Keping 33

20 1 0
                                    

Tidak ada yang bisa menemukan Kiara. Tidak dimanapun. Bahkan sampai ke kota dimana Kiara menghabiskan waktunya beberapa tahun belakangan ini. Juga tidak di makam Sandra. Teman-teman Kiara selama di sana juga tidak ada yang tau. Kiara seolah menghilang dari peredaran. Bahkan tidak ada satupun teman sekolah Kiara yang sudah dihubungi tau dimana Kiara. Berita terakhir tentang Kiara yang mereka tau adalah gadis itu dirawat di rumah sakit. Bahkan tidak juga dengan Tania dan Willi yang merupakan teman terdekat Kiara di sekolah. Arin juga sudah menghubungi keluarga besar mereka, siapa tau Kiara datang, tapi tetap saja mendapat jawaban Kiara tidak pernah ke sana. Jadi kemana Kiara sebenarnya?

Semenjak kepergian Kiara beberapa hari lalu, Kiana tidak bisa fokus pada semua hal yang dilakukannya. Tidak hanya karena rasa sakit di hatinya, namun juga karena rasa bersalahnya pada Kiara. Sampai saat ini Kiana masih saja tidak bisa percaya atas apa yang sudah dilakukan papanya terhadap Kiara. Astaga, Kiana tidak bisa membayangkan betapa hancurnya hidup yang dijalani Kiara karena dirinya. Kiana sangat ingin menebus semua hal milik Kiara yang sudah dipaksa renggut dari kembarannya itu. Hanya saja, jangankan untuk menebus, untuk bertemu Kiara saja rasanya Kiana sudah tidak punya muka. Tidak hanya itu, mamanya terlihat selalu sedih karena kepergian Kiara. Mereka semua khawatir. Belum lagi Mich dan Virgo yang tidak henti mencari Kiara ke tempat yang mungkin didatangi gadis itu. Hanya saja sampai saat ini masih belum membuahkan hasil.

Kiana menghembuskan napas panjang sekali lagi. Rasa penyesalan ini semakin besar saja setiap harinya.

“Lo nggak apa-apa?”

Suara seseorang mengembalikan Kiana ke dunia nyata. Seseorang berdiri tepat di depannya saat ini. Sosok itu tersenyum hangat pada Kiana seolah Kiana merupakan pusat dari semesta.

“Gue nggak baik-baik aja Kev. Gimana gue bisa baik-baik aja kalau gue nggak tau keadaan Kiara gimana saat ini”

Kiana sekali lagi menghela napas. Orang yang dipanggil Kev oleh Kiana ikut menghela napas pelan. Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Hanya saja melihat betapa khawatirnya Kiana saat ini membuat Kev alias Kevin jadi khawatir juga. Bukan khawatir terhadap Kiara tentu saja. Dia hanya khawatir kalau Kiana banyak pikiran seperti itu, gadis itu bisa sakit. Bagaimanapun sebagai penerima donor jantung, sewaktu-waktu jantung Kiana bisa saja berulah apalagi saat dia tengah banyak fikiran. Berhubung Kevin tidak ingin itu terjadi pada Kiana dia akan berusaha untuk membantu menemukan Kiara deh. Hanya saja diakan tidak tau harus mencari kemana kalau keluarga dan teman dekatnya saja tidak tau. Menyusuri seluruh kota merupakan sebuah hal yang nggak efektif bagi Kevin.

“Gue nggak tau kenapa dia bisa milih kabur seperti itu. Kalau dia punya masalah seharusnya diakan bisa selesaiin, bukannya lari”

Lirih Kevin. Kalau saja dia tau apa yang sudah dilewati Kiara, Kiana yakin Kevin tidak akan berani bicara seperti itu.

“Kalau gue jadi dia, gue nggak hanya akan kabur tapi gue bakal milih buat ngeakhirin hidup gue aja Kev”

Suara Kiana yang bernada tajam itu membuat Kevin tersentak. Selama dia mengenal Kiana, gadis itu tidak pernah bicara seperti itu padanya.

“Jangan ngomong sembarangan deh. Nggak baik tau”

“Gue nggak ngomong sembarangan. Kalau gue jadi dia, gue bener-bener akan ngelakuin apa yang gue bilang ke lo barusan. Gara-gara gue, dia harus menderita. Coba lo pikir gimana perasaan lo saat tau kalau lo mau dilenyapin oleh orang tua lo sendiri? Coba lo pikir gimana perasaan lo kalau seandainya nggak dianggap ada sama sekali? Dia nggak cuma nggak dianggap ada Kev, dia dibohongi, dia dikorbankan dan dia mau dibunuh sama bokapnya sendiri dan itu karena salah siapa? Karena gue. Karena gue dia harus hidup lebih dari menderita. Apa lo bisa jalanin hidup lo dengan normal kalau seperti itu?”

Kevin hanya bisa terdiam dengan apa yang dikatakan Kiana. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dia perbuat kalau dia yang mengalami hal seperti itu. Uang jajanya saja dipotong dia sudah nelangsa, bagaimana pula kalau harus menjalani hidup seperti itu. Apalagi kata orang perasaan perempuan itu lebih sensitif dibandingkan perasaan laki-laki. Bisa saja rasanya lebih menyakitkankan? Benar kata orang jangan pernah menyimpulkan kalau kita nggak tau apa yang sudah dijalani oleh orang lain.

“Gue nggak tau gimana caranya gue buat nunjukin muka gue di depan dia Kev. Gue bahkan tau gue nggak pantes sama sekali buat minta maaf sama dia”

Kali ini suara Kiana mulai terisak. Rasanya dadanya sakit dan matanya panas.

“Ssttt, gue yakin dia baik-baik aja. Dia pasti balik. Dia cuma butuh waktu buat nerima semua yang terjadi. Lo jangan nangis lagi”

Kevin mengelus kepala Kiana dengan sayang. Bukannya modus. Hanya saja dia tidak tau cara menghentikan perempuan menangis, apalagi perempuan yang dekat dengannya. Kevin menghela napas. Kalau Kiara tidak kembali bagaimana kabar Kiana nanti? Memikirkannya saja Kevin sudah putus asa. Jangan sampai hal seperti itu terjadi. Kevin tau, Kiana sudah cukup menderita dengan penyakitnya selama ini. Jadi dia akan membuat Kiana bahagia. Dia akan berusaha menemukan Kiara kalau memang itu akan membuat Kiana bahagia. Dia akan menemukannya.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang