29

13.8K 585 10
                                    

Fatur bersandar di kursi kerjanya. Seharian ini dia hanya memikirkan Gia hingga pekerjaannya menjadi terbengkalai.

Jika wanita itu benar-benar Gia berarti Gia sudah kembali. Dia harus segera menemuinya, sekian lama dia mencari keberadaan Gia dan akhirnya tuhan kembali membawa wanita itu kedekatnya.

Setelah kepergiannya saat itu Fatur benar-benar menyesal. Dia berusaha mencari info tentang keberadaan Gia tapi hasilnya nihil, dia seperti menghilang tanpa meninggalkan jejak.

Mungkin besok dia harus menemui Amel untuk menayakan keberadaan Gia. Gia pasti akan menghubungi Amel jika benar dia sudah kembali.

***

Gia dan Fero langsung memulai pekerjaannya hari ini. Beberapa pekerja mulai mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam ruangan itu. Fero memang lebih suka mengawas sendiri pekerjaan para pekerjanya dibanding duduk dimeja kerjanya sambil memantau proyek. Sedangkan Gia menemani Fero sambil sesekali menentukan dekor yang sekiranya cocok dengan ruangan itu.

"Kalau kamu capek duduk aja," kata Fero kepada Gia. Gadis itu malah menggelengkan kepalanya.

"Bagian itu bakal saya cat warna maroon, tolong siapkan warnanya," kata Gia kepada salah satu pekerja.

"Emm... Fero, jendela disana tidak dihancurkan kan?" tanya Gia yang dijawab gelengan kepala oleh Fero.

"Bagus, sepertinya menarik dijadikan view yang indah. Kemari," kata Gia sambil menarik tangan Fero. "Jendelanya cukup besar dan langsung mengarah ketengah kota. View yang indah di malam hari," kata Gia sambil tersenyum senang.

"Cemerlang," kata Fero yang membuat Gia mengembangkan senyumnya.

***

Jam makan siang tiba, Faro dan Gia serta beberapa pekerja lainnya beristirahat sebelum menyambung pekerjaan mereka lagi.

Mereka memasuki lift menuju ke kantin kantor ini untuk makan siang. Berbeda dari kemarin hari ini Gia tampak sumringah.

"Aku rasa aku akan makan banyak hari ini," kata Gia didalam lift. Tangan Gia masih setia merangkul tangan Fero membuat beberapa pasang mata yang berada di dalam lift menatap mereka dengan iri.

"Kamu bisa gendut, percis kayak ikan buntal," kata Fero membuat Gia merajuk dengan wajah lucu. Gia dengan cepat mencubit tangan Fero sehingga pria itu mengelus tangannya, tidak terlalu sakit tapi wajah Gia yang seperti itu membuat Fero tertwa kecil melihatnya.

Saat pintu lift terbuka Fero langsung menarik tangan Gia menuju kantin. Baru dua langkah keluar dari lift Gia langsung berhenti menatap terkejut kearah depan. Fero yang menyadari itu langsung menatap kearah Gia melihat.

Fatur berdiri disana menatap Gia dengan tatapan terkejut. Pandangannya terkunci pada sosok yang sedang bersama seorang pria disampingnya, baru melangkah ingin mendekati Gia pria yang disamping gadis itu langsung mengajaknya pergi.

"Ayok Gi, kenapa berhenti," kata Fero sambil merangkul bahu Gia. Akan lebih baik dia berpura-pura tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi.

Gia berjalan dengan diam masih dalam keterkejutannya. Sesampainya di Kantin Fero langsung memesan makanan untuk mereka berdua.

"Nih kesukaan kamu, makan yang banyak," kata Fero sambil menaruh makanan Gia kedepannya. Gia masih terdiam tanpa melirik makanan didepannya.

"Fer," bisik Gia sambil menggenggam tangan Fero didepannya.

Fero mengerti, dia menggeser duduknya sampai kesamping Gia. "It's oke, ada aku," kata Fero berusaha menenangkan Gia.

Gia menenggelamkan wajahnya dibahu Fero lalu menangis. Fero mengelus bahu Gia lembut agar gadis itu lebih tenang. "Udah Gi, kalau para pegawai wanita ngeliat kamu terus nempel sama aku gimana aku bisa dapet pacar," kata Fero yang membuat Gia tersenyum kecil dan mencoba untuk berhenti menangis. Setidaknya ada Fero disini, dia yakin dia akan baik-baik saja. Walaupun keadaan akan merubah semua ini menjadi lebih rumit, Fero ada untuknya. Gia tahu Fero tak akan membiarkannya jatuh kembali.

***

Masih dalam rasa terkejutnya Fatur mengikuti Gia. Dia di sana bersama pria yang tidak dia kenali Fatur langsung pergi saat pria itu menaruh makanan dihadapn Gia. Dia tidak sanggup melihat kedekatan Gia dengan pria lain.

Baru saja Fatur merasa senang karena baru saja bertemu kembali dengan Gia tapi hatinya kembali terpatahkan karena kedekatan Gia dengan pria yang tidak dia kenal. Apa mungkin Fatur harus kehilangan Gia untuk kedua kalinya, dan lagi-lagi tanpa perjuangan? Ini tidak bisa.

Kali ini dia harus memperjuangkannya. Masalah Farah? Pertunangan itu sudah lama bubar. Fatur memberontak setelah kepergian Gia, dan itu membuat kedua orang tua Fatur dan neneknya sedih. Pada akhirnya pertunangan itu dibatalkan dan Farah? Dia masih tetap berusaha mendekati Fatur sampai sekarang meski Fatur hanya menganggap Farah sebagai adiknya.

Usai jam makan siang Fatur memutuskan untuk menemui Gia. Dari kejauhan dia bisa melihat Gia yang sedari tadi berada didekat pria yang dia tidak tahu siapa itu.

"Semuanya bakal baik-baik aja," kata Fero yang menggenggam tangan Gia.

Gia hanya tersenyum singkat sebagai jawabannya. Dia tahu pasti semuanya tidak akan baik-baik saja. Kembali bertemu dengan pria itu? Gia tidak mengerti dengan takdir seperti apa yang sedang dia jalani. Ini yang dari awal dia takutkan, dan sekarang dia terjebak dengan pria itu karena masalah pekerjaan.

"Kalian arsiteknya?" Suara itu membuat Gia menegang. Fero bisa merasakan genggaman Gia yang mengeras.

Fero tersenyum ramah, dia melihat pria itu berjalan mendekat. Pria yang Fero yakin bernama Fatur. "Iya kami arsiteknya," kata Fero berusaha ramah dan professional.

"Oh bagus, saya Fatur selaku CEO disini," kata Fatur sambil mengulurkan tangannya kepada Fero.

"Saya Fero senang bertemu dengan anda," kata Fero sedangkan Gia hanya menunduk sedari tadi.

"Gia? Apa kabar?" kata Fatur sambil mengulurkan tangannya kedepan Gia. Senang rasanya bisa menyebutkan nama itu lagi dan melihat orangnya.

Fero tahu Gia berusaha tenang. Fero merangkul pinggul Gia dengan lembut membuat Gia menoleh kearah Fero. Pria itu tersenyum seolah memberi ketenangan untuk Gia.

"H-hai, aku baik," kata Gia tanpa menatap Fatur.

Melihat itu rahang Fatur mengeras. Bisa-bisanya pria itu merangkul Gia dihadapannya. Dan Gia? Sebenci itukah Gia padanya sampai dia tidak ingin melihat wajahnya.

"Kalian saling kenal?" tanya Fero berpura-pura tidak mengetahui hal itu.

"Yup, kami teman SMA," kata Fatur masih dengan menatap Gia.

Fero hanya ber-oh ria sebagai tanggapannya. "Kami harus mengambil sesuatu di kantor, sepertinya kami harus kembali," kata Fero yang dijawab anggukan oleh Fatur.

Fero dan Gia pergi dari sana dengan Fero masih merangkul Gia.

***
Holla Oceanas!
Gimana, gimana? Sepertinya kalian sudah kzl gue gantungin lama ya wkwk. Oke sorry"
But udah gue kasih double part buat kalian. Jangan lupa vote dan komentarnya...
Makin banyak yang komentar makin cepet deh gue update nya, oke.

See youuuuuuuuuu....

Lot's of love,

Author.

Anggiana (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang