44. One day before Married

3.1K 140 4
                                    

Hari berganti minggu,minggu berganti Bulan. Kini dimana pernikahannya semakin dekat. Aisyah mulai merasakan rasa gugupnya. Besok adalah hari dimana ia akan menikah. Rasanya waktu begitu cepat,dan aisyah semakin tak dapat tenang. Ia begitu gugup dan gelisah. Padahal,semuanya sudah selesai,tinggal gaunnya saja yang akan di periksa hari ini.

Aisyah sedang berada didalam salah satu kamar di Hotel tempat akad nikah akan dilaksanakan. Ia bolak-balik didepan TV, salah satu kegiatan yang digemarinya akhir-akhir ini. Untung saja tak ada Jean disini. Kalau saja gadis itu ada disini,mungkin ia sudah melempar Aisyah dengan kata-kata pedasnya itu.

Aisyah berjalan kearah Jendela lebar yang terbuka. Angin sepoi-sepoi menerbangkan sedikit kerudungnya. Fikirannya tiba-tiba tertuju pada Zayn. Seminggu yang lalu adalah hari terakhir dimana ia bertemu dengan pria itu. Mendekati hari pernikahan,Aisyah dan Zayn dilarang untuk bertemu,walau sesekali ia diam-diam menerima telfon dari pria itu.

Tok tok tok!

Aisyah berjengit kaget. Ia menoleh kearah pintu dan membukanya. Terlihat bundanya berdiri sambil membawa sebuah Gaun ditangannya. Aisyah mempersilahkan bundanya masuk dan menutup pintunya.

"Nak,gaun kamu udah sampe. Mau langsung dicoba?"tanya bunda. Aisyah mengangguk,ia melepaskan kerudungnya beserta pakaiannya lalu memakai Gaun yang cukup besar itu dibantu oleh bundanya.

Setelah terpakai dengan sempurna. Aisyah memandang dirinya didepan cermin riasnya dengan mata berbinar. Tak salah ia memilih Gaun ini. Kesannya tak terlalu ribet membuat Gaun ini begitu Simple namun elegant. Benar-benar seleranya.

Bundanya tersenyum,ia lalu meraih dagu Putri kecilnya yang sudah beranjak dewasa itu. Ia tersenyum simpul. Rasa haru menyeruak didadanya. Rasanya baru kemarin ia melihat Aisyah dalam balutan baju Sekolah dasar. Sekarang,gadis kecilnya sudah dalam balutan baju pengantin.

"Kamu luar biasa,nak. Bunda sayang sama kamu."ucap Bundanya dengan lirih. Dengan mata berkaca-kaca,aisyah memeluk bundanya dengan erat.

"Aisyah juga sayang sama bunda. Sama ayah juga.."balas aisyah dengan lirih. Bundanya mengangguk dan menepuk punggung Aisyah dengan pelan.

Ketukan di pintu membuat Aisyah dan bunda melepaskan pelukan mereka. Belum sempat Aisyah menjawab Ya terbukalah pintu itu dan munculah seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun. Aisyah terkejut lalu mengulurkan kedua tangannya. Bocah kecil itu berlari kearah Aisyah dan menubruknya dengan pelukan.

"Revan!"pekik Aisyah. Bocah-laki-laki bernama Revan dalam pelukannya tertawa kencang.

"Kak Aisyah! Aku kangen kakak!!"jawab Revan. Aisyah terkekeh lalu menurunkan Revan. Ia berjongkok menyamakan tingginya dengan Revan.

"Kakak juga kangen sama kamu! Ohya,Oma sama Opa dimana? Mereka dateng kan?"tanya Aisyah. Revan mengangguk.

"Iya,mereka ada diluar ketemu sama Ayah dulu. Trus Revan disuruh kesini sama Oma."jawab Revan dengan muka polosnya. Aisyah terkekeh lalu mencubit pipi Revan dengan Gemas.

Revan Angelo Hardoyo (10th) adalah adiknya. Sejak berumur 5 tahun Revan memilih tinggal bersama Oma dan Opa nya. Katanya,Ia ingin belajar mandiri seperti kakaknya (Aisyah). Tak jarang ia mengunjungi Rumahnya tapi,sejak Aisyah pergi ke London ia tak pernah pergi kesana lagi. Katanya,ia akan pergi kesana jika Aisyah sudah pulang.

Dan ketika mendengar kakaknya sudah pulang dan akan segera menikah membuatnya senang. Akhirnya ia akan bertemu dengan kakak yang sudah dirindukannya.

"Ohiya,kata Oma kakak nikahnya sama bule ya? Artis lagi. Siapa kak? Ganteng kayak Revan kan?"tanya Revan dengan muka polosnya. Aisyah dan bundanya tertawa pelan.

Love You Because ALLAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang