- 6 -

270 18 0
                                    

            "I THINK YOU'RE becoming a drunk" pria itu tertawa di sisi ku, tapi ia tidak sekali pun bergerak untuk menghentikan ku memesan minuman            "Am not!" balas ku menyanggah "asal kau tahu, aku hanya minum saat dengan mu"            ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            "I THINK YOU'RE becoming a drunk" pria itu tertawa di sisi ku, tapi ia tidak sekali pun bergerak untuk menghentikan ku memesan minuman
            "Am not!" balas ku menyanggah "asal kau tahu, aku hanya minum saat dengan mu"
            "Bagaimana dengan teman mu? Siapa nama dia? Olive? Ya dia," pria itu menatap ku menantang "jangan katakan kau tidak pergi minum dengannya"
            "Kita selalu berencana, tapi tidak pernah benar terlaksana," balas ku menggeleng yakin, tapi pria itu hanya menatap ku dengan tatapan tidak yakin, seolah ia tidak mempercayai ku "sungguh! Kau meragukan ku?"
            "Kau pernah bertanya pada ku bagaimana vodka dan air bisa dibedakan tanpa dirasakan" balas pria itu menaikkan sebelah alisnya
            "Jadi?" Tantang ku
            "Kau berencana membawa vodka ke kampus!" Cemooh pria itu "you're becoming a drunk, Princess"
            "Not yet." Aku memberikan pria itu tatapan yakin, itu cukup untuk membuatnya berhenti bicara
            Saat awal tadi, kelompok kita berisi 7 orang. Namun perlahan, kelompok kita semakin menipis karena mereka menemukan "sesuatu" untuk dilakukan atau menyadari waktu pulang, meninggalkan kita hanya bertiga. Dan sekitar 2 menit lalu, teman terakhir kita pulang, meninggalkan aku dan pria itu berdua saja di tempat yang bisa dikatakan jauh dari kata romantis.
            "Ku kira aku sudah mengatakan saat kita bersenang-senang, kau tidak memikirkan hal yang lain!" ucap pria itu ketus menarik bahu ku untuk menatapnya "kau sedang memikirkan apa?"
            "Kau mengatakan aku mulai menjadi pemabuk, aku harus mengatakan itu salah mu" ucap ku datar
            "Apa kau mulai kehilangan batas mu?" Aku tidak tahu apa arti tatapannya, ini jenis yang baru
            "Belum," balas ku "aku rasa belum" ulang ku lebih pelan
            "Kurasa kita sudah cukup di sini," pria itu memungut kotak rokoknya beserta pematiknya lalu berdiri meninggalkan sofa yang kita duduki tanpa menunggu diri ku "come on, Princess. Lets go"

°°°°§§°°°°

            "Kau tidak pernah berkumpul dengan kita lagi" ucap Shawna memojokkan ku di toilet suatu hari di kampus
            "Aku masih berkumpul dengan kalian," balas ku membela diri "aku masih duduk dengan kalian setiap makan siang, dan aku selalu menjawab setiap saat Zara atau Clair atau kau berbicara." lanjut ku
            "Kau menghabiskan lebih banyak waktu dengan pria itu daripada dengan kami" Shawna menatap ku kesal "apa yang membuat pria itu lebih penting daripada teman-teman mu?"
            "Kau menyimpulkan hal itu sendiri" balas ku tertawa
            "Ha! Aku tidak percaya ini" Shawna menggeleng-gelengkan kepalanya sarkastis
            "Jangan lakukan lakukan itu, Shawna," aku memejamkan mata ku pasrah "jangan lakukan itu" ulang ku sekali lagi
            "Jadi yang ku tebak selama ini benar?" Sekarang Shawna terlihat tidak percaya
            "Apa maksud mu?" Tanya ku tidak mengerti
            "Kau patut mendapatkan yang lebih baik daripada pria itu, Taylor!" Desisnya "don't sell yourself short"
            "Masih tidak mengerti maksud mu, Shawna" aku sungguh tidak mengerti
            "Dia berita buruk. Semua orang tahu itu" sekarang Shawna terlihat sedih. Sangat banyak emosi untuk satu topik pembicaraan
            "Itu kehidupan" balas ku datar "penuh dengan percobaan, kadang gagal, kadang berhasil"
            "Sekarang kau bicara tidak jelas!" Shawna mengangkat tangannya menyerah "kau tahu? Lupakan saja! Silahkan hancurkan diri mu! Jangan pernah mengatakan aku tidak pernah memperingati mu!" Dengan itu, Shawna pun berjalan pergi. Crap!

°°°°§§°°°°

            Setelah konfrontasi dengan Shawna, aku mulai menyadari kalau apa yang Shawna katakan mungkin ada benarnya. Aku harus mengurangi waktu ku bersama pria itu. Aku minum terlalu sering, aku merokok terlalu sering. Itu tidak baik. Bahkan Olive pun mengatakan demikian, dan dia cukup terbuka untuk hal-hal seperti itu. Ini buruk.
            "You coming, Princess?" Pria itu berdiri di tangga kampus, menoleh pada ku yang berhenti tidak lagi mengikuti langkahnya
            "Aku tidak yakin aku bisa hari ini" balas ku ragu, memainkan HP ku gugup
            "Apa yang kau bicarakan?" Sekarang pria itu berbalik sepenuhnya menatap ku "apa yang sangat penting sampai kau memutuskan hal itu lebih penting?" Apa dia marah? Dia terlihat marah
            "Aku.. uh.." aku mencoba memberikan alasan, berbohong atau apa, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Setelah beberapa detik masih tidak menemukan alasan apapun, aku menyerah dan memutuskan untuk mengatakan yang sejujurnya "teman-teman ku berpikir aku terlibat terlalu dalam, dan itu mengubah ku"
            "Apa yang teman-teman polos mu ketahui, huh? Mereka hanya anak-anak!" Anak-anak?!
            "If they are a child, then so am I!" Balas ku "aku dan teman-teman ku berumuran sama" lanjut ku setelah menarik nafas menenangkan diri
            "Aku tidak membicarakan umur mereka," dia menaiki tangga, menutup jarak antara kira "aku membicarakan jalan pikiran mereka" lanjutnya menyentuh pelipis ku "a child" tambahnya menekankan kata-katanya
            "Kenapa sangat penting aku harus ikut dengan mu?" Aku memberanikan diri untuk bertanya "apa pengaruh kalau aku tidak ikut?" Pria itu tetap diam dan hanya menatap ku "kenapa kau sangat kuat tekad untuk mengkorupsi ku?"
            "Aku tidak melanggar janji, Princess." ucapnya datar, aku tidak memberikannya respon apapun "fine, terserah kau" dengan itu, pria itu berbalik dan meninggalkan ku yang terpaku di tangga.
            Untuk sebuah alasan, aku merasa seperti baru saja diputuskan pacar ku. Apa yang salah dengan ku... dasar aneh!

°°°°§§°°°°

            Sekarang sudah masuk minggu ke dua sejak pria itu meninggalkan ku di tangga. Clair menyadari kalau pria itu tidak lagi datang dan menculik ku seperti biasanya, mungkin bukan hanya Clair yang menyadari, Zara dan Shawna juga, hanya saja, mereka tidak mengatakan apapun, atau mungkin mereka tidak perduli lagi. Anyway, saat Clair bertanya mengapa itu terjadi, aku hanya mengatakan kalau pria itu sedang sibuk dengan urusannya.
            Masuk minggu ke tiga, sepertinya Clair tidak tahan lagi dengan rahasia ku dan memaksa ku untuk bercerita, yang aku lakukan akhirnya, tapi tidak semua, hanya bagian Shawna memojokkan ku di toilet dan aku menyadari kebenaran kalimatnya dan bagaimana pria itu bereaksi saat aku menyatakan hal tersebut kepadanya. Aku tidak menceritakan apapun tentang hal-hal yang kita lakukan diluar kampus sebenarnya, tapi kurasa Clair juga sudah bisa menyimpulkannya sendiri tanpa perlu bantuan dari ku.
            Saat akhirnya satu bulan telah berlalu, itulah saat aku kembali melihat pria itu lagi. Walaupun kita tidak berinteraksi, tidak secara langsung ataupun virtual, aku masih mendapatkan getaran itu setiap kali aku melihatnya, tidak ada yang berubah sedikit pun. Dia tidak menatap ku, tidak menyapa ku, tidak ada, tapi tetap saja getaran itu hadir.
            "Taylor, kau akan ikut dengan kami malam ini. Tidak ada lagi alasan" datanglah gadis itu mencengkeram pergelangan tangan ku tepat sebelum aku memasuki lift menuju lantai kelas ku. Okay...

Escape ManorwoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang