Gia menghela napasnya panjang sebelum dia menuruni pesawat. Welcome back to Indonesia, hatinya mulai merasa cemas sejak langkah pertamanya keluar dari pesawat. Enam tahun bukan waktu yang singkat, tapi bagi Gia enam tahun tidak cukup untuk benar-benar menghilangkan perasaannya ini.
"Kamu kenapa?" tanya Fero yang sedari tadi memperhatikan Gia. Gadis itu tampak gelisah sejak keberangkatannya dari paris.
"Jet lag," kata gia sambil tersenyum menatap Fero.
Mereka berjalan hingga sampai pintu terminal bandara. Fero sedari tadi mendorong kursi roda omanya Gia, dia terlihat tidak keberatan sama sekali karena dia sudah menganggap keluarga Gia sebagai keluarganya sendiri.
Dari kejauhan terlihat kedua orang tua Gia yang berjalan mendekati mereka. "Gia," panggil Mamanya sambil memeluk Gia.
"Bagaimana perjalan kalian?" tanya Papanya Gia sambil merangkul Fero.
"Aman Om," kata Fero sambil balas merangkul Papanya Gia.
Pandangan Mamanya Gia beralih pada Mamanya. "Mama gimana keadaannya? Gia gak ngerepotin kan?"
Omanya Gia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Dia terlihat sangat senang bisa kembali ke Indonesia.
Setelah mengambil koper yang mereka bawa akhirnya mereka meninggalkan bandara dan pulang kerumah.
Sesampainya dirumah Gia langsung menuju kamarnya. Gadis itu langsung loncat berbaring di kasurnya. Enam tahun dia meninggalkan kamarnya dan tidak ada yang berubah sama sekali.
"Aku akan langsung kembali," kata Fero sambil menatap Gia yang langsung berdiri menghampiri Fero.
Dia menekuk wajahnya sebal. "Kamu gak nginep dulu? Kita baru sampai, kamu gak capek?" tanya Gia yang membuat Fero tertawa kecil.
"Itu semua cuma alesan kamu supaya aku gak pulang kan?" kata Fero sambil mencubit pipi Gia gemas. "Tapi aku harus pulang, Mama sudah menunggu aku di rumah," kata Fero yang membuat Gia menghela napasnya pelan.
"Yasudah. Titip salam buat Mamamu," kata Gia yang dijawab anggukan oleh Fero.
Gia mengantar Fero sampai depan rumahnya. "Hubungi aku kalau kamu udah sampe, oke?"
Fero tersenyum hingga matanya menyipit. "Aku pulang," kata Fero sambil melambaikan tangannya kearah Gia.
Gia menatap taxi yang dinaiki Fero hingga taxi itu keluar dari halaman rumahnya.
"Fero jadi pulang?" Tanya Mamanya Gia yang membuat Gia terkejut.
"Ah Mama ngagetin Gia tau," kata Gia merajuk.
Mamanya hanya tertawa kecil melihat perubahan sifat Gia sekarang. "Dulu kamu itu cuek, tapi sekarang kenapa jadi manja gini."
Gia berdecak sambil merangkul Mamanya. "Ah Mama kan Gia masih kangen banget sama Mama," kata Gia dengan manja.
***
Hari ini Gia berjanji akan menemui Amel di salah satu restaurant di jakarta. Gia memilih untuk datang terlebih dahulu karena dia sangat exited untuk bertemu dengan Amel. Seperti apa anak itu sekarang, dulu dia kan sangat cerewet dengan Gia dia yang sering memarahi Gia di sekolah.
Hampir setengah jam menunggu akhirnya Amel datang. Dia sepat memperhatikan Gia dari jauh, mungkin karena lama tidak bertemu Amel jadi sulit mengenali Gia.
"Gia?" Tanya Amel saat sampai di depan meja Gia.
Gia langsung tersenyum senang dan berdiri merangkul Amel. Gadis itu tampak terkejut saat Gia dengan heboh memeluknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anggiana (Complete)
Ficção AdolescenteBagiku ini sudah cukup. Kau tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya dipaksa berhenti memperjuangkan sesuatu yang sangat kau inginkan. Dan kini aku tersadar aku telah kalah dari kegelapan.