan bahwa ia sedang takut.
Candy melirik pahanya. Ia langsung menjerit dan berlari heboh saat melihat binatang putih dan berbuntut panjang.
Ia naik ke atas pohon untuk yang tidak terlalu tinggi untuk bisa menghindari hewan menjijikan itu."Gaalihhhh, dasar setaan." Murkanya pada Galih.
Semua tertawa. Menjahili Candy surga dunia tersendiri bagi mereka. Karna gadis itu selalu mempunyai gaya refleks yang unik dan membuat tawa mereka pecah.
"Udah, Dy. Turun. Udah gak ada tikusnya." Rendi membujuk Candy untuk turun.
"Enggak. Kalian bohong. Pasti tikusnya lo pada umpetin kan?!"
"Enggak ih, asli." Galih menggosokkan telunjuk nya pada telinga. Ciri khas naks gaoel Bandung untuk menunjukkan bahwa mereka tak bohong. Padahal dibalik itu, mereka menyiapkan kejahilan yang lebih lagi.
Ngenes sekali si Candy ini. Terus saja dia dijadikan bahan rusa percobaan temannya. Walau seperti itu, hal inilah yang membuat mereka menjadi dekat.
Candy turun dari pohon dengan susah payah karna sepatu roda yang melekat di kakinya. Entah apa yang terjadi pada tubuhnya, ia langsung duduk tak berdaya di pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...