Semenjak percakapan dikantin tempo hari, Kiara merasa kalau Willi sedikit berubah. temannya yang ceria itu terlihat murung. Bahkan nggak sekali dua kali dia bengong dalam pelajaran yang membuatnya sering kali dimarahi oleh guru yang mengajar. Kiara dan Tania memandangnya prihatin. Sayangnya setiap kali ditanya dia akan menjawab kalau dia baik-baik saja. Kemudian cengengasan seolah-oleh memang tidak ada yang terjadi.
“Wil, lo akhir-akhir ini berubah murung. Lo bener nggak apa-apa?” tanya Tania untuk kesejuta kalinya. Saat ini mereka tengah diperpus menyelesaikan tugas bahasa Indonesia yang harus dikumpul saat jam terakhir nanti. Kiara yang juga sibuk dengan tugasnya melirik kedua teman dekatnya itu. Dia memang merasa kalau Willi tidak seperti biasanya. Ini sudah hampir seminggu dia bersikap seperti itu.
Bukannya Kiara tidak peduli. Dia sudah menayakan berkali-kali, juga mencari tahu sendiri tapi Willi tetap saja bersikeras kalau dia baik-baik saja. Seperti jawabannya saat menjawab pertanyaan Tania barusan.
“Lo nggak punya pertanyaan lain apa? Muak gue denger kalimat itu terus yang keluar dari mulut lo” ucap Willi cuek.
Tania langsung saja menggeplak Willi. Dia khawatir tapi anak itu malah menjawab pertanyaanya dengan candaan seperti itu.
“Gue serius kampret” ucap Tania bersungut-sungut marah. Sedangkan Willi tergelak di tempatnya begitu juga dengan Kiara.
“Wil kalo lo butuh sesuatu, lo bisa cerita sama kita. Kita bakal ada buat lo”
“Uhhh Kiara so sweet deh. Gue jadi terharu”
Willi mengatakan kalimat itu dengan nada lebay. Bahkan sambil memeluk lengan Kiara. Kiara hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkahnya.
“Jadi jawab pertanyaan gue! Lo terlihat murung di semua tempat tau”
“Gue nggak apa-apa, Tan. Lo kan tau sendiri gue nggak pernah punya masalah serius”
Jawaban Willi itu membuat Tania menyerah untuk bertanya lebih jauh. Willi akan tetap saja tidak mau bicara. Dari pada buang-buang waktu lebih baik dia menyelesaikan tugasnya saja. Itu lebih berguna dibanding bertanya dengan pertanyaan yang tidak akan dijawab.
“Lo nanti pulang bareng gue nggak, Ki?”
Kali ini Kiara kembali mengarahkan perhatiannya dari tugasnya ke arah Tania.
“Nggak. Gue dijemput Kak Virgo”
“Kalo lo, Wil?”
Kali ini Tania mengalihkan pertanyaannya pada Willi.
“Kali ini nggak. Gue ada urusan dulu”
“Jadi gue pulang sendirian gitu? Ishhh kalian nggak asik” ucap Tania sambil cemberut. Cemberutan itu hanya dihadiahi dengan gelak tawa Kiara dan Willi. Kadang Tania bisa sangat menghibur seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionKiara tidak tau hidupnya akan serumit ini. Dia sudah berusaha menjalani semuanya dengan normal. Bahkan keputusan yang membuatnya pindah sekolah dan pindah tempat tinggal tidak berarti apa-apa. Sepertinya takdir tidak mengijinkannya bahagia. Semua m...