Gia berjalan menuju taman sekolahnya sendirian. Amel lebih memilih mengabiskan jam istirahatnya di kantin, berbeda dengan Gia yang memilih untuk pergi ketaman.
"Siang cantik," kata seseorang dari belakang Gia.
Tanpa menoleh pun Gia tahu siapa pemilik suara itu. Pasti dia adalah Darel, murid XI IPS4 yang secara terang-terangan mendekati Gia disekolah.
"Sendirian aja, mau aa' temenin gak?" tanya Darel mencoba berjalan beriringan dengan Gia.
"Lo apaan sih," kata Gia mencoba membuat jarak dengan Darel. "Gak usah sok manis deh. Lagian lo gak capek apa gue cuekin mulu?" tanya Gia yang membuat Darel tertawa cengengesan.
"Malah semakin lo nyuekin gue. Gue malah semakin penasaran sama lo," kata Darel membuat Gia jadi merinding mendengarnya. Haruskah seumur hidup Gia dia selalu diganggu dengan manusia seperti Darel.
"Addduuuhh. Rel please deh, lo gak ngerti penolakan apa?" tanya Gia kesal.
"Enggak. Karena gue gak pernah nerima penolakan," kata Darel santai.
"Gue cuek lo malah penasaran. Gue ramah lo malah baper. Mending lo lempar gue ke kandang gorila aja deh Rel," kata Gia prustasi. Sebenarnya Darel ini manusia jenis apa? Kenapa dia tidak juga mengerti jika Gia benar-benar tidak menyukai Darel.
"Gimana kalau lempar ke hati gue aja. Gue pastiin lo bakal nyaman," kata Darel sambil memainkan alisnya.
Gia berdecak kesal dan berjalan cepat menjauhi Darel. Gia terus mendumal diikuti Darel yang mengikutinya dengan santai dari belakang.
"Pelan-pelan aja kali jalannya. Ini bukan balapan," kata Darel entah didengar oleh gadis didepannya atau tidak.
"Ini memang bukan balapan. Tapi ini cara melarikan diri dari lo," dumal Gia sambil terus berjalan.
"Kapan ya gue bisa jalan beriringan sama lo, gak selalu jadi bayang-bayang lo kayak gini," kata Darel yang membuat Gia langsung menghentikan langkahnya.
Gia melirik Darel dari ekor matanya. "Gue gak pernah minta lo buat jadi bayang-bayang gue Rel. Dan gue gak pernah sama sekali ngasih kesempatan buat lo deketin gue," kata Gia lalu kembali melangkah.
Darel diam memandang Gia yang berjalan menjauhinya. Kadang cinta itu aneh, cinta bisa membuat orang bertahan walaupun tak mendapat balasan.
Sebelum Gia sampai ditaman, dia lebih dulu melihat Fatur yang sedang berdiri didepan ruang guru bersama dua orang temannya. Dia bisa melihat Bu Devi sedang mengomeli mereka bertiga. Gia menahan tawanya saat Fatur tanpa sengaja melihat kearahnya.
Tak lama dari itu Bu Devi seperti memberi isyarat agar mereka pergi. Gia menatap Fatur yang sedang berjalan melewati koridor yang sama dengannya.
"Kalian duluan aja," kata Fatur kepada dua orang temannya yang dijawab anggukan oleh kedua temannya.
"Kenapa lo?" tanya Gia sambil menahan senyumnya.
Fatur menggaruk belakang kepalanya. "Itu, tadi gue ketawan tidur dikelas," kata Fatur yang membuat Gia tertawa. Dia tidak bisa lagi menahan tawanya sekarang.
"Bisa kompakan gitu bertiga?" tanya Gia.
Fatur hanya mengangguk menjawab pertanyaan Gia.
"Kenapa bisa ketiduran?" tanya Gia. Eh tunggu, kenapa Gia menjadi sok akrab sekarang dengan Fatur?
"Kemarin gue tidur kemaleman karena buat proposal kegiatan buat hari minggu nanti," kata Fatur sambil menatap Gia yang malah membuat Gia jadi salah tingkah.
"Oh gitu," kata Gia tak tahu lagi harus berkata apa.
"Oh ini, gue sampe lupa," kata Fatur sambil memegang jidatnya. "Tadi gue pengen bilang. Tolong bilangin sama anak photography yang ikut sleksi ya, hari sabtu suruh kumpul ke basecamp," kata Fatur yang dijawab anggukan oleh Gia.
"Yaudah gue duluan ya," kata Fatur meninggalkan Gia. Namun sedetik kemudian Fatur berjalan mundur kembali.
"Bay the way, lo agak beda ya hari ini," kata Fatur lalu pergi meninggalkan Gia yang wajahnya sudah memerah.
Fatur. Laki-laki itu menyadari perubahannya, itu berarti Fatur memperhatikannya. Gia meloncat kegirangan. Akhirnya setelah menanti lama, sepertinya hubungan keduanya perlahan mulai dekat.
***
Bu Roli selaku guru biologi sedang menerangkan sebuah materi di depan kelas. Perhatian seluruh murid tertuju pada guru yang terkenal dengan gaya rambutnya yang seperti dora, terkecuali Gia yang malah hanyut memikirkan Fatur.
Dalam beberapa hari saja dia bisa melihat perubahan hubungannya dengan Fatur. Sekarang dia hanya perlu selalu didekat Fatur dan membuatnya nyaman. Lalu dengan sendirinya Fatur akan menyadari jika Gia menyukainya dan Fatur akan menembak Gia.
Membayangkannya saja sudah bisa membuat hati Gia meloncat gembira. Apalagi jika itu benar-benar terjadi. Fatur akan menembaknya ditengah lapangan sekolah seperti anak-anak hits jaman sekarang. Saat Fatur mengatakan "Gia, lo mau gak jadi pacar gue?" Maka Gia akan langsung menjawab.
"Apa yang sedang kamu lamunkan?" tanya Bu Roli dihadapan Gia.
"Iya, gue mau," kata Gia yang membuat seisi kelas tertawa mendengar jawaban Gia. Sedari tadi Gia tidak sadar dengan kehadiran Bu Roli dihadapannya dia terlalu bahagia larut dalam lamunannya.
"Apa yang kamu mau?" tanya Bu Roli yang sudah mengeluarkan tanduk kepalanya, seperti emoji marah yang ada pada setiap ponsel.
"Anu Bu, itu..." kata Gia sambil menggaruk lehernