Kiara sampai disekolah dengan keadaan kacau. Wajahnya terlihat pucat dan dia juga terlihat lesuh. Tidak hanya itu, bahkan Kiara tidak bisa tertidur semalam. Tania bahkan tidak mengajaknya bicara seolah masih marah karena kejadian Willi kemaren. Semua ini membuat Kiara sakit kepala. Dia juga tidak tau bagaimana keadaan Willi setelah dia pergi dari rumah sakit. Ingin rasanya bertanya pada Tania, tapi sepertinya gadis itu benar-benar tidak peduli lagi padanya. Mungkin pertemanan mereka hanya sesingkat ini.
Tania juga memperhatikan Kiara dari tadi. Bagaimana gadis itu tidak konsen dan mendapat teguran dari guru yang mengajar. Bagaimana pucatnya gadis itu. Bahkan Tania tau kalau pagi ini Kiara berangkat sekolah sendiri. Tidak diantar oleh Virgo seperti biasanya. Tania ingin bertanya dan meminta maaf karena sikapnya kemaren. Tapi dia merasa tidak memiliki kesempatan. Karena begitu sampai di kelas, Kiara langsung merebahkan kepalanya diatas meja seakan tidak ingin diganggu. Tania benar-benar khawatir karena baru kali ini melihat Kiara seperti ini. Dia juga masih penasaran dengan kata-kata yang Kiara ucapkan pada Willi kemaren. Sehingga rasa penasaran itu terjawab ketika bel istirahat berbunyi.
Begitu Bu Nadya, wali kelas mereka yang mengajar Kimia keluar kelas seseorang masuk ke kelas mereka dan menghampiri Kiara. Semua penghuni kelas Kiara yang masih lengkap tercengang melihat yang masuk itu. Terlebih Tania. Kiara tidak pernah cerita kalau dia punya saudara kembar. Tapi saat ini, ketika gadis itu muncul, nggak mungkinkan kalau dia bukan kembaran Kiara, padahal mereka berdua sangat mirip? Dia melirik ke arah Kiara meminta penjelasan namun Kiara membuang muka. Kemudian terdengar bisik-bisik memenuhi kelas.
“Kayak pinang di belah kampak, eh dibelah dua” terdengar suara bisik-bisik seperti itu. Tapi sepertinya kedua orang yang berbagi rupa sama itu tidak peduli dengan kehebohan yang baru saja mereka ciptakan.
“Kita perlu bicara” ucapnya dan langsung menarik Kiara.
Tentu saja Kiara tidak berniat pergi tanpa perlawanan. Namun Kiara tau, kalau mereka bertengkar disini akan menambah keributan yang mungkin saja tidak penting.
Untuk itu dia mengikuti Kiana keluar dari kelas. Sepanjang koridor semua mata menatap mereka takjub. Apa mereka semua nggak pernah melihat orang kembar? Akhirnya mereka berhenti di belakang lab. Tempat itu cukup sepi. Kalau mereka bertengkar seenggaknya tidak ada yang melihat. Sehingga tidak ada yang akan melaporkan mereka ke guru BK.
“Ki, aku kangen sama kamu”
Kiana memulai duluan. Dia bergerak ingin memeluknya tapi Kiara langsung mundur beberapa langkah. Kiana hanya menatapnya bingung.
“Kenapa? Kamu nggak kangen juga sama aku” tanyanya. Tapi tanya itu membuat emosi dan kemarahan Kiara meledak.
“Kenapa lo bilang? Setelah semua kebohongan ini lo masih bisa bilang kenapa?” tanyanya penuh amarah.
“Kiara dengar dulu. Kamu nggak tau keseluruhan dari masalah ini”
“Oh ya apa yang nggak gue tau? Hah? Gue tau semuanya. Kematian lo, kematian mama dan papa, semuanya bohong. Kalian ninggalin gue sendirian padahal kondisi gue sekarat. Apa kalian tau itu? Nggakan? Dan apa menurut lo, gue bakal nerima semua penjelasan lo yang nggak masuk akal itu?”
Kiana hanya bisa diam dengan semua emosi Kiara. Dia paham apa yang Kiara rasakan. Bagaimanapun dia juga sedih mengetahui kebenaran ini sebenarnya. Bukan hanya Kiara yang dibohongi, tapi dia juga. Semua mengatakan kalau Kiara akan bahagia kalau dia sembuh. Dia tak pernah tau Kiara ditinggalkan dengan cara seperti itu.
Sedangkan dia masih bisa bahagia karena ditemani oleh kedua orang tuanya. Dia masih bisa bahagia karena masih ada mama dan papa yang selalu ada di sisinya dan menyayanginya sepenuh hati. Tapi Kiara tidak. Dia tak pernah tau akan hal itu. Yang dia tau selama ini dia sangat merindukan Kiara. Tapi kebohongan yang di alami Kiara lebih parah. Kiana tau pasti Kiara sangat menderita. Penderitaan yang nggak mungkin dia dan siapapun akan mengerti.
“Aku minta maaf, Ki. Aku minta maaf. Kalau aja aku nggak selemah itu, kamu nggak akan ngalamin hal ini. Semua orang nggak akan ngebohongi kamu. Semua nggak akan ngebohongi kita” jelasnya.
Tak hanya Kiara yang sakit dengan hal ini, dia juga. Tapi jika mengingat semua yang sudah terjadi pada Kiara, dia tak pantas untuk mengeluh.
“Aku benar-benar nggak tau kalau kejadiannya seperti ini. Aku juga baru tau ketika kamu pergi. Kak Virgo jelasin semuanya. Aku minta maaf, Ki. Aku benar-benar minta maaf menjadi penyebab semua kebohongan yang kamu alami” ucap Kiana berusaha meyakinkan.
Kiara hanya menatapnya tajam. Tak ada yang harus dia percaya dari semua perkataan Kiana. Buat apa kalau nantinya semua juga hanya kebohongan. Lebih baik dia tidak mempercayai apa-apa lagi.
“Jangan pernah dekatin gue dan nggak usah mikirin gue lagi. Hidup gue cukup bahagia tanpa kalian”
Ucapnya tajam kemudian berlalu pergi.
“Ki... Kiara!” panggil Kiana.
Namun memanggil anak itu sepertinya percuma. Kini Kiara benar – benar meninggalkan Kiana. Kiana hanya bisa terpaku dengan nada bicara Kiara yang tak pernah di dengarnya. Sepertinya kebencian dan kemarahan Kiara lebih besar dibanding yang dia kira. Apa lagi yang harus dia lakukan? Kiana tak tau harus berbuat apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionKiara tidak tau hidupnya akan serumit ini. Dia sudah berusaha menjalani semuanya dengan normal. Bahkan keputusan yang membuatnya pindah sekolah dan pindah tempat tinggal tidak berarti apa-apa. Sepertinya takdir tidak mengijinkannya bahagia. Semua m...