Kiara tidak tau apa yang harus dilakukannya lagi saat ini. Semua rasa sakit yang dia terima kini membuatnya tidak bisa berfikir. Hanya satu tempat yang terpikirkan oleh Kiara. Karena itu juga dia memutuskan untuk ke sana. Kiara merasa menghilang saja dari semua mungkin lebih baik. Atau mungkin dia harus mati saja?
Kiara keluar dari kereta. Dia melihat sekeliling. Hujan mengguyur dari tadi. Tapi Kiara tidak perlu peduli dengan air hujan yang akan membasahi tubuhnya. Siapa yang peduli kalau dia sakit setelah ini? Kiara berjalan sambil menunduk. Sampai-sampai Kiara tidak tau ada orang di depannya. Seseorang yang berlari sepertinya takut ketinggalan kereta. Jelas saja mereka bertabrakan. Untung saja tidak ada satupun diantara mereka yang jatuh kelantai. Kiara hanya menatapnya sekilas, kemudian berlalu tak peduli. Samar – samar dia mendengar gadis itu meminta maaf padanya. Kiara terus berjalan keluar dari area stasiun. Jaket hijaunya mulai basah karena hujan. Walau nggak deras, cukup untuk membuatnya basah kuyup kalau lebih lama lagi berada di sini.
“Kiara”
Suara itu membuat Kiara menoleh. Seseorang dengan tergopoh-gopoh mendekati Kiara.
“Sorry bikin lo nunggu, lo sih datang mendadak” suara itu terdengar ceria ditelinga Kiara. Tanpa banyak cincong Kiara mengikuti di belakang. Mereka masuk ke dalam mobil yang tentu saja dikendarai oleh orang yang menjemput Kiara. Kalau mereka lebih lama lagi di luar, mereka pasti akan basah kuyub.
“Gue nggak nyangka lo bakal datang mendadak seperti ini” ucap orang itu setelah sampai di dalam mobil. Mata hazelnya memandang Kiara sesaat. Kiara balas menatapnya. Hanya saja tatapan Kiara saat ini membuat orang yang menjemput gadis itu tau ada sesuatu yang sudah terjadi.
“Lo baik-baik aja?” tanyanya langsung. Dia terhenyak ketika tiba-tiba saja Kiara menangis. Tidak mengeluarkan suara. Hanya saja menangis seperti itu lebih sakit dari pada menangis terang-terangan.
“Maaf. Maafin gue! Karena gue, Sandra harus jadi korban. Seharusnya gue aja yang mati, Liv, bukan Sandra”
Orang yang dipanggil Liv oleh Kiara tersebut adalah Olive. Satu dari dua orang teman terdekat Kiara. Satu-satunya setelah Sandra. Mereka dulu satu sekolah sampai kematian Sandra akhirnya mereka berpisah. Kiara kembali ke kota kelahirannya, Olive juga pergi ke kampung halaman orang tuanya. Jauh dari semua hal yang berhubungan dengan Sandra karena mereka sama-sama merasa kehilangan.
Olive yang tidak siap dengan kata-kata Kiara, hanya bisa mematung. Dia semakin yakin kalau sudah terjadi sesuatu. Sesuatu yang membuat Kiara terlihat seburuk ini. Kiara terlihat pucat, bibir kering dan mata merah. Entah seberapa lama gadis itu menangis.
“Sssttt. Itu bukan salah lo. Udah takdirnya Sandra pergi secepat itu”
“Tapi kalau bukan karena dia didekat gue, dia nggak akan meninggal Liv. Dia nggak akan terbunuh karena kecelakaan itu”
Olive mengernyit bingung. Lalu tanpa dipaksa Kiara bercerita pada Olive apa yang sebenarnya terjadi. Apa penyebab dari kecelakaan yang merenggut nyawa Sandra. Serta pelaku dari kejadian itu. Olive hanya bisa diam membisu saat kata-kata itu keluar dari mulut Kiara. Kiara pernah bercerita kepadanya dan Sandra kalau orang tua gadis itu sudah tiada, bahkan mereka pernah diajak Kiara untuk berziarah. Tapi nyatanya itu cuma omong kosong. Rasanya dia ingin membalas semua rasa sakit yang diderita Kiara saat ini. Tanpa pikir panjang Olive langsung memeluk Kiara mencoba menenangkan walau dia tidak yakin akan bisa.
Dia sadar betapa hancurnya Kiara saat ini. Apalagi dia tau kondisi kesehatan Kiara tidak selalu stabil. Olive hanya bisa berharap kalau Kiara tidak akan melakukan hal bodoh yang pernah dilakukannya beberapa saat lalu. Olive hanya berusaha agar Kiara tidak melakukan itu.
Olive juga tau kata-katanya tidak akan mengurangi beban Kiara. Maka dari itu Olive hanya diam sambil memeluk Kiara yang masih menangis.
“Gue nggak akan ngehentiin lo nangis. Sekarang kita harus pergi dulu dari sini. Lo akan selalu punya gue, Ki. Gue akan selalu ada buat lo”
Setelah mengatakan itu, Olive melepaskan pelukannya dari Kiara. Dia menghidupkan mobil, kemudian berlalu dari stasiun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionKiara tidak tau hidupnya akan serumit ini. Dia sudah berusaha menjalani semuanya dengan normal. Bahkan keputusan yang membuatnya pindah sekolah dan pindah tempat tinggal tidak berarti apa-apa. Sepertinya takdir tidak mengijinkannya bahagia. Semua m...