- 1 -

991 32 0
                                    

            AKU TAHU AKU tidak sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            AKU TAHU AKU tidak sempurna. Tidak ada yang sempurna dalam hidup ku. Aku mungkin menunjukan kalau segalanya normal, tapi percayalah pada ku, di balik semua facade itu, aku tidak lebih daripada gadis terbuang.
            Aku tidak sepintar mereka para juara kelas, aku pun juga tidak secantik para gadis di sini dengan pulasan make up sempurna, bibir seksi, dan bulu mata extension tebal nan lentik, tapi aku bertahan. Aku harus, aku berjuang untuk bisa berada di sini, aku tidak bisa membuangnya sia-sia. Tidak mudah berada di sini, berbaur dengan mereka yang menggunakan uang orang tua mereka yang bisa dikatakan tanpa batas, karena aku harus saja memasukkan diri ku ke dunia kelas atas untuk memenuhi ambisi ku.
            Tidak, tidak, ambisi ku bukan memalsukan diri ku sebagai gadis kelas atas, bukan itu, percayalah, aku sudah itu, itulah alasan ku bisa berada dalam dunia ini pada awalnya, hanya saja dengan sedikit ketentuan kelas atas yang berbeda. Apa itu masuk akal? Ya, masuk akal pada waktunya, nanti.
            "Aku berpikir untuk retouch eyelash," Zara, salah satu teman ku, berkata sambil berkaca di layar HP ku yang mengkilap "sepertinya sudah mulai aneh"
            "Itu terlihat baik-baik saja," aku menyipitkan mata, berusaha mencari ke"aneh"an yang Zara maksud
            "Well, sedang ada diskon retouch." Zara mengangkat bahunya "Clair, kau ingin menemaniku?"
            "Yeah, aku juga tidak memiliki pekerjaan setelah ini" Clair mengangkat bahunya ringan
            "Apakah mata mu terasa berat memakai extension seperti itu?" Tanya ku polos kepada Zara
            "Tidak akan terasa ada bedanya, Taylor" Shawna, teman ku yang lain, tertawa di hadapan ku. Seperti Zara, Shawna juga menggunakan extension.
            "Aku secara personal tidak akan extension," aku menghela nafas pelan "aku suka apa yang telah diberikan dari sananya" Clair yang duduk di sisi ku hanya tertawa
            "Yeah, aku juga, setelah dipikir lagi" ucap Clair beberapa detik kemudian
            Setelah itu, kita sama-sama menyibukan diri dengan gadget masing-masing. Aku cukup yakin saat ini Shawna sedang sibuk memainkan game di HPnya, begitu juga dengan Clair, sementara dengan Zara, dia kemungkinan sedang berpose dengan filter kamera yang lucu-lucu untuk ia kirimkan kepada pacarnya dan seluruh pengikutnya di media sosial untuk saksikan. Aku? Aku menyibukan diri ku dengan membaca novel di HP ku, satu-satunya jendela yang membawa ku ke dunia yang sempurna, dunia impian ku, dunia yang membiarkan ku menjadi siapapun, dan apapun, yang aku inginkan tanpa harus mempedulikan apa kata orang lain. Aku suka berada di jendela ini, tapi aku tahu batasannya, aku tidak bisa membawa dunia sempurna ini ke dunia nyata, begitu juga sebaliknya. Jendela kebebasan ku tidak bekerja seperti itu.

