Kiara diantar Mich ke sekolah hari ini. Sepanjang perjalanan, beberapa kali Mich melirik Kiara dari sudut matanya. Gadis itu terlihat pucat dan lelah. Dari Virgo, Mich tau apa yang sebenarnya terjadi pada Kiara. Masalah yang dihadapi gadis itu nggak bisa dibilang kecil. Malah menurut Mich masalah Kiara cukup berat untuk dihadapi gadis itu. Bukannya Kiara tidak menyadari, hanya saja dia sedang tidak mood dan perasaannya saat ini masih kacau balau. Dia tau Mich tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Tapi mau bagaimana lagi. Perasaanya sendiri tidak bisa diajak kompromi.
Begitu sampai di sekolah, Kiara turun begitu saja dari mobil Mich tanpa mengucapkan satu patah katapun. Cowok itu juga tidak mencegahnya, malah membiarkan Kiara begitu saja kemudian ikut berlalu dari gerbang sekolah Kiara.
Kiara langsung menuju kelasnya. Baru saja dia menginjakan kakinya di kelas, Tania yang sepertinya sudah datang lebih dulu menarik tangan Kiara.
“Lo kemana aja sih kemaren? Gue jutaan kali berusaha ngehubungi lo tapi nggak tersambung sama sekali. Lo tau nggak gimana keadaan Willi saat ini?
Suara Tania menggelegar marah. Kiara menatap Tania. Dia tidak tau kalau Tania menghubunginya kemaren. Setelah apa yang terjadi kemaren, Kiara mematikan handponenya. Bahkan sampai saat ini. Jangankan itu, Kiara sendiri tidak yakin dimana ponselnya itu berada saat ini. Ada apa dengan Willi? Kenapa Tania bisa mengatakan hal seperti itu?
“Willi kenapa?” tanya Kiara berusaha bersikap peduli. Walau sebenarnya sulit bersikap seperti itu saat ini.
“Dia kabur dari rumah. Sampai saat ini dia nggak balik-balik”
Kata-kata Tania itu membuat Kiara terkesiap. Willi? Kabur? Astaga apa yang ada dipikiran temannya yang satu itu?
“Lo sendiri yang bilang kalau kita akan ada saat kita saling membutuhkan. Tapi lo? Lo bagai hilang ditelan bumi”
Kiara hanya terdiam dengan amarah Tania. Kalau saja hal kemaren tidak terjadi, mungkin dia tidak akan bertingkah seperti kata Tania barusan. Astaga, kenapa hidupnya bisa sekacau ini.
“Sorry, gue nggak tau” ucap Kiara dengan nada lemah. Kali ini giliran Tania yang terdiam dengan nada yang digunakan Kiara. Entah kenapa Tania merasa saat ini gadis itu tengah sedih. Bahkan dilihat dari tatapannya saja seharusnya Tania sudah tau. Mata Kiara terlihat merah dan bengkak. Seperti habis menangis. Seharusnya dia memperhatikan keadaan dulu sebelum marah-marah pada Kiara. Sehingga dia tidak merasa bersalah seperti ini.
“Sorry, nggak seharusnya gue marah sama lo”
“Nggak apa-apa. Gue ngerti. Pulang sekolah kita bakal nyari dia”
Walau sebenarnya tidak ingin, Kiara berusaha tersenyum agar Tania tidak bertanya macam-macam. Dia tidak ingin membahas semua hal saat ini. Tania sepertinya mengerti. Karena itu juga dia kembali ke tempat duduknya.
Kiara menghela napasnya putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Novela JuvenilKiara tidak tau hidupnya akan serumit ini. Dia sudah berusaha menjalani semuanya dengan normal. Bahkan keputusan yang membuatnya pindah sekolah dan pindah tempat tinggal tidak berarti apa-apa. Sepertinya takdir tidak mengijinkannya bahagia. Semua m...