Kiara tidak tau kenapa nyawanya begitu alot. Padahal dia sudah mengalami banyak hal yang hampir membuatnya dibawa sang kematian. Tidak hanya kecelakaan yang dia alami dua kali, bahkan Kiara berkali-kali mencoba mengakhiri hidupnya walau gagal. Selain itu belum lagi paru-parunya yang tidak normal. Kenapa tuhan tidak memanggilnya lebih cepat saja? Disaat Kiara berpikir kematian akan menjemputnya, tuhan selalu punya cara untuk mengembalikan rohnya ke dalam tubuh. Kiara tidak tau dosa apa yang pernah dibuatnya dimasa lalu sampai-sampai hidupnya mengalami cobaan seberat ini. Apa tuhan terlalu sayang padanya sampai-sampai menimpakan cobaan terlalu banyak?
Kiara sering mendengar kata-kata bijak jika tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan makhluknya. Hanya saja dikenyataan seperti ini, rasanya Kiara sudah tidak sanggup. Dia sangat ingin menyerah. Baginya kata-kata itu hanyalah penghiburan.
Kiara menghembuskan napasnya kasar. Saat ini dia dalam perjalan menuju makam Sandra bersama dengan Olive. Olive sudah meminta ijin pada orang tuanya untuk tidak masuk sekolah karena ingin mengunjungi makam Sandra. Hebatnya lagi orang tuanya mengijinkan begitu saja tanpa banyak bertanya. Mungkin karena ada Kiara juga. Walau perjalanan memakan waktu panjang yang akan mengharuskan mereka menginap nantinya, keduanya terlihat tidak peduli. Masalah menginap adalah sesuatu yang gampang. Apalagi tempat yang mereka kunjungi bukanlah tempat yang asing bagi keduanya.
Berjam-jam waktu dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai ditujuan. Sebelum ke makam, mereka mengisi perut dulu di sebuah warung makan dipinggir jalan. Setelah itu barulah mereka menuju makam Sandra.
Begitu sampai di makam, Kiara langsung ditarik Olive ke makam Sandra. Saat Sandra dimakamkan Kiara tidak sempat melihat sahabatnya itu untuk terakhir kali karena Kiara masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Bahkan Kiara tidak sempat mengucapkan permintaan maaf pada saat terakhir. Ketika mengetahui kalau Sandra sudah tidak ada karena kecelakaan itu Kiara sempat drop. Dia berkali-kali menyakiti dirinya sendiri. Usaha terakhirnya hampir saja berhasil kalau Virgo tidak datang pada waktu yang tepat saat itu. Semenjak itu Kiara tidak lepas dari pengawasan dua puluh empat jam agar tidak melukan hal bodoh.
Ini pertama kalinya Kiara ke makam Sandra. Selama ini dia tidak berani menampakan dirinya dimakam Sandra. Juga di hadapan kedua orang tua Sandra. Hanya saja kini Kiara tau, dia harus menemui kedua orang tua Sandra dan meminta maaf. Bagaimanapun, ini tidak hanya karena ada seseorang yang berusaha membunuhnya. Kalau saja dia mati pada kecelakaan tujuh tahun lalu dia tidak akan bertemu dengan Sandra hingga Sandra tidak perlu pergi secepat itu. Hanya saja menusia hanya bisa berandai-andai yang tidak akan mungkin terjadi.
Kiara berjongkok dan mulai mencabuti rumput liar yang mulai tumbuh. Olive ikut melakukan hal yang sama. Setelah merasa bersih keduanya menaburkan bunga sehingga makam Sandra nampak berwarna. Setelah itu mereka berdoa.
“Maafin gue, Ndra”
Itu suara pertama yang muncul dari mulut Kiara semenjak menginjakan kaki di sini. Rasanya mengenang Sandra sangat menyakitkan bagi Kiara. Olive hanya mengelus kepala Kiara pelan. Seolah dengan begitu dia menenangkan sahabatnya itu. Olive sendiri memilih bercerita pada makam Sandra. Seolah dengan begitu Sandra mendengar di alam sana apa yang dikatakan Olive.
“Semoga lo bahagia disana ya. Gue kangen sama lo”
Itu kata terakhir yang Olive ucapkan. Setelah itu hanya suara desau angin yang mengisi keheningan diantara mereka berdua. Cukup lama berada di sana, keduanya memutuskan untuk pergi dari sana. Masih ada tempat yang harus mereka kunjungi.
Begitu sampai di mobil, Olive menjalankannya ke arah yang sangat dia kenal. Rumah Sandra, rumah lamanya, rumah nenek Kiara. Tidak membutuhkan waktu lama. Hanya lima belas menit mereka sudah sampai ditujuan.
Olive merindukan suasana ini. Rumah yang pernah mereka bertiga tinggali hanya dipisahkan oleh pagar hidup dari bunga asoka. Saat akan saling mengunjungi mereka hanya perlu melompatinya karena hanya setinggi lutut. Terdapat beberapa pohon jambu yang saat ini tengah berbuah. Mereka bertiga sering kali melemparnya dengan batu agar buah jambu tersebut berjatuhan yang akhirnya diteriaki oleh mama Olive karena mengenai rumah. Di depan rumah Sandra yang memisahkan rumah mereka berdua terdapat ayunan dari kayu yang dulu menjadi tempat mereka bertiga bermain. Bahkan sampai mereka bertiga besar. Rasanya Olive melihat masa kecil mereka bertiga lagi.
Kiara sendiri terlihat terdiam mematung. Tidak hanya Olive, Kiara juga seakan melihat masa kecil mereka di sana. Rasanya menyesakan. Kiara saja yang hanya sahabat Sandra bisa merasa sekehilangan ini. Entah bagaimana yang dirasakan oleh orang tua Sandra.
Keduanya masuk ke pekarangan rumah Sandra. Kiara mengumpulkan keberaniannya untuk mengetuk pintu rumah Sandra. Dia menghela napas sebentar sebelum akhirnya memutuskan mengetuk pintu.
Tidak membutuhkan waktu lama, pintu rumah Sandra terbuka menampakan sesosok perempuan tengah baya yang Kiara kenali sebagai Bunda Sandra. Tanpa buang waktu Kiara langsung saja bersujud di kaki Bunda Sandra sambil menggumamkan kata maaf. Perempuan itu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kiara. Bahkan rasanya dia tidak akan mengira Kiara akan muncul di sini. Sambil bersujud meminta maaf pula.
“Maafin Kiara, Bunda. Karena Kiara, Bunda harus kehilangan Sandra”
Perempuan itu bersimpuh, kemudian memaksa Kiara untuk bangkit. Dia tau Kiara juga kehilangan seperti dirinya. Walau kenyataan ini sangat berat, dia tau kematian Sandra bukan kesalahan Kiara. Bahkan bisa dibilang dia bersimpati pada Kiara. Dia sudah tau kebenarannya. Polisi sudah menghubunginya mengatakan kalau pelaku yang sengaja menyabotase kecelakaan itu sudah tertangkap. Dia diharapkan datang saat proses persidangan.
“Bunda tau ini bukan salah kamu. Mungkin tuhan sengaja jemput Sandra lebih cepat biar dia nggak perlu menderita terlalu lama. Tuhan lebih sayang dia dibanding kita sayang sama Sandra”
Bunda Sandra berusaha memeluk Kiara. Pasti semua ini lebih berat bagi Kiara. Gadis itu belum bisa mengiklaskan. Gadis itu dipenuhi rasa bersalah dan sakit.
“Ada hal yang harus kalian tau tentang Sandra. Mungkin dengan begitu kamu nggak perlu menyesali yang sudah terjadi. Kamu harus bisa mengikhlaskan sayang. Seperti yang bunda lakukan agar Sandra tidak tersiksa di sana”
Bunda Sandra mengajak mereka masuk. Tidak berhenti diruang tamu tapi ke kamar yang dulu ditempati oleh Sandra. Kamar itu bersih. Sebersih saat Sandra masih meninggali kamar itu. Bahkan Kiara langsung mencium aroma Sandra yang biasa. Aroma mint dan coklat.
Kiara mengamati dan menyimpan kenangan rapat-rapat dalam hatinya. Suasana kamar Sandra tidak berubah. Foto-foto mereka masih tertempel memenuhi dinding. Juga poster-poster penyanyi favorit Sandra. Tidak hanya foto mereka saat kecil, juga beberapa saat sebelum kecelakaan itu. Astaga, betapa Kiara merindukan Sandra.
Fokus Kiara teralih ketika Bunda Sandra membuka sebuah laci dan mengambil sebuah amplop putih. Menyerahkannya pada mereka berdua. Dengan ragu Olive yang mengambil amplop itu membukanya. Hanya saja kertas itu jatuh begitu saja. Melihat Olive yang terlihat shock, Kiara memungut dan membaca kertas itu. Dia tidak kalah terkejutnya dengan Sandra.
“S..sejak kapan Sandra sakit tante?”
Olive yang lebih dulu bersuara. Bunda Sandra terlihat menghela napas sejenak, kemudian akhirnya buka mulut.
“Sandra menerima vonis itu seminggu sebelum kecelakaan. Dokter bilang penyakit Sandra sudah stadium akhir dan akan sangat sulit untuk sembuh. Mungkin tuhan menjemput Sandra agar dia tidak perlu merasakan penderitaan lebih lama”
Kiara hanya terdiam dengan apa yang disampaikan oleh Bunda Sandra. Hanya Olive yang sesekali menanggapi. Sepertinya gadis itu sama shocknya dengan Kiara hanya saja lebih pandai membawa diri.
“Iklaskan Sandra, ya sayang. Cobalah untuk kuat menjalani apa yang terjadi dalam hidup kamu”
Bunda Sandra sekali lagi memeluk Kiara. Tangannya terulur mengusap kepala Kiara pelan dan penuh sayang. Kiara tidak dapat lagi menahan air matanya. Dia akhirnya hanya bisa menangis begitu saja dalam pelukan Bunda Sandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionKiara tidak tau hidupnya akan serumit ini. Dia sudah berusaha menjalani semuanya dengan normal. Bahkan keputusan yang membuatnya pindah sekolah dan pindah tempat tinggal tidak berarti apa-apa. Sepertinya takdir tidak mengijinkannya bahagia. Semua m...