            Saat sudah waktunya kita kembali ke kelas, Clair menahan ku agar berjalan bersisian dengannya. Itu hal yang wajar, karena itu aku tidak bertanya, aku hanya menurut saja.
            "Taylor," Panggil Clair pelan, mengamit tangan ku dan membuat langkah ku mengecil "apa kamu akan pergi dengan pria itu lagi nanti?"
            Pria itu. Ya, Clair adalah satu-satunya yang pernah aku ceritakan tantang pria itu. Cerita yang sejujurnya, tentang bagaimana dunia dia dan aku yang juga ingin mencobanya.
            Sebenarnya, awalnya Clair tidak tahu apa keinginan ku sebenarnya dari bergaul dengan pria itu, ia hanya berpikir kalau aku memiliki perasaan untuk pria itu, yang sebenarnya bukan kebohongan, aura berbahaya darinya menarik ku mendekat. Tapi sekarang, Clair tahu segalanya, hanya karena aku melakukan kesalahan mengatakan kejujuran tentang keinginan ku dengan pria itu pada teman ku yang lain yang akhirnya menyampaikan perkataan ku pada Shawna, dan Shawna memastikan kebenaran itu pada Clair karena ia tahu dari ketiga teman dalam kelompok kecil ku ini, Clair memiliki kemungkinan terbesar mengetahui rahasia ku. Aku merasa sangat terkhianati saat itu, tapi apalah, aku tidak akan membicarakan masalah pria membuat pertemanan baik ku hancur.
            "Are you?" Clair kembali bertanya saat aku tidak kunjung menjawabnya
            "Ya" balas ku singkat. Tidak ada gunanya berbohong
            "Kenapa kau membiarkan dia membawa mu ke tempat-tempat itu, Taylor?" Ini adalah pertama kalinya Clair menujukkan kekhawatirannya secara langsung
            "Kita tidak selalu berada di tempat-tempat seperti itu" balas ku mengerti maksud kalimatnya tanpa perlu ia jelaskan "kita kadang hanya duduk-duduk di rumahnya, dia tidak seburuk itu"
            "Guys! Cepat! Liftnya sudah akan sampai" potong Zara sebelum sempat Clair menjawab, dengan itu, aku berjalan lebih cepat ke arah lift
            "Kau tahu, sebagai teman aku hanya ingin yang terbaik untuk mu" bisik Clair saat ia kembali di sisi ku
            "Aku mengerti, Clair. Terima kasih telah mempedulikan ku. Itu lah alasan aku berpikir kalau kau adalah teman yang luar bisa" balas ku menatapnya sambil tersenyum
            Memang, sebelumnya, Clair pernah menghubungi ku dan secara spesifik bertanya apa hubungan ku dengan pria itu. Awalnya aku menolak untuk berkata jujur dan mengatakan padanya kalau kita hanya berteman, namun pada akhirnya, aku mengaku kalau mungkin disana memang ada perasaan terlibat. Beberapa minggu kemudian, setelah mendengarkan hal-hal yang aku ceritakan pada Clair tentang pria itu, Clair memberi ku ceramah panjang tentangnya, yang dengan senang hati aku terima. It's nice to have someone that cares.
            "Aku tahu kamu bisa menjaga diri mu sendiri," Clair meremas tangan ku saat lift kembali terbuka "tapi aku tetap harus mengatakannya. Hati-hati, Taylor, kau bermain di daerah yang sangat berbahaya" lanjutnya dengan tatapan penuh makna
            "Aku mendengar mu" aku mengangguk dan mendorongnya untuk segera memasuki pintu kelas. Kita serah terlambat tanpa perlu mengulur waktu lagi
            "Dosennya belum datang" dan begitu saja, topik pembicaraan ku dan Clair telah tertutup.
            Gosh, just gotta love that girl.

°°°°§§°°°°

            Percaya atau tidak, aku bertemu dengan pria itu di kampus, lebih tepatnya, aku bertemu dengannya di perpustakaan. Dari semua tempat yang ada yang kampus sediakan, perpustakaan, tempat umum paling suci yang bisa kampus sediakan. Maksud ku kalau kau tidak menghitung chapel di lantai paling atas kampus, yang tidak pernah aku datangi kalau tidak ada acara wajib yang mewajibkan ku datang berkunjung, maka perpustakaan adalah tempat paling suci di kampus.
            Kembali ke topik awal, kita bertemu di perpustakaan, dia, pria dewasa itu, sedang mencari topik untuk thesisnya, dia akan lulus sebentar lagi, hanya harus menyelesaikan proses magang dan thesis, dan ia akan pergi dengan gelar sarjana.
            Kita memang bertemu di sana, tapi bukan berarti kita juga berkenalan di sana. Seperti yang aku katakan, ini bukanlah kisah cinta.
            Ini adalah kisah diri ku yang lepas kendali dan membiarkan iblis-iblis dunia memancing ku menuju ke arah yang salah.
            Ini adalah kisah kehancuran ku.
            Dan bagaimana aku membayarnya.

Escape ManorwoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang