43. Happy

2.8K 121 2
                                    

Beberapa menit bagaikan berjam-jam oleh Zayn. Ia menunggu dengan sabar. Sedangkan Aisyah didepannya terkejut bukan main. Fikirannya masih sangat kosong. Dirinya bisa sangat syok hanya karena lamaran tiba-tiba ini. Zayn berdehem,membuat Aisyah tersadar dari tatapan kosongnya.

"Jadi.. Bagaimana jawabanmu? Jangan menggantung seorang pria seperti ini."ujar Zayn dengan gusar. Aisyah tersadar lalu menggigit bibir bawahnya.

"Bukankah ini terlalu cepat,Zayn?"

Zayn mendengus,"tidak,beberapa bulan ini sudah cukup untukku mengenalmu."

Aisyah kembali memperhatikan kotak yang dipegang Zayn yang berisikan sebuah cincin berwarna pink yang terlihat simple namun elegant.

Ia lalu menatap Zayn tepat dibola mata pria itu. Mata cokelat itu seperti berbinar penuh harap. Ada juga sedikit kekhawatiran disana.

"Bagaimana ini?"batin Aisyah bingung. Menyadari Aisyah yang keliatan kebingungan,zayn menghela nafasnya pelan.

"Kita tidak langsung menikah. Kita masih akan bertunangan dulu. Karena, aku yakin mempersiapkan segalanya tidaklah mudah. Aku akan meminta ibuku untuk mengurusnya nanti."

"Dan,aku pastikan Bulan depan adalah pernikahan kita."lanjut Zayn. Aisyah terkejut.

"Hey! Kenapa cepat sekali? Kau kira mempersiapkan semuanya dalam waktu dekat ini mudah apa?!"jengkel Aisyah. Zayn mendengus.

"Tak usah fikirkan itu. Kau hanya perlu mempersiapkan dirimu menjadi istri yang baik."jawab Zayn. Ia mengeluarkan cincin itu dari kotaknya dan memasangnya di Jari manis milik Aisyah. Ia tersenyum puas.

"Hey! Ini namanya pemaksaan. Kau sama sekali tidak romantis,tahu!"cibir Aisyah. Zayn bangkit dari pose berlututnya lalu memutar bola mata bosan.

"Terserah kau saja! Baiklah,ayo pulang!"

"Eh,tapi bagaimana dengan Jean?"saking syoknya,ia tak menyadari bahwa daritadi Jean belum kembali dari toilet.

"Dia sudah pulang,kau ini bodoh sekali ya? Gampang sekali ditipu seperti ini."ejek Zayn.

"Enak saja! Ayo pulang!"aisyah segera bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Zayn yang terbengong dengan sikapnya. Zayn mendengus lalu menyusul Aisyah yang sudah masuk kedalam mobil.

*********

Cahaya sinar Mentari tergantikan oleh cahaya rembulan malam. Di kamarnya, Aisyah memperhatikan cincin yang tersemat dijari manisnya. Cincinnya begitu Indah. Ia masih tak percaya Zayn akan melamarnya.baginya,Zayn menjadi kekasihnya saja ia sudah bersyukur. Tapi,hari ini dimana ia sudah dilamar oleh Zayn! Seorang pria menyebalkan yang selalu mengganggunya. Dan,ia bahkan tidak sadar jika ia tersenyum sendiri seperti ini. Ternyata,kejadian hari ini benar-benar membuatnya Gila.

Jean mengamati Aisyah yang berbaring di tengah ranjang. Ekspresi gadis itu yang memperhatikan Cincin di jarinya menyiratkan kebahagian membuat Jean ikut tersenyum.

"Kau bahagia sekali,ya?"sindir Jean. Aisyah menoleh,lalu mendengus.

"Kenapa kau meninggalkanku di Taman tadi? Jadi,kau berusaha memberikanku kejutan eh?"balas Aisyah tak memperdulikan sindiran sahabatnya itu.

"Oh,itu. Zayn yang menyuruhku,tahu! Jika bukan karena dia memberikanku sebuah kartu kreditnya,mungkin aku melihat adegan dimana dia melamarmu. Huh,Zayn dan kartu kreditnya sangat menguntungkan sekaligus merugikanku."

Aisyah mendengus. "Jadi,kau lebih mementingkan kartu kredit daripada sahabatmu ini huh? Kau tahu,ia sangat tidak romantis."

"Oh,benarkah? Apa dia melakukan hal yang tak baik padamu?"

"Hey! Bukan begitu,hanya saja cara dia melamarku begitu memaksa tak ada romantisnya sama sekali."

"Tapi,kau bahagia bukan?"ujar Jean dengan nada tenang. Aisyah membuka mulutnya namun terhenti. Ia kembali mengatupkan kembali bibirnya. Matanya kembali menatap Cincin di Jari manisnya. Mengusapnya dengan pelan seakan takut akan rusak bila ia menyentuhnya terlalu kuat.

"Ya."jawab Aisyah lirih. "Aku bahagia. Akhirnya, ia melamarku. Momen dimana yang paling ku tunggu-tunggu. Dimana ia menyematkan Cincin dijari manisku. Walaupun sangat bertolak belakang dengan hayalanku selama ini."aisyah tertawa pelan di akhir kalimatnya.

"You really love him?"tanya Jean dengan hati-hati. Aisyah menghembuskan nafasnya.

"Entahlah. Rasanya,aku sangat bahagia bersamanya. Menjalani hari-hari bersamanya. Walaupun,aku tahu tidak seharusnya aku bersamanya. Karena bagaimanapun,aku hanyalah wanita biasa yang beruntung bisa di lamar oleh dirinya."

Jean menghampiri Aisyah dan duduk dihadapannya. Ia menggenggam kedua tangan Aisyah.

"Kau tahu,Cinta itu tidak memandang apapun. Kau tahu istilah Cinta itu buta. Tak peduli jika wanita itu tidak sempurna. Jika hatinya sudah menyuarakan namamu,maka sekalipun ia dekat dengan wanita lain,akan tetap ada namamu didalam hatinya..."

"....kau tak boleh menyerah. Impianmu sudah ada dihadapan mata,Ai. Kau tidak boleh menyianyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan padamu. Seharusnya kau bersyukur,bukan mengeluh seperti ini."ujar Jean. Mata Aisyah berkaca-kaca. Ia tidak menyangka akan mempunyai teman seperti Jean. Sahabatnya begitu bijak membuat fikirannya terbuka. Tidak seharusnya ia berkata seperti itu. Seharusnya ia senang dan bersyukur karena Zayn melamarnya.

"Terima Kasih Jean. Kau adalah sahabat terbaikku."aisyah memeluk Jean dengan erat.

"Ya,kau juga."bisik Jean.

Aisyah melepaskan pelukannya. "Aku tidak menyangka,orang sepertimu sangatlah bijak dalam berkata. Darimana kau belajar huh?"

Suasana disekitar merka kembali mencair. Jean tersenyum simpul. "Tentu aku bijak. Kau saja yang baru tahu sisi bijakku."

"Yayaya,terserah kau saja."balas Aisyah dengan malas.

"Bahagialah Ai."Jean tersenyum.

"Tentu."





**********
TO BE CONTINUED>>>

MAAF NGARET ^°^ Dan PENDEK -,-

Ohya,jika ada typo atau kalimatnya ga nyambung maafkan ya:D tolong Vommentnya pleaseee :'")

Dilaxx

Love You Because ALLAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang