Keping 25

19 1 0
                                    

Hati Kiara terasa perih. Hatinya nyaris hancur. Bukan hanya nyaris lagi, tapi sudah pecah berantakan. Mendengar tangis Kiana, menahan tangisnya sendiri. Hatinya remuk redam. Tak hanya itu saja, kepalanya terasa sangat pusing sekali. Bahkan untuk pergi dari kelas saja  rasanya dia tidak sanggup. Napasnya bahkan mulai terasa sesak. Hanya saja dia harus menjauh secepatnya dari Kiana. Mendengar tangis anak itu hanya akan semakin memporak-porandakan hatinya.

Kiara langsung menuju gerbang sekolah. Dia ingin pulang secepatnya. Bahkan Kiara tidak menghiraukan suara Tania yang sepertinya berusaha mengejarnya. Kiara tidak tau dia beruntung atau apa. Begitu sampai digerbang seseorang menarik Kiara dalam pelukannya karena Kiara menangis sepanjang jalan.

“Gue pengen mati aja, Mich. Rasanya sakit banget gue harus nanggung semua ini” ucapnya terisak. Mich memeluk Kiara protektif. Dia mengerti bagaimana perasaan gadis itu. Dia tau Kiara sangat terluka dengan kenyataan yang ada dalam hidupnya.

“Gue capek Mich. Mereka bertingkah seolah menyakiti gue hal wajar yang harus mereka lakukan. Mereka nggak peduli walau gue harus mati sekalipun asal Kiana bahagia. Apa segitu nggak pentingnya gue buat hidup? Apa seharusnya gue mati aja sehingga dengan begitu gue bisa lepas dari semua rasa sakit ini?” suara Kiara mengiba dan tersengal. Mich benar-benar tidak tega mendengarnya. Bahkan saking fokusnya dengan suara mengiba itu, Mich sampai tidak memperhatikan keadaan Kiara yang sangat pucat. Bahkan terlihat berusaha menarik napas.

“Jangan bicara kayak gitu. Lo selalu punya gue”

Hibur Mich. Hanya saja Kiara tiba-tiba merosot begitu saja. Kalau saja Mich tidak memeluknya mungkin saat ini Kiara sudah jatuh di tanah. Gadis itu sangat pucat. Mich nggak bisa nggak khawatir melihat Kiara tidak sadarkan diri seperti ini. Dia membuka pintu mobilnya dan menggendong Kiara masuk. Setelah itu dia melajukan mobilnya meninggalkan SMU Harmoni. Dia harus menuju rumah sakit. Dia khawatir Kiara kenapa-napa.

%%%%

Kiana tidak tau bagaimana caranya untuk mengurangi semua rasa bersalah dalam hatinya. Apalagi melihat Kiara tadi. Kiana benar-benar merasa menjadi kakak paling buruk se dunia. Dia telah menyakiti Kiara, dia yang sudah menghancurkan hidup Kiara. Kiana tidak tau kalau hidupnya akan menjadi rumit seperti ini.

Kiana akhirnya menghapus air matanya. Mencoba menata perasaannya. Dia ingin bertemu dengan Kiara sekali lagi. Dia ingin bicara dengan Kiara sekali lagi. Kalau sampai saat itu, Kiara tetap tidak mau menemui dan bicara dengannya, Kiana akan menyerah. Dia tidak akan memaksa Kiara lagi untuk menerima semua yang terjadi.

“Thanks, Willi. Makasih kamu udah bantuin aku menenangkan diri”

“Lo yang sabar ya. Gue yakin cepat atau lambat, Kiara pasti akan denger penjelasan lo” hibur Willi.

“Makasih sekali lagi. Aku bakal nyusul Kiara. Aku ingin bicara lagi sama dia. Kalau setelah ini dia tetap nggak mau bicara sama aku, aku nggak akan ganggu dia lagi”

“Hati-hati” ucap Willi sambil membiarkan Kiana pergi. Tania juga datang tak lama kemudian dan mengajak Willi ikut serta.

Kiana menuju parkiran. Dia harus segera bertemu Kiara. Anak itu seharusnya ada di rumah. Kecuali kalau dia melarikan diri. Tapi Kiana sangsi, apalagi Kiara tadi terlihat sangat pucat. Kiana memacu kecepatan mobilnya di atas rata-rata. Karena kalau tidak begitu, dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Kejadian beberapa hari ini benar-benar menguras emosinya.

Begitu sampai di rumah Arin, Kiana bergegas turun. Tapi begitu masuk ke dalam rumah, Kiana hanya bertemu dengan Arin yang sepertinya juga baru pulang dari toko kuenya.

“Kiara? Sepertinya dia belum pulang” jawab Arin. Tapi untuk memastikan, mereka mencari ke kamar gadis itu. Saat melewati meja ruang tamu telepon rumah berbunyi. Arin memutuskan mengangkatnya terlebih dahulu sebelum ke kamar Kiara.

“Hallo, Iya Virgo, bunda kesana sekarang”

Arin menutup telfon itu. Sedangkan Kiana terlihat penasaran dengan apa yang mereka bicarakan barusan sampai-sampai Bunda Arin terlihat sangat khawatir.

“Kita ke rumah sakit sekarang. Virgo bilang Kiara pingsan dan dibawa oleh Mich ke sana”

Tentu penjelasan Arin membuat Kiana berubah khawatir. Perasaannya benar-benar tidak enak. Kiana memutuskan untuk mengikuti Arin. Semoga saja Kiara tidak kenapa-napa.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang