YANG BISA AKU katakan hanyalah, perjalanan pulang setelah itu tidak terasa canggung sama sekali, tapi memang lagi-lagi diisikan dengan kesunyian. Saat aku turun dari mobilnya, seperti yang selalu aku katakan, aku mengucapkan terima kasih dan perpisahan, yang ia balas dengan gumaman sampai jumpa. Setidaknya ia tidak membekukan ku seperti sebelumnya.
°°°°§§°°°°
Clair menyadari perubahan mood ku keesokan harinya, dan kita baru bertemu 5 menit yang lalu. Apa sungguh sangat terlihat? Tidak ada yang tahu kemarin gadis itu menyeret ku ikut pergi dengannya karena kemarin semua teman ku ada kelas subjek tambahan, mereka hanya berasumsi aku pulang setelah kelas terakhir ku. Karena itu sekarang Clair bertanya di luar jangkauan pendengaran teman-teman kami apa yang pria itu telah lakukan. Dia tahu tanpa perlu aku bercerita apapun padanya.
"Aku tidak yakin aku ingin memberitahu mu" ucap ku menunduk saat Clair terlihat begitu semangat untuk tahu "kau masih dibawah umur"
"Suatu NSFW?" Ekpresinya tidak terbaca, tapi jelas dia ingin tahu
"Yang akan aku katakan hanya salah satu keinginan ku terwujud" untuk sesaat Clair hanya menatap ku dalam diam "hentikan"
"Apa?" Tanya Clair polos
"Berhenti menatap ku seperti aku telah berdosa!" Ucap ku ketus
"Aku tidak tahu apa itu benar," balasnya ragu "kau belum melakukan dosakan?"
"Kita semua manusia biasa, kita pasti pernah berdosa" balas ku walaupun aku tahu maksud "dosa" yang Clair bicarakan
"Kau tahu maksud ku, Taylor..." ucapnya pelan "kau belum bukan?"
"Aku tidak semurah itu, terima kasih banyak" balas ku tersenyum sarkastik
"Puji Tuhan!" gumamnya terdengar lega "jadi... apa yang kalian lakukan?" Saat Clair melihat aku tidak ada niat untuk membalas, ia menyentuh pergelangan tangan ku "apa sungguh memalukan kau tidak ingin bicara?"
"Untuk alasannya, ya" balas aku membuka mulut ku "berjanji tidak mengatakan pada siapapun"
"Apa aku pernah mengatakan apapun pada siapapun tentang apapun yang kau bicarakan tentang kau-tahu-siapa?" Balasnya cepat dan tertarik "aku mendengarkan" ucapnya yakin "dan aku akan berusaha untuk bersikap netral, atau senang kalau dibutuhkan" tambahnya
"We kissed" ucap ku cepat tidak berani menatap mata Clair. Tidak ada respon. Saat aku memberanikan diri untuk mengangkat kepala ku, aku melihat wajah Clair yang terlihat membeku "katakan sesuatu"
"Tanpa peringatan?" Balasnya hampir tidak terdengar
"Karena ditantang" balas ku jujur
"Tunggu, tunggu, ceritakan dari awal, otak polos ku tidak bisa mengerti apa yang kau bicarakan" sekarang Clair yang ku kenal telah kembali
"Ingat gadis yang waktu itu memberikan undangan Manorwood?" Clair mengangguk "well, dia menyeret ku untuk ikut dengannya kemarin," Clair menggangguk lagi "kita bermain truth or dare, dan itulah saat ciuman itu terjadi" kali ini Clair tidak mengagguk
"Siapa yang mendapatkan tantangan dan siapa yang memberikan?" Really, Clair? Sampai ke detailnya?
"Pria itu, gadis itu" balas ku tanpa basa-basi "aku curiga gadis itu tahu sesuatu"
"Aku sedikit senang ia melakukannya" itu mengejutkan ku, sekarang aku yang tidak berbicara.
Seorang Clair senang akan hal tersebut?! Apa yang terjadi pada dunia?!
"Maksud ku, setidaknya kau telah mencapai satu target dari kemauan mu dari berteman dengannya bukan?" Clair menatap ku penuh harap aku tidak tersinggung
"Yeah" aku mengaggukan kepala pelan
"Apa yang terjadi setelahnya? Apakah canggung? Dia masih mengantarkan kau pulang kan setelahnya?" Cecar Clair lagi. Sungguh, aku tidak masalah dengan hal ini, aku ingin bercerita pada seseorang, aku harus menceritakan kebahagiaan ku atau aku akan dicap sebagai orang gila karena tersenyum-senyum tanpa sebab
"Dia tidak menghiraukan ku, tapi ya dia masih mengantarkan aku pulang, nilai tambah lagi, perjalanan kembali tidak canggung" ucap ku sedikit malu-malu
"Jadi itu bagus," Clair mengangguk-angguk lagi "sangat, sangat bagus" Clair menambahkan senyum kali ini "aku senang untuk mu, Taylor" lalu ia menarik ku untuk memeluknya "hanya ingat batasnya, okay? Jangan biarkan dia membawa mu lebih jauh"
"Jangan khawatir, Clair... aku tahu batas ku" balas ku tersenyum padanya meyakinkan
"You better be."°°°°§§°°°°
Aku tidak bertemu dengan satupun dari mereka selama 1 minggu. Dan mereka yang aku maksud adalah mereka yang berpartisipasi dalam permainan kita kemarin. Bahkan aku tidak bertemu 2 orang dalam angkatan ku yang kemarin ikut, setidaknya melihat selintas, seolah-olah mereka hilang ditelan bumi. Walaupun memang aku tidak bertemu dengan mereka, aku masih berbicara singkat dengan pria itu melalui messenger. Jadi setidaknya aku tahu pertemanan kita tidak mengarah ke arah yang tidak diinginkan. Tidak akan ada perasaan canggung kalau kita tidak membuatnya hadir menyertai bukan?
"Apa yang kau lakukan?" Tanya ku saat aku melihat sesuatu yang aku cukup yakin ilegal "kalau kita tertangkap kita akan berada dalam masalah besar"
"Aku kira kau ingin mencobanya," Pria itu menoleh pada ku sebelum menaruh benda itu di antara bibirnya dan membakarnya "plus, siapa yang akan menangkap kita?" Lanjutnya tersenyum yakin
"Kita ada di—" aku akan mengatakan tempat umum tapi sebelum aku bisa, pria itu telah memotong ku
"Rooftop pribadi ku" potongnya yakin
"Masih tempat umum" ucap ku kembali menekankan
"Chill out, Princess. You always so uptight!" pria itu tertawa "here, have some weed" ia menyodorkan ku benda di antara dua jarinya itu "kau tidak akan tinggi hanya dengan sekali hirup" ucapnya saat melihat keraguan ku
Ya, saat ini kita sedang ada di rooftop, tapi kita tidak hanya berdua di sini, teman pria itu dan kencannya juga di sini, mereka sedang berada di dapur menyiapkan sesuatu yang spesial, seperti yang mereka katakan, untuk kita santap bersama.
Kalau kau berpikir ini seperti situasi double date, kau sangat salah. Ini bukan sebuah double date, karena aku, yang baru saja aku sadari kenyataannya, sudah resmi menjadi one of the dudes he hangs with. Yeah, kau menebak benar, dia menaruh ku dalam friendzone, dan kau boleh percaya, boleh tidak, aku tidak bermasalah dengan status itu. Karena kau tahu? Aku akan mengambil apa yang bisa aku dapatkan, menjadi temannya lebih baik daripada tidak menjadi apa-apa. Setidaknya dengan menjadi temannya aku tidak akan menjadi gila berpikir cara untuk membuatnya memperhatikan ku, juga, dengan menjadi temannya, aku bisa mengatakan apapun yang aku mau padanya, kecuali pengakuan perasaan tentu saja, itu akan membuat kemunduran dalam perteman kita, jadi hampir topik apapun.
"Bagaimana kau menyukainya?" Tanyanya setelah aku menghirup benda ilegal itu
"Bisa dikatakan sedikit kuat," balas ku menahan batuk "jelas lebih berat dari rokok biasa" tambah ku, membuatnya tertawa
"Kau mengatakan itu sekarang, nanti di masa mendatang, kau bisa ketagihan" ucapnya menujuk ku setelah menerima kembali benda tersebut
"Seperti yang selalu aku katakan, aku tahu batas ku" ucap ku yakin
"Suatu hari kau akan melihat ke belakang dan menyadari kalau tidak ada yang namanya batas dalam dunia ini" pria itu menatap ku serius, lebih serius dari yang biasa aku lihat di tatapannya
"Ku harap kalian lapar, karena sesuatu yang spesial telah datang!" Suara teman pria itu membuyarkan situasi yang saat ini terjadi antara pria itu dan aku, keadaan tegang menguap begitu saja dan digantikan oleh rasa tak sabar ingin mencoba hidangan yang tersedia siap untuk disantap.
Dan percayalah saat aku mengatakan, sesuatu yang spesial tidak mengecewakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape Manorwood
ChickLitApa yang terjadi saat seorang gadis bertemu dengan pria idamannya? Gadis akan jatuh cinta pada pria itu. Gadis akan berusaha mendapatkan pria itu. Gadis akan merubah dirinya untuk pria itu. Lalu apa yang akan terjadi saat gadis...