Keping 11

21 2 0
                                    

Bel pulang sekolah baru saja dibunyikan. Semua murid saat ini tengah membereskan barang-barang mereka. Begitu juga dengan Kiara, Willi dan Tania.

“Gue duluan ya”

Willi yang pamit pertama kali. Kemudian diikuti oleh Tania. Tinggallah Kiara yang masih membereskan bukunya. Setelah selesai, Kiara langsung menuju gerbang sekolah. dia akan menunggu Virgo. Dia akan latihan basket setelah ini.

Seperti biasa, sebelum latihan Kiara harus pulang dulu ke rumah. Tadi pagi dia sudah mengatakannya pada Virgo, agar kakaknya itu menjemput dan menggantarnya kembali. Tapi sudah hampir tiga puluh menit Kiara di gerbang, Virgo tidak muncul-muncul juga. Padahal waktu yang dimilikinya sudah sangat mepet. Bagaimana kalau dia telat? Kiara celingak-celinguk melihat ke dua sisi jalan. Berharap menemukan Virgo di salah satu sisinya. Sialnya bagaimanapun dia berusaha, Kiara tidak menemukan Virgo. Dia mencoba menghubungi kakaknya itu tapi tidak tersambung. Sepertinya handpone Virgo mati. Tapi masa sih? Kakaknya itu kan tipe manusia yang nggak bisa lepas dari handpone. Bisa-bisa dia nggak sempat balik ke sekolah karena keburu sore. Sekarang saja jam ditangan kirinya sudah menunjukan pukul setengah empat. Tiga puluh menit lagi waktu yang tersisa sampai dia harus tiba kembali di sekolah ini. Tapi kalau dia tidak kembali ke rumah, Kiara tidak bisa ikut latihan karena dia tidak bawa baju ganti.

“Kiara” suara itu lagi-lagi muncul di hadapan Kiara. Kiara sedikit terlonjak kaget yang menyebabkan bukunya jatuh seketika. Kiara mencoba untuk tidak peduli. Tapi hatinya terasa ditusuk-tusuk. Apalagi sih maunya cowok ini? Apa dia tidak puas setelah menghancurkan hidup Kiara? Kiara berusaha menguatkan hatinya. Bergegas memungut bukunya dan berusaha tak menghiraukan cowok yang muncul dari masa lalunya itu. Bahkan cowok itu mencoba meraih tangannya. Untungnya Kiara cepat menghindar sehingga tangannya aman dari jangkauan cowok itu.

“Ki, aku mau jelasin sesuatu sama kamu”

“Gue nggak butuh penjelasan apa – apa. Jangan pernah ganggu gue lagi!”

“Tapi Ki, plis gue bener – bener nyesel” ucap cowok itu dengan nada memohon. Kalau saja cowok ini tidak menghancurkan hidupnya, melihat tatapan memohon itu, Kiara pasti luluh.

“Gue nggak butuh!”

“Kiara”

Suara itu membuat Kiara dan cowok bernama Verry itu menoleh ke asal suara.

“Mich” ucap Kiara. Dia lega ada Mich. Berarti dia nggak harus berurusan dengan Verry. Mich juga langsung berdiri antara Kiara dan cowok itu. Melindungi Kiara dari jangkauan Verry.

“Lo nggak apa – apa?” tanya Mich perhatian. Kiara menggeleng menandakan dia nggak apa – apa. Kemudian tatapan Mich beralih pada Verry. Dia menatap cowok itu tak suka. Ini pertama kalinya dia merasa benci pada seseorang dipandangan pertama. Mich mendekati cowok itu. Dia tau Kiara sepertinya nggak suka cowok ini mengganggunya. Bahkan tadi melepas paksa tangan Verry yang memegang tangan Kiara, sambil menatap tajam cowok itu dengan pandangan mengancam. Yang kalau tatapannya bisa bicara, dia bakal ngomong jangan pernah muncul lagi disini kalau nggak lo gue potong jadi delapan bagian.

“Jangan pernah gangguin Kiara. Kalau nggak lo akan berurusan dengan gue”

“Emang lo siapa? Lo nggak berhak ikut campur sedikitpun” ucap Verry menantang. Dia langsung nggak suka pada pandangan pertama dengan Mich.

“Gue pacarnya” ucap Mich dengan menekankan kata pacarnya.

Setelah berkata itu Mich langsung menarik Kiara, membuka pintu mobil sebagai isyarat agar Kiara masuk ke dalam mobilnya. Dia dapat melihat Kiara menarik napas lega. Walau nggak sepenuhnya lega. Bahkan raut gadis itu berubah sendu dan sedih.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang