- 9 -

203 17 0
                                    

            ITU TERJADI LAGI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ITU TERJADI LAGI. Aku tidak begitu yakin apa yang terjadi, yang aku tahu aku tidak bisa mengontrol diri ku karena aku menekan batas ku sampai batas akhir dan benar-benar mabuk, ditambah dengan aku tinggi dari benda ilegal yang pria itu sediakan untuk kedua kalinya.
Aku. Mencium. Pria. Itu.
Dan tidak hanya itu saja, aku juga membuat diri ku seperti penggoda murahan dengan mengangkat tubuh ku dan mendudukkan diri ku di pangkuannya, kaki ku di masing-masing sisi pinggangnya, menyilangkan tangan ku di lehernya, sementara bibir ku melumat bibirnya penuh nikmat. Menghitung dengan yang kemarin, ini menjadi ciuman kedua ku, tapi aku sudah bertingkah seperti aku layaknya seorang pencium yang handal. Mabuk dan tinggi membuat ku menjadi terlalu percaya diri. Aku cukup yakin dalam kepala pria itu ia pasti berpikir tentang seberapa pencium yang buruk diri ku. Tidak diragukan lagi. Karena itu ia melepaskan ciumannya. Aku kecewa.
"What the hell are you doing?" Nafasnya tidak beraturan "kau terlalu mabuk untuk bersikap bertanggung jawab" ia berusaha untuk menyingkirkan ku dari pangkuannya, tapi aku tidak membiarkannya. Aku menolak untuk berpindah
"Kau takut?" Tantang ku menatap lurus ke matanya. Kalau aku tidak mabuk ataupun tinggi, aku tidak akan pernah berani melakukan ini "you're afraid of lil' ol' me?" Aku mendekatkan dahi ku padanya berbisik
"Kau mabuk" ucapnya tanpa emosi
"Kau tidak menyangkalnya!" ucap ku menarik diri dengan nada bersemangat
"Jangan pancing aku," desisnya "kau tidak akan suka dengan hasilnya"
"Mungkin aku ingin melihatnya" bisik ku di telinganya, membisikkan namanya
"Taylor, don't" tangannya meremas tangan ku yang melingkar di lehernya
"So uptight, mister" hmm... sejak kapan aku menjadi femme fatale seperti ini?
Dia menarik dagu ku, membuat ku menatap matanya, yang menatap ku penuh keseriusan, tapi di sana juga terlihat ada yang lain, sesuatu yang aku tidak mengerti, sesuatu yang baru, sesuatu yang unik. Mungkinkah itu sebuah tatapan ingin? Aku tidak ingin menaruh harapan ku terlalu tinggi, tapi mungkinkah?
"Apa ada yang salah?" Dia menatap ku terlalu lama, membuat ku menjadi ragu "apa aku sungguh seburuk itu?" Sekarang aku tidak lagi merasa percaya diri
"Saat ini kau tidak bisa berpikir jernih" ucapnya alih-alih menjawab pertanyaan ku
"Jadi aku seburuk itu?" Oh, sekarang aku menangis, luar biasa. Saat ia tidak menjawab ku, kesunyian dia mengkonfirmasi kalau aku memang seburuk itu dan membuat tangis ku semakin deras, tapi tidak berlebihan "maafkan aku" ucap ku mengangkat diri ku dari pangkuannya
"You're not too shabby for a first timer" ucapnya menangkap dagu ku, kembali memaksa ku untuk menatapnya saat aku menolak untuk menatapnya karena malu "jangan menangis, I'm not worth the energy" lalu ia menghapus air mata ku "mungkin hal yang berbeda bisa terjadi kalau kau tidak terlalu mabuk" and that, ladies and gentlemen, gives me the spark of hope.

°°°°§§°°°°

Harapan itu tidak bertahan lama. Kenapa? Karena pagi hari setelah itu, aku tidak mengingat apapun dari semalam.
Aku tahu, aku tahu, kalau aku tidak ingat bagaimana aku bisa tahu dan menceritakannya lagi? Well, jawaban untuk itu akan kau temui seiring dengan perjalanan kisah ku, satu per satu akan aku ceritakan, mungkin tidak dengan detail, tapi aku akan ceritakan. Karena aku tidak ingin... apa yang aku bicarakan?! Aku akan lanjutkan kisahnya.

Aku tidak ingat apapun keesokan paginya. Aku bahkan tidak ingat bagaimana aku bisa berada di kasur ku dengan pakaian yang sudah berganti. Siapa yang menggantikan pakaian ku? Tidak ada seorang pun di dalam rumah ini yang peduli dengan diri ku untuk repot-repot menggantikan pakaian ku. Kalau aku pulang benar-benar mabuk dan seseorang menemukan ku, aku akan tetap berada di sana sampai saatnya aku cukup sadar untuk bergerak dan mengurus diri sendiri. Selalu seperti itu, tidak pernah berubah sejak paman ku meninggal. Aku merasa seperti Cinderella tanpa pernah mendapatkan bagian menjadi buruhnya, hanya bagian dimana aku disia-siakan oleh ibu tiri dan saudara angkat setelah keluarga ku yang tersisa meninggal. Sungguh menyedihkannya diri ku.
"Kau lagi-lagi kembali dalam keadaan mabuk" apa dia menunggu ku pulang atau sesuatu? Untuk seorang yang tidak peduli, dia selalu tahu
"Kau peduli pada ku sekarang?" Balas ku dengan nada yang manis
"Tentu saja aku peduli. Kau tinggal di bawah atap kami, kita memiliki reputasi," ucapnya terdengar kesal "aku peduli dengan reputasi keluarga ku"
"Oh, jangan kau bersikap hipokrit!" Balas ku sedikit terlihat marah "aku tahu kau juga menggunakan obat-obatan tanpa sepengetahuan ayah mu. Jangan kau pikir aku tidak tahu, good boy"
Mendengar kalimat ku, kakak ku melangkah masuk ke dalam kamar ku dan menutup pintunya rapat
"Hati-hati saat kau bicara, kau gadis tidak tahu terima kasih!" Desisnya tajam "kita sudah menampung mu di sini karena kebaikan hati sekarang kau melunjak?!"
"Bullshit karena kebaikan hati! Kalian masih membiarkan ku di sini karena konsekuensi yang harus kalian lakukan kalau kalian mengusir ku!" lupakan sakit kepala karena mabuk semalam, aku tidak akan membiarkan diri ku di rendahkan seperti ini
"Kita bisa saja mengusir mu untuk tinggal di kampus, tapi kita tidak melakukan itu" ia bersedekap sok di hadapan ku, dari apa yang terlihat, ia berpikir ia telah menang argumen ini
"Itu karena kalian terlambat mendaftarkan ku, jadi dorm sudah penuh," dia belum menang "apa alasan mu masih tinggal di bawah atap daddy mu?"
"Ini rumah ku. Aku bisa melakukan dan menginginkan apapun, bukan urusan mu" balasnya penuh kesombongan "kalau kau muntah, bersihkan sendiri" ia kembali berjalan menuju pintu ku "minum aspirin" sekali lagi ia melemparkan botol aspirin ke kepala ku. Fuck that guy!

°°°°§§°°°°

"Kita sudah dekat rumah mu, ayo jalan-jalan!" Suara lantang menyakitkan kepala ku
"Tidak bisa, aku sakit kepala" di hari normal, aku tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk keluar rumah dan jalan-jalan dengan teman, tapi hari ini, aku tidak yakin aku bahkan sanggup berjalan ke kamar mandi
"Apa kau baik-baik saja?" Suara yang lain. Kepala ku terlalu sakit untuk mengidentifikasi pemiliknya
"Ya, hanya sakit kepala," balas ku menahan erangan "bukan hal yang besar. Mungkin lain kali, guys. Maaf"
"Kau ingin kita mampir mungkin?" Kembali ke suara yang pertama
"Tidak, tidak perlu. Sudah ku katakan ini hanya sekedar sakit kepala, bukan hal besar" tolak ku, menghindari pertemuan antara teman-teman ku dan situasi tinggal ku yang kacau balau
"Beristirahat lah kalau begitu" ucapnya lagi
"Yes, boss!" canda ku sedikit meringankan suasana yang terlalu tegang. Setelah itu, sambungan telepon berakhir

Escape ManorwoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang