Keping 16

22 2 0
                                    

Kiara dan Tania memutuskan untuk keliling kota mereka untuk mencari Willi. Kiara sudah mencoba menghubunginya berkali-kali menggunakan ponsel Tania tapi percuma. Sedangkan Tania fokus menyetir sambil sesekali melirik bagian kanan jalan. Berharap dengan begitu mereka dapat menemukan Willi. Sayangnya semua itu tidak berguna sama sekali. Bahkan mereka tidak menemukan Willi di semua tempat yang mereka anggap kemungkinan besar Willi akan berada di sana.

“Gimana?”

“Masih sama. Nggak bisa dihubungi sama sekali”

Tania menghela napas putus asa mendengar jawaban Kiara. Saat ini hanya satu tempat tersisa yang akan mereka kunjungi. Tania berharap kalau Willi ada di sana. Kalau gadis itu tidak ada juga, Tania tidak tau lagi harus mencari kemana.

Tania membelokan mobilnya di sebuah persimpangan jalan. Jalan itu masih berupa jalan yang dipenuhi kerikil. Bukan aspal seperti jalan lainnya. Malah ada sebagian yang masih tersusun atas tanah. Untungnya hari tidak hujan sehingga jalanan itu tidak becek.

Lima belas menit berlalu mereka sampai di tujuan. Tania memarkir mobilnya di depan sebuah gerbang yang catnya mulai terlihat mengelupas. Di sana ada tulisan yang sudah tidak jelas untuk dibaca. Sepertinya nama tempat ini yang merupakan sebuah taman yang sudah ditinggalkan. Di dalam sana terdapat sebuah danau buatan yang lumayan indah menurut Tania. Willi sering mengajaknya kesini saat mereka merasa suntuk karena kepadatan kota. Apalagi tempat ini sangat nyaman dan sejuk. Tania tidak tau kenapa taman ini dtinggalkan. Hanya saja itu menjadi keuntungan mereka karena saat mereka ke tempat ini tidak ada yang akan menganggu. Tania berharap Willi benar-benar berada di sini. Apalagi dia melihat mobil Willi juga terparkir di dekat gerbang barusan.

Tania dan Kiara langsung masuk ke dalam taman. Tania yang memimpin jalan. Ini kali pertama Kiara ke sini. Mereka menyusuri jalan yang dibentuk oleh deretan pohon pinus. Ujung jalan itulah yang menjadi tujuan mereka. Di sana ada sebuah dermaga kecil yang tersusun atas kayu-kayu yang sepertinya berasal dari pohon-pohon pinus yang tumbuh disekitar taman ini.

Untungnya saat sampai di sana, keduanya menemukan Willi. Dia tengah berdiri hampir di ujung dermaga. Melihat dari gelagatnya Tania tau saat ini Willi tengah memikirkan akan melakukan hal yang tidak baik. Dia jadi teringat tentang pertanyaan Willi tempo hari. Semoga saja Willi tidak akan melakukan hal bodoh.

“Willy”

Sapa Tania yang membuat gadis itu langsung menatap ke arah asal suara. Begitu melihat padangan Willi, Tania jadi yakin dengan praduganya tadi. Tatapan Willi terlihat putus asa. Tapi saat Tania dan Kiara mendekat, Willi malah berjalan mundur. Bahkan dia nggak sadar kalau dia sudah berdiri dipinggir dermaga.

“Berhenti di situ!”

Keduanya terpaksa menghentikan langkahnya. Mereka tidak mau Willi berbuat nekat. Selangkah lagi Willi mundur, dia benar-benar akan mencebur ke dalam danau.

“Wil, ada apa sama lo? Kalau lo ada masalah cerita sama kita. Jangan main kabur-kaburan seperti ini” bujuk Tania. Dia benar-benar takut Willi akan melakukan sesuatu yang buruk.

“Semua orang panik nyariin lo Wil. Ayo kita pulang! Kita akan bantuin lo nyelesaiin masalah lo baik-baik”

Kali ini giliran Kiara. Hanya saja mendengar kata-kata Kiara tersebut menerbitkan senyum sinis dibibir Willi.

“Semua orang panik nyariin gue? Nggak usah bohong. Kalau iya, bukan kalian yang ada di sini tapi mereka” teriak Willi marah. Tania dan Kiara tentu bingung dengan kata mereka yang dimaksud Willi. Mereka tidak tahu sebenarnya apa masalah yang menyebabkan Willi seperti saat ini.

“Please Wil, ayo kita pulang. Nyokap lo nyariin lo terus dari kemaren” bujuk Tania. karena memang dari kemaren Mama Willi terus-terusan menghubunginya. Seolah Tania tau dimana Willi.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang