Keping 8

29 2 0
                                    

Kiara keluar dari kamarnya langsung menuju meja makan untuk sarapan. Setelah bercerita dengan Willi dan Tania kemaren Kiara merasa bebannya sedikit terangkat. Padahal dia tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Lagian dia sudah berusaha melewati hal semua yang terjadi. Dia sudah berusaha menerima. Jadi Kiara tidak ingin kehadiran cowok itu menghancurkan semua usahanya. Hidupkan nggak melulu soal sakit hati.

“Kamu udah baikan?” tanya Arin ketika Kiara mengambil tempat di meja makan.

“Kiara udah nggak apa – apa kok Bunda” jelas Kiara. Wajahnya menunjukan senyum agar Arin tak khawatir.

“Benar kamu sudah nggak apa – apa? Ayah nggak mau nanti kamu makin sakit”

“Bener Ayah, Kiara nggak bohong kok”

Kedua orang tuanya itu hanya mengangguk. Virgo yang duduk disebelahnya memandang Kiara tanpa kentara. Ada yang berubah dari adiknya itu hari ini. Dia terlihat lebih ceria dibanding kemaren. Sepertinya Kiara sudah kembali menjadi dirinya sendiri.  Dirinya ketika pertama kali kembali ke sini lagi tentu saja. Sepertinya Ayah dan Bunda juga merasakan perubahan pada Kiara dan mereka hanya tersenyum. Sepertinya Kiara sudah berhasil menyelesaikan masalah hatinya.

Walau semua orang ragu akan kesehatannya, Kiara tetap berangkat sekolah. Seperti biasa dia diantar oleh Virgo. Dia tak berani untuk mulai menyetir sendiri. Apalagi setelah semua yang terjadi. Makanya dia kemana – mana selalu diantar oleh Virgo. Kiara langsung meloncat turun ketika sampai di sekolahnya. Berjalan melewati gerbang sambil bernyanyi – nyanyi kecil. Namun langkahnya terhenti ketika dua orang cewek menghadang langkahnya. Dari raut wajahnya jelas kedua gadis itu tak bermaksud untuk beramah tamah dan Kiara juga nggak akan beramah tama dengan kedua cewek ini. Cewek – cewek yang selalu cari masalah dengannya. Nggak di sekolah, nggak di lapangan basket.

“Mau lo apa?” ucap Kiara tanpa basa-basi. Pandangannya cuek tak menghiraukan keduanya.

“Gue tau lo calon terkuat buat jadi kapten basket cewek berikutnya. Gue saranin lo mundur sebelum terjadi apa – apa sama lo” ucap cewek yang Kiara kenal dengan Nama Virsa. Salah satu anggota tim basket.

“Dan satu lagi jauhin Mikko!” ucap yang satu lagi, yang Kiara ketahui sebagai sahabat dekat Virsa yang bernama Vanya.

Kiara hanya bisa tertawa mendengar gertakan cewek itu. Dia nggak peduli dengan ancaman mereka. Dia tau kalau cewek ini, si Virsa mengincar jabatan kapten basket cewek. Apalagi sebentar lagi kapten basket tim cewek yang kelas XII harus hengkang dari semua kepengurusan ekschool dan organisasi sekolah. Namun sayangnya karena sikapnya Virsa, anggota yang lain nggak suka sama sikapnya yang seenaknya. Kiara juga baru tau kalau dia calon terkuat untuk jadi kapten tim basket cewek berikutnya. Diakan bisa dibilang masih anggota baru yang membuat Kiara nggak memikirkan hal seperti itu. Lagian juga dia nggak punya urusan untuk mengikuti kata – kata cewek ini. Mau berantem? Kiara nggak takut.

Terus untuk urusan Mikko. Dia jelas nggak punya hubungan apa – apa dengan cowok itu. Kan cowok itu yang selalu mengitilinya kemana-mana. Bukannya dia yang minta. Jadi seharusnya si Vanya ini harusnya bilang seperti itu pada Mikko bukan pada dirinya. Walau sebenarnya dia marah banget pada cowok itu dan membicarakan ini menerbitkan kemarahan di hatinya, Kiara berusaha nggak menunjukan emosi itu. Nggak ada gunanya juga di depan kedua cewek licik ini.

“Gue nggak peduli soal jabatan kapten basket. Kalo lo mau, lo harus bisa singkirin gue. Kalo nggak sorry aja” ucapnya berucap pada Virsa, kemudian setelah itu mengalihkan pandangannya pada Vanya.

“Terus untuk urusan Mikko, gue nggak punya hubungan apa – apa sama cowok resek itu. Kalo lo mau, silahkan lo ambil” ucap Kiara tegas. Kemudian berjalan meninggalkan kedua cewek yang sepertinya shock itu. Tapi Kiara sejenak berhenti dan memutar badannya lagi menghadap keduanya.

“Oh ya gue cuma mau nasehatin, sebaiknya lo mikir-mikir dulu sebelum naksir sama cowok pujaan lo itu. Tapi ya gue nggak mungkin ngebongkar kebusukan orang lain. Nanti lo malah patah hati” setelah itu Kiara benar-benar berlalu dari hadapan keduanya.

Sebenarnya mengingat nama cowok itu membuat hati Kiara jengkel setengah mati. Dia masih sakit hati. Namun dia nggak mau lemah. Selama ini dia adalah Kiara yang tegar yang kuat yang ceria. Kiara yang nggak pernah memikirkan masalah. Dia harus kembali seperti itu, agar tak melukai hatinya. Lagian dia nggak perlu bertemu cowok itu lagi. Yang pertama walau satu sekolah, kelas mereka jauh banget dari ujung ke ujung. Yang ke dua dia nggak akan ketemu cowok itu lagi dilapangan basket karena dia udah nggak punya urusan di sana. Dia kan udah kelas dua belas. Jadi udah harus fokus untuk Ujian Akhir. Kiara merasa lega karenanya. Dia berharap ini adalah awal untuk semua hidupnya yang baru. Walau nggak yakin karena kehadiran cowok bernama Verry.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang