「 36 」

111 10 0
                                    

            KEHADIRANNYA SUDAH TIDAK berada di sini, tapi pengaruhnya masih tetap ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            KEHADIRANNYA SUDAH TIDAK berada di sini, tapi pengaruhnya masih tetap ada. Aku sangat membenci mengetahui kalau pengaruh pria itu masih sangat besar kepada sahabat ku ini. Kenapa Taylor tidak bisa mengurangi rasa yang ada untuk pria itu sedikit saja? Terutama setelah apa yang pria itu lakukan. Apakah karena bayinya? Karena Taylor pernah hamil anak bajingan itu? Karena Taylor mengugurkan anak bajingan itu? Karena Taylor menyesal telah mengaborsi janinnya itu? Kenapa genggaman pria itu kepada Taylor masih sangat ketat setelah semua yang telah terjadi? Apa yang pria itu lakukan sebenarnya sampai membuatnya seperti ini? Seperti Taylor sudah tidak memiliki kehendak bebasnya sendiri. Sungguh, aku berharap aku bisa tahu.
            "Taylor..." panggil ku saat ia masih membeku di tempat "kau ingin bergerak sekarang?" Dia memutar kepalanya menatap ku "kau masih ingin menemui Rad?"
            "Ya," Taylor mengagguk dan kembali bergerak "dia sudah tidak peduli pada ku, kenapa aku masih harus peduli apa yang dia pikirkan" lanjutnya lalu berjalan lebih cepat menuju Rad
            "Okay, asalkan kau tidak terlalu berlebihan" ucap ku mengingatkan
          "Aku tahu batas ku" balasnya mengangkat bahu
            "Dan kau tahu batas mu hanya omong kosong" aku tahu itu adalah hal yang sama dengan yang selalu pria itu katakan, dan aku tahu Taylor juga menyadarinya dari cara bahunya tiba-tiba menegang, tapi ia tidak berhenti berjalan kali ini
            "Kali ini aku benar tahu" ucapnya setelah beberapa saat tanpa respon
            "Bagus" aku harap itu bukan omong kosong lainnya yang akan kembali berakhir dengan perjalanan ke rumah sakit dan makian tajam dari Landon

°°°°ㅎㅎ°°°°

            Aku sedih mengakuinya. Tapi Taylor lebih terlihat seperti dirinya yang dulu saat ia sedang tinggi. Dia kembali menjadi gadis yang ceria dan penuh tawa, tidak lagi murung seperti akhir-akhir ini, dia bahkan juga lebih mudah ditoleransi saat ia sedang seperti ini. Seperti sebuah keterbalikan dari yang dulu-dulu. Aku suka Taylor ini, tapi aku tidak ingin ini kembali menjadi sebuah kebiasaannya lagi. Dia sudah bersih hampir lebih dari satu tahun, tapi sekarang ia kembali lagi?
            Kenapa?
            Merupakan satu pertanyaan yang tidak akan pernah memiliki jawaban.

°°°°ㅎㅎ°°°°

            Taylor kembali menggunakan narkoba, merokok lebih banyak dari sebelumnya, mabuk lebih sering daripada sadar, tinggi lebih sering daripada menapak, namun satu hal yang sejauh ini tidak terjadi adalah overdosis dan alcohol poisoning.
            Dia tidak lagi menyuntikkan heroin, mungkin itu alasan frekuensi overdosis dia melorot menjadi nol, tapi walaupun begitu, Taylor kembali menggunakan snow, dia pernah sekali menyedot terlalu banyak, sampai hidungnya berdarah, bahkan dengan begitu, dia tidak berhenti, dia masih melanjutkan menggunakan lubang hidung yang lain. Kenapa melakukan ini pada dirinya tidak pernah terjawab, ia selalu menganti topiknya dan aku selalu membiarkannya.
            Mungkin aku seharusnya memaksanya untuk menjawab ku di salah satu percobaan ku, dengan begitu, aku bisa tahu kalau masalah yang sebenarnya ternyata jauh lebih besar dari yang aku kira awalnya.

°°°°ㅎㅎ°°°°

            Apa yang terjadi di dalam rumahnya bukan menjadi teritori yang aku ketahui, tapi saat tiba-tiba aku mendapat telepon dari Landon yang terdengar sangat panik menyuruh ku untuk menuju rumah sakit saat ini juga, aku sadar kalau apa yang terjadi di dalam rumahnya seharusnya menjadi bagian yang aku pedulikan juga. Karena di sanalah hal-hal besar mengambil tempat.
            Aku berharap bisa menyadari hal itu lebih dini jadi mungkin aku bisa menghentikannya sebelum pernah terjadi, tapi aku tidak, dan sekarang sudah terlambat untuk disesali.
            Taylor menyilet nadinya. Dia mencoba membunuh diri.
            Dia juga memakan pill sebelum ia menyilet nadinya.
            Sepertinya ia sangat niat membunuh dirinya, huh?
            Beruntung Landon berada di sana dan seperti selalu bersikap selalu ingin tahu dan mencampuri urusan Taylor, karena itu ia bisa menemukan Taylor yang sudah tak sadarkan diri dengan darah yang membanjiri sisi bathtub dalam kamar mandinya dengan denyut yang sudah sangat lambat.
            Aku tidak yakin apakah aku lebih memilih Taylor mati atau hidup. Dia sepertinya sangat sengsara sampai memutuskan mengakhiri nyawanya sendiri sebagai sebuah pilihan yang dapat dipilih menjadi pilihan yang lebih baik dari kehidupan.
            "Landon, dokter di sini adalah dokter yang terbaik, Taylor akan hidup" aku tidak tahu bagaimana cara menenangkan sesorang pria, apalagi kalau pria itu adalah Landon
            "Dia kehilangan sangat banyak darah, Zac," Landon menatap ku "kau tidak melihat potongan yang dia lakukan," ia meringis "dia tidak memotong nadinya horizontal seperti biasa, dia memotongnya vertikal, lebih banyak darah yang hilang"
            Aku bisa membayangkan gambaran yang Landon katakan, itu membuat ku merinding. Taylor sungguh memiliki masalah, dan aku tidak yakin di mana masalah itu mulai muncul. Apakah saat pria itu pergi meninggalkannya saat pertama kalinya waktu itu atau apakah masalah itu memang sudah ada dari awalnya.
            Kenapa ia mencoba mengakhiri hidupnya seperti pengecut? Apa yang sangat berat sampai ia berpikir kalau hidupnya sudah tidak lagi pantas untuk dijalani?
            "Dia akan hidup," ucap ku pada Landon walaupun sebenarnya tidak yakin "Taylor seorang pejuang"
            "Dia memakan pill dan menelannya dengan alkohol, dia ingin memastikan kalau ia akan benar-benar mati," Landon menatap ku nanar "kau pikir itu adalah sesuatu yang seseorang lakukan saat ia ingin tetap hidup?"
            "Taylor pernah memberitahu ku kalau ia ingin hidup, dia tidak lagi ingin mati, dia memiliki kehidupan di depannya yang ia ingin jalani, dan aku percaya padanya," ucap ku meyakinkan diri ku sendiri "jadi ya, aku yakin dia akan hidup"
            "Di mana dia?!" Suara seorang pria mengagetkan ku, saat aku melihat ke arah sumber suara, aku melihat sang paman berlari ke arah kami
            "Dia sedang di ruang operasi, dad" balas Landon berdiri dari kursi
            "Apa dia benar-benar..." ekspresi di wajah sang paman benar-benar tidak terbaca
            "Yes, dad, aku menemukannya" balas Landon mengangguk
            "Oh, God," sang paman terlihat sangat stress, pakaiannya berantakan dan ia terus menarik rambutnya "oh, God" dia terduduk dengan tatapan kosong. Aku tidak yakin apakah saat ini ia sedang khawatir, panik, atau yang lainnya "berapa persen kemungkinan dia hidup?" Apa dia bertanya pada ku? Karena ia sedang menatap ku
            "Aku tidak tahu?" Balas ku ragu
            "Oh, God" dia kembali menarik rambutnya "bagaimana kalau dia mati?"
            Aku ingin bertanya apa dia lebih memilih begitu, tapi aku rasa itu bukan sebuah pertanyaan yang tepat untuk ditanyakan saat ini. Dia terlihat sangat stress. Mungkin dia takut kalau Taylor benar mati reputasi bersih dia akan terkotori? Ataukah mungkin, seperti Landon, dia diam-diam peduli dan menginginkan Taylor hidup?

 Mungkin dia takut kalau Taylor benar mati reputasi bersih dia akan terkotori? Ataukah mungkin, seperti Landon, dia diam-diam peduli dan menginginkan Taylor hidup?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Escape ManorwoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang