- 2 -

563 34 1
                                    

            APA YANG MENARIK ku tentangnya pada awalnya adalah suara dan aksennya, bukan wajah ataupun sikap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            APA YANG MENARIK ku tentangnya pada awalnya adalah suara dan aksennya, bukan wajah ataupun sikap. Jantung ku melompat saat mendengar suaranya pertama kalinya, dan aku menemukan diri ku bertanya dalam hati "who is this guy?"
            Sampai akhir seminar, aku tidak pernah menemukan wajah pemilik suara itu.

°°°°§§°°°°

            "Seminar lainnya?" Eluh Zara mengadah dari HPnya "kenapa banyak sekali seminar wajib?! Ini kuliah, bukan pelatihan pegawai kantoran! Ugh" ia membanting sendok makannya "hilang sudah nafsu makan ku"
            "Aku akan melewatinya," ucap Shawna santai "mereka juga tidak akan melakukan apapun kalau aku melewatinya"
            "Akan ada konsekuensi" ucap ku mengingatkan
            "Konsekuensi?" Shawna menatap ku "omong kosong!" lalu ia tertawa
            "Ya aku akan melewatkannya juga" Zara memutuskan
            "Jangan lupakan aku," Clair menyeringai "bukan hal penting juga"
            Aku tidak akan mendatangi seminar sendirian, itu menyedihkan, duduk tidak memiliki teman untuk mendengar eluhan ku betapa membosankan seminar tersebut
            "Aku juga tidak akan ikut kalau begitu" putus ku menyerah
            "Ada yang ingin ke mal setelah kelas?"  Tanya Zara
            "Shawna tinggal di atas mal, dia akan ke mal setelah kelas" ucap ku melirik Shawna
            "Itu benar" balas Shawna menunjuk ku
Zara memutar matanya "selalu melucu. Maksud ku, ada yang ingin berjalan-jalan di mal setelah kelas?"
            "Aku akan melewatkan kali ini" aku menjawab pertama "aku harus mengunjungi suatu tempat"
            "Suatu tempat, huh?" Clair mengangkat-angkat alisnya menggoda ku
            "Dengan ibu ku, jangan aku berpikiran aneh, Clair" balas ku tertawa
            "Hey, itu pekerjaan mu, aku yang paling polos disini ingat..." Balas Clair membela diri
            "Umur hanya angka, Clair. Kau bisa saja lebih parah dari ku" aku menyeringai jahil
            "Aku paling polos" ucap Clair yakin. Whatever you say, Clair.
            "Kalian ingin ke kelas sekarang?" Tanya Zara setelah melihat jam di HPnya
            "Yeah, sebelum semua kursi enak diambil" sebelum kita semua bahkan siap, Shawna sudah siap untuk pergi. Well, itu pertama kalinya...

°°°°§§°°°°

            Aku berakhir menjalani seminar itu. Bukan karena aku menginginkannya, tapi karena aku tertangkap saat akan kabur, teman-teman ku, mereka berhasil pergi. Bukan hari keberuntungan ku. Atau setidaknya, itulah yang awalnya ku pikirkan.
            "Kalian akan dibentuk menjadi 10 kelompok kecil dengan 30 orang yang dipilih secara acak" ucap pemimpin seminar di depan ruangan
            Untuk sebuah seminar yang tidak ingin diikuti banyak orang, ruangan besar ini cukup penuh sampai harus ada yang duduk di barisan tangga.
            "Silakan cari nama kalian di depan, dan segera bergerak menuju ruangan masing-masing. Saya yakin kalian ingin cepat pulang, bukan?" Sang pemimpin tersenyum dan para peserta tertawa menyetujui
            Tidak dibutuhkan waktu lama untuk ku menemukan nama ku, aku memiliki nama yang panjang, dan cukup unik. Ingin cepat pulang, seperti yang pemimpin seminar katakan, aku segera bergerak menuju ruangan yang ditunjuk.
            5 menit kemudian, ruang kelas kecil yang tadinya sepi, mulai terisi penuh, dan tepat sebelum pintu tertutup, aku melihat pria itu dengan santainya menyelinap masuk. Mungkin inilah versi dari hari keberuntungan ku.

            Dan disini lah kisah ku di mulai. Seminar ini, kelas kecil ini, kelompok kecil ini, dimana semuanya dimulai.

            "Bagus, semuanya telah di sini" pemimpin kelompok menepuk tangannya "saya yakin beberapa dari kalian sudah saling mengenal, tetapi saya ingin kalian kembali saling berkenalan" ia kembali menepuk tangannya "sisi kanan, silahkan berdiri," dengan tangannya ia mengisyaratkan sisi ku untuk berdiri, "dan silakan berkenalan dengan sisi kiri" lalu melayangkannya ke sisi kiri
            Kau bisa mengatakan aku adalah seseorang yang ramah, aku menyapa semua orang, bertukar nama, walaupun aku tidak sebenarnya bisa mengingat nama secepat itu, tapi aku mencobanya. Lalu, sampailah aku pada pria itu.
            Aku tahu ia telah melihat ku berjalan ke arahnya, namun, saat aku sampai di sisinya, betapa mengejutknnya ketika ia membuang muka layaknya menolak berkenalan dengan ku. Tapi aku tetap gigih
            "Hai, aku Taylor" aku mengulurkan tangan ku di hadapannya
            Pria itu menatap tangan ku lalu wajah ku, tanpa ekspresi apapun, ia menjawab uluran tangan ku sekilas dan menyebutkan namanya. Sekarang suara dan aksen telah bertemu dengan wajah dan sikap.
            Untuk beberapa saat setelah itu, aku tidak tahu harus berkata dan berpikir apa, karena ternyata, pria itu sama sekali tidak seperti yang aku kira. Dia jauh berbeda, dan jauh setelah itu, aku menemukan ternyata dia jauh lebih buruk.
            Tapi aku yang seperti anak anjing jatuh cinta, tidak bisa melihatnya, dan berakhir membiarkan diri ku meloncat tanpa jaring pengaman. Semakin dalam dan dalam dan dalam, ke dalam sumur yang tak memiliki dasar dalam bentuk pria itu.

            Itulah yang terjadi saat kau tidak berhati-hati.

°°°°§§°°°°

            "Hey! Taylor! Kau hilang kemana?" Shawna melambaikan tangannya di depan wajah ku "siapa pria itu?" Lanjutnya setelah melihat arah tatapan ku
            Ini adalah kejadian 2 minggu setelah seminar itu. Dia adalah senior ku, tentu saja aku akan jarang melihatnya, tapi akhir-akhir ini, ia sering berada di kampus. Sepertinya untuk mengerjakan thesis dan konsultasi.
            "Entahlah, tapi ia terlihat familiar" balas ku berkilah
            "Itu senior 3 tahun di atas angkatan kita," ucap Clair memberitahu
            "Kau kenal dia?" Tanya ku tertarik
            "Tidak, aku hanya pernah melihatnya dengan para mentor" balas Clair mengangkat bahunya
            Dia? Dengan para mentor? Kenapa aku berpikir itu adalah hal yang mustahil? Pria itu bagaikan malaikat yang telah diasingkan dari surga, dan para mentor bagaikan malaikat kesayangan Tuhan. Dan Tuhan yang aku maksud disini bukanlah Tuhan maha pencipta, tetapi dekan fakultas. Para mentor tidak akan bergaul dengannya.
            Atau mungkin aku salah, karena jelas itu adalah para mentor yang saat ini sedang berbicara dengannya ramah. Menarik..
            "Lihat? Dia dengan mentor" ucap Clair sebelum kembali menatap HPnya, tapi tidak sebelum ia melirik ku sesaat, curiga
            Saat pria itu akan pergi, untuk satu detik matanya menangkap mata ku. Aku tidak tahu apa aku membayangkan ini atau tidak, tetapi sepertinya pria itu tersenyum ke arah ku. Penuh dengan ketidakyakinan, aku membuang wajah ku kembali ke arah teman-teman ku tanpa berusaha untuk membalas senyumannya.

°°°°§§°°°°

            Seperti yang aku katakan, akhir-akhir ini pria itu sering mengunjungi kampus. Dan kali ini, kita tidak hanya saling menatap dari jauh seperti sebelumnya, kita saling tatap muka, dan benar-benar berbicara. Dan jujur saja, aku merasa ia adalah pria yang berbeda dengan yang berkenalan dengan ku di kelas kecil seminar.
            "Hey" sapa ku saat kita bertemu di antara rak buku
            Pria itu menoleh pada ku, terdiam sesaat sebelum membalas ku "hai" tapi tidak terlihat setitikpun pengenalan di matanya
            "Kita pernah bertemu sebelumnya, ingat?" Pancing ku tersenyum, tapi pria itu hanya terdiam "kelas kecil seminar bulan lalu" pancing ku lagi
            "Oh" ia mengangguk "ya, umm.." Dia tidak mengingat ku
            "Taylor" ucap ku mengingatkannya
            "Oh ya" ia mengangguk "hai" lalu ia tersenyum. Pria itu memiliki senyum yang indah "maaf aku buruk dengan nama"
            "Tidak masalah" aku mengangkat bahu ku "hanya berpikir harus menyapa mu, aku akan membiarkan mu kembali ke apapun yang sedang kau lakukan"
            "Kau tahun ke berapa?" Tanyanya setelah aku berjalan beberapa langkah menjauh
            "Pertama" balas ku ragu "kenapa?"
            "Hanya penasaran" pria itu kembali tersenyum sebelum kembali  ke pekerjaannya

Escape ManorwoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang