37

12.4K 460 5
                                    

Setelah kurang lebih lima hari Gia di rumah sakit gadis itu perlahan pulih. Awalnya orang tua Gia sudah ingin menyetujui untuk menidurkan sebagian memory Gia saat gadis itu tak sadarkan diri. Tapi keajaiban datang, Arjuna dan salah satu psikiater di rumah sakit itu bilang Gia sudah bisa mengatasi traumanya.

Memory buruk yang mengancam sel otak Gia kini tidak ada lagi. Gia lebih terlihat relax dan bisa mengontrol emosinya. Entah apa yang terjadi selama gadis itu koma, tapi yang pasti kedua orang tua Gia sangat bersyukur karena putri mereka tak harus merasakan ketakutan atau trauma yang mendalam lagi.

Seperti sekarang Gia sedang asik memakan buah-buahan yang Gisel bawakan untuknya. Entah sejak kapan dia jadi sangat menyukai buah-buahan dan Gisel dengan senang hati membawakannya untuk Gia ketika Gisel menjenguk gadis itu.

"Kamu terlihat lebih kurus," kata Fero sambil mencubit kecil pipi Gia pelan.

Gia tertawa kecil. "Aku bakal gendut kalau Gisel tiap hari bawain aku salad buah kayak gini," tunjuk Gia pada kotak yang berisi salad buah di pangkuannya.

"Giaaaaaa," teriak seseorang yang baru saja membuka pintu kamar inap Gia. Amel berlari kecil kearah Gia lalu memeluk gadis itu dengan sumringah. Dibelakang Gia ada Dita yang tersenyum kecil kearah Gia.

Gia membalas pelukan Amel dengan tawa kecilnya hingga dia menyadari ada Dita yang sedang menatapnya. "Oh hay Dit," sapa Gia sambil melepas pelukannya pada Amel.

"Gimana keadaan lo Gi?" tanya Dita sambil berjalan mendekat kearah Amel.

"Baik Dit long time no see you," kata Gia yang dijawab anggukan oleh Dita.

Gia jadi teringat Fatur, tiba-tiba rasa takut itu muncul. Tapi Gia berusaha menutupi rasa takut itu. Fatur pasti baik-baik saja, pikir Gia. "Kamu sekarang kerja dimana Dit?" tanya Gia, masih belum kembali terbiasa dengan panggilan gue-lo.

"Di kantornya Fatur. Gue udah tau kok lo pernah dekor di sana, pas itu kebetulan gue lagi ditugasin di luar kota," kata Dita menjelaskan. "Sayang banget ya Gi, padahal seharusnya kita bisa ketemu lebih awal."

Gia tertawa kecil. "Yang penting sekarang kita udah ketemu lagi," kata Gia tanpa melepas senyum dari wajahnya.

Jika lebih diperhatikan mata Dita sedikit sembab. Sejujurnya lidah Gia sudah gatal ingin menanyakan kabar Fatur karena rasa khawatir yang dia rasakan ini tidak mau hilang. Dengan melihat wajah sembab Dita membuat perasaan itu makin membuncah dalam hati Gia.

"Gimana kabar Fatur?" tanya Gia akhirnya.

Orang-orang yang ada di ruangan Gia langsung terdiam tak terkecuali Dita. Fero menatap Gisel seolah bertanya dari pandangan matanya 'apa ini tidak apa-apa?'

Gisel menyuruh Amel serta Fero keluar dari ruangan Gia sampai diruangan itu tersisa dirinya, Gia dan juga Dita. "Take it slow," kata Gisel sambil menatap Dita.

Dita mengangguk lalu berjalan duduk disamping Gia. Gadis itu tampak bingung dengan keadaan disekitarnya, matanya menuntut penjelasan kepada Dita.

"Fatur gak lagi baik-baik aja Gi," kata Dita dengan nada suara yang kecil namun masih mampu Gia dengar.

"Maksud kamu?"

"Fatur lagi berjuang untuk kembali sadar, dia butuh doa dari orang-orang terdekatnya untuk tetep kuat." Hanya ada kalimat ambigu yang keluar dari mulut Dita. Gia butuh penjelasan yang lebih jelas dari itu.

"Fatur kenapa Dit?" tanya Gia dengan nada menuntut penjelasan.

"Tenang Gi, pikirin keadaan kamu," kata Gisel mengelus pundak Gia agar gadis itu bisa menstabilkan emosinya. Gia menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

Anggiana (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang