Keping 7

24 2 0
                                    

Tania heran kenapa Kiara tidak masuk sekolah hari ini. Bahkan Kiara tidak menghubunginya. Seharusnya sebagai teman dekat, Kiara memberitahunya apa yang terjadi. Apa alasan gadis itu tidak masuk. Walau ada surat dari orang tua Kiara yang menjelaskan ketidakhadirannya itu, tetap saja membuat Tania heran. Soalnya kemaren, saat terakhir mereka bertemu, Kiara terlihat baik-baik saja. Jadi nggak heran kalau dia bertanya-tanya kenapa Kiara bisa sakit. Tidak hanya Tania, Willi juga kepikiran hal yang sama. Ditambah dengan kekhawatiran akan keadaan Kiara. Bahkan teman mereka itu tidak bisa dihubungi sama sekali. Yang membuat mereka semakin khawatir adalah beredarnya gosip disekolah tentang Kiara. Kalau kemaren ada cowok yang berantem di gerbang sekolah karena Kiara. Dan gadis itu menangis. Kemudian salah satu dari cowok itu merangkul Kiara dan membawanya pergi. Ada yang mengata-ngatai Kiara. Ada juga yang tidak peduli. Tapi tetap saja Tania dan Willi yang mendengar merasa telinganya panas karena mereka memburuk-burukan Kiara.

“Gue jadi khawatir kalau dia nggak bisa dihubungi seperti ini. Apalagi dengan gosip yang beredar seperti ini”

Cerocos Willi saat mereka berdua sedang nongkrong dikantin ketika jam istirahat. Dia sudah mencoba berkali-kali, namun hasilnya tetap sama. Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi. Suara operator berulang kali mengatakan hal itu setiap Willi menghubungi Kiara. Kan bikin kesal. Menambah kekhawatiran mereka.

“Ntar pulang sekolah kita ke sana deh” putus Tania. Willi menganggukan kepalanya menyetujui.

Saat pulang sekolah, mereka langsung menuju rumah Kiara. Willi menghentikan mobilnya nggak jauh dari rumah Kiara. Rumah yang didominasi warna putih itu cukup besar, tapi kelihatan paling rimbun di antara rumah-rumah lainnya yang ada di kompleks itu. Semua orang yang lewat di depan rumah itu pasti langsung tahu bahwa penghuni rumah itu pencinta tanaman. Bayangin aja, dari balik pagar terlihat jelas beraneka tanaman, mulai dari tanaman bunga aneka warna sampai pohon cemara, pohon belimbing, dan pohon jambu. Pokoknya lengkap deh! Tania turun lebih dulu dari mobil dan langsung menekan bel di tembok pagar rumah Kiara. Willi menyusul di belakangnya. Seketika pintu terbuka dan seseorang berdiri dibaliknya. Itu Bunda Kiara. Arin.

“Siang Tante, Kiaranya ada?” tanya Tania sopan.

“Dia ada di kamarnya. Lagi sakit” balas Arin.

“Sakit apa tante?”

“Demam, dari kemaren badannya anget tapi dia nggak mau tante bawa ke dokter”

“Kami boleh liatkan Tante?”

“Tentu saja. Ayo masuk! Kalian langsung saja ke kamarnya!”

Tania dan Willi masuk dan langsung menuju kamar Kiara di sebelah tangga. Kedua cewek itu udah sering banget main ke rumah Kiara, makanya mereka hafal seluk – beluk rumah ini. Sampai di depan kamar Kiara, Tania menghentikan langkahnya dan mengetuk pintu pelan – pelan. Nggak ada sahutan. Sekali lagi Tania mengetuk pelan, tapi kali ini sambil memanggil nama Kiara.

“Masuk aja”

Terdengar jawaban lirih dari dalam kamar. Tania dan Willi beradu mata sesaat, lalu pelan – pelan mereka masuk ke kamar.

“Hai Ki, gimana keadaan lo?” tanya Tania begitu duduk di dekat Kiara. Tapi gadis itu tetap bergelung dalam selimut. Kiara merasa kedinginan padahal suhu tubuhnya meningkat. Tapi yang dilihat Tania ada yang aneh pada Kiara. Matanya terlihat bengkak. Seperti habis menangis.

“Lo abis nangis?” tanya Willi. Sepertinya dia juga menyadari itu.

“Nggak kok. Mungkin ini karena efek demam” ucap Kiara berdalih dengan suara serak. Dia tidak mau mereka nanti malah nanya-nanya kalau dia menjawab jujur. Kiara belum siap untuk menceritakan hal ini. Tania hanya bisa diam mendengar jawaban Kiara itu. Dia tau itu bohong. Mana ada orang yang matanya bengkak karena demam.

“Oh ya Ki, apa yang terjadi kemaren sama lo? Ada gosip buruk yang beredar tentang lo” ucap Tania.

“Gosip apa?” Kiara bertanya heran.

Willipun menceritakan apa yang dia dengar. Sesekali ditimpali oleh Tania.

“Serius lo dipeluk cowok di gerbang sekolah?” tanya Willi yang tidak bisa menutupi rasa penasarannya.

“Itu kak Virgo, kakak gue. Karena ada cowok yang gangguin gue. Kak Virgo kebetulan baru nyampe dan langsung ngehajar tuh cowok. Terus ngerangkul gue karena ngeliat gue ketakutan diganggu cowok itu” jelas Kiara yang setengahnya bohong. Willi dan Tania hanya manggut-manggut mendengar cerita Kiara.

“Oh ya, tadi waktu istirahat lo di cariin Mikko” tambah Willi.

“Nggak usah ngomongin si brengsek itu. Gue benci sama dia”

Jelas saja perkataan Kiara itu membuat Willi dan Tania mengernyit bingung. Kiara terpaksa enceritakan kejadian di ruang sekretariat kemaren. Mendengar hal itu membuat keduanya semakin melongo tidak percaya. Mereka pikir, cowok itu baik dan perfect. Tapi di dunia ini mana ada yang sempurna.

“Gila ya tuh cowok. Gue nggak nyangka dia kayak gitu. Untung banget ya Ki lo nggak suka sama dia. Dan untungnya juga gue cuma suka sama dia bukannya naksir. Kalau sampai gue naksir bisa hancur berkeping-keping hati gue” ceroscos Willi.

“Gila gue nggak nyangka. Rasanya pengen banget tuh orang gue jadiin perkedel” balas Tania. “Dan lo sakit gara-gara ini?” tanya Tania. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu.

“Nggak lah. Hebat banget si brengsek itu bisa bikin gue sampe sakit kayak gini” balas Kiara angkuh. Nggak mungkinlah cowok pecundang macam Mikko bisa membuatnya sampai sakit seperti ini. Dia kan cuma cowok pecundang dan nggak berguna. Mengaku keren, tapi bagi Kiara cowok itu benar-benar menjijikan. Nggak beda jauh sama Verry cowok paling bengsek dalam hidup Kiara. Ketiganya sepertinya tidak menyadari kalau dari tadi ada yang mendengarkan pembicaraan mereka.

“Awas aja tuh cowok brengsek. Gue bakal bikin perhitungan sama lo”

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang