Keping 28

20 1 0
                                    

Kiara tak tau seberapa lama dia tak sadarkan diri. Yang dia ingat terakhir kali dia bertengkar dengan Kiana kemudian bertemu Mich. Sekarang dia tak tau dengan jelas dia ada di mana. Yang terpikirkan olehnya saat ini hanyalah rumah sakit. Dia cukup yakin dengan apa terlintas dipikirannya itu. Apa lagi ketika meyadari selang – selang yang menempel di tubuhnya. Kiara melihat sekitarnya tanpa kentara. Dia tak sanggup untuk banyak bergerak. Badannya terasa sangat lemas. Bahkan untuk menggerakan jarinya saja terasa susah.

Kiara mencoba memperhatikan lagi sekelilingnya. Namun ada yang tidak bisa dia percayai. Ada mamanya di sini. Dia tengah menggenggam tangan Kiara.

“Kiara. Sukurlah kamu sudah sadar”

Kiara yakin sekarang ini bukan mimpi. Itu benar-benar mamanya. Renata Wijawa Bahkan Mama memegang tangannya sambil menangis. Kiara tak tau apa itu air mata penyesalan atau apa. Dia tak ingin memikirkan apa-apa saat ini. Itu hanya akan semakin mengacaukan kondisinya.

“Minum...” rengeknya.

Tenggorokannya terasa kering dan sakit. Suaranya juga terdengar sangat pelan. Renata meraih gelas dan pipet, kemudian membantu Kiara minum. Setelah itu tak ada yang berani bersuara. Kiara hanya mencoba menutup matanya kembali. Dia merasa sangat lelah sekali. Tapi dia kembali membuka mata ketika mendengar isak tangis. Itu isak tangis mamanya.

“Maafkan, Mama, Kiara. Maaf selama ini Mama menelantarkan kamu. Nggak seharusnya kamu menghadapi semua ini sendirian”

Kiara hanya bisa terdiam. Dia tak tau harus menjawab apa.

“Seandainya Mama tau, mama nggak akan pernah meninggalkan kamu. Mama nggak akan menerima keputusan bodoh ini” lanjutnya. Sedangkan Kiana juga hanya bisa diam. Dia tak tau apa yang ada dipikiran Kiara akan semua ini. Dia juga tak tau harus bicara apa. Kiana tau, secara tidak langsung dialah penyebab semua kekacauan dalam hidup Kiara.

“Kiara... mau istirahat. Kiara capek”

Hanya itu yang bisa dikatakan Kiara. Sambil menangis, mamanya mengangguk. Dia memegang tangan Kiara. Kiara juga tak berusaha melepaskannya. Selain tak bisa, dia juga tak punya tenaga untuk melakukannya. Yang jelas dia mau tidur lagi. Nggak perlu melihat mereka untuk beberapa jam kedepan. Atau kalau perlu selamanya saja.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang