Sesampainya di atap sekolah Gia tidak sendirian. Ada seseorang juga diatas sana. Dia sempat ingin mengurungkan niatnya. Namun, suara yang memanggil Gia menghentikan langkahnya.
"Gia."
Gia menoleh dan melihat Fatur yang sedang melihat kerahnya. Kenapa seperti kebetulan sekali. Gia segera mendekat kearah Fatur.
"Gue kira tadi siapa gitu," kata Gia kepada Fatur.
"Lo ngapain kesini?" tanya Fatur.
"Emm... eh itu." Gia bingung harus menjawab apa. Gia disuruh keluar kan karena dia melamunkan Fatur tadi.
"Kena hukum?" tanya Fatur.
"Ah. Iya, kena hukum," kata Gia sambil tersenyum canggung. "Lo sendiri?"
"Cabut." Jawab Fatur santai.
Gia hanya manggut-manggut mendengar jawaban Fatur. Suasana menjadi hening sekarang. Gia dan Fatur sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Suara alaram dari saku Fatur mengagetkan kedua remaja itu. "Sorry," kata Fatur kepada Gia sambil mengambil ponselnya.
Memo.
Grandma birthday.
Ah iya. Fatur sampai lupa jika hari ini adalah ulang tahun neneknya. Fatur terlalu sibuk memikirkan tugas dan masalah pribadinya hingga dia melupakan hari penting ini. Dia bahkan belum menyiapkan kado buat acara nanti malam. Fatur ingat neneknya bilang dia harus datang saat perayaan hari ulang tahun neneknya.
"Kenapa?" tanya Gia yang penasaran.
"Enggak, bukan apa-apa," jawab Fatur kepada Gia. Tak ada percakapan lagi setelah itu. Gia merasa mungkin dirinya terlalu ikut campur masalah Fatur sekarang. Dia tidak ingin Fatur malah merasa risih didekatnya.
"Cewek paling suka sama apa sih?" tanya Fatur mengisi kesunyian diantara mereka.
Gia mengerenyit bingung. "Kenapa?" tanya Gia.
"Gue mau nyari kado."
Deg.
Jantung Gia bergemuruh. Fatur ingin memberikan hadiah kepada seorang wanita? Siapa dia?
"Apa Fatur mau ngasih ke gebetan dia?" batin Gia.
"Tergantung lo mau ngasihnya kesiapa sih," kata Gia mencoba memancing obrolan tentang siapa orang yang akan Fatur belikan kado.
"Buat nenek gue sih. Hari ini dia ulang tahun," kata Fatur.
Gia menghela napasnya pelan. "Untung ekspetasi gue salah soal doi," batin Gia lagi.
"Oh gitu. Apa ya yang cocok?" kata Gia bertanya pada dirinya sendiri.
Fatur memperhatikan Gia yang sedang mengetukkan jari telunjukknya ke dagunya. Dia sempat berfikir, bagaimana dia bisa mudah sekali akrab dengan gadis disampingnya ini. Padahal mereka baru kenal beberapa hari ini.
"Mungkin jam atau lukisan gitu. Nenek lo suka apa?" tanya Gia yang menyadarkan Fatur dari lamunannya.
"Nenek gue sih sukanya guci-guci gitu," kata Fatur sambil mengalihkan pandangannya dari Gia.
"Kalau gitu beliin dia guci aja."
"Gue gak ngerti masalah guci-guci gitu," kata Fatur.
"Gimana kalau gue bantu nyariin?" kata Gia semangat.
"Lo gak keberatan?" tanya Fatur memastikan.
"Ya enggak lah, kan cuma nemenin lo doang. Kecuali kalau lo nyuruh gue bawa gucinya kerumah nenek lo," kata Gia sambil tertawa kecil.
"Thanks ya. Gue jadi ngerepotin lo terus," kata Fatur.
"Biasa aja kali Tur," kata Gia. "Gue gak keberatan kok lo mintain tolong, gue malah seneng bisa deket sama lo." Lanjut Gia dalam hati.
***
Sesuai janjinya sekarang Gia sedang menemani Fatur mencari kado buat neneknya. Gia sedang melihat beberapa guci yang dipajang di etalase. Sedangkan Fatur sedang melihat beberapa kerajinan keramik yang juga dijual di toko itu.
"Yang ini bagus," kata Gia membuat Fatur berjalan mendekati gadis itu.
Wangi citrus dan vanilla yang lembut langsung masuk kedalam indera penciuman Gia. "Gila Fatur masih aja wangi walaupun udah pulang sekolah kayak gini," batin Gia sambil memperhatikan Fatur.
"Iya bagus, yaudah gue ambil yang ini." Fatur membawa guci itu kemeja kasir untuk membayarnya sekaligus dibungkus.
Setelah selesai membayar Fatur kembali menghampiri Gia. "Yuk balik, udah sore nanti lo dicariin lagi," kata Fatur yang dijawab kekehan oleh Gia.
Sesampainya didepan rumah Gia sebelum turun dari mobil Fatur Gia sempat berkata. "Sampein ucapan selamat dari gue buat nenek lo ya," kata Gia.
"Sip. Sekali lagi thanks ya," kata Fatur yang dijawab anggukan serta senyuman dari Gia.
Setelah Fatur pergi Gia langsung berlari masuk kedalam rumahnya dengan senang. Dia bahkan hampir terpeleset ditangga saat ingin menuju kekamarnya. Untungnya Mama Gia sedang pergi sehingga tak ada yang memarahi Gia karena tingkah ceroboh wanita satu itu.
Gia terlihat sangat senang. Dia seperti anak kecil yang dapat hadiah ulang tahun tiket liburan ke Disneyland dari orang tuanya. Sangat bahagia, sampai-sampai sekarang Gia loncat-loncat dikasurnya.
Gia berbaring menatap pelafon dikamarnya. Dia tidak menyangka bahwa dia bisa sedekat itu dengan Fatur, bahkan tadi Fatur mengantarnya pulang. Jadi apakah salah jika Gia berharap lebih dari Fatur. Tentu saja tidak, karena bagi Gia perasaan tidak pernah salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggiana (Complete)
Teen FictionBagiku ini sudah cukup. Kau tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya dipaksa berhenti memperjuangkan sesuatu yang sangat kau inginkan. Dan kini aku tersadar aku telah kalah dari kegelapan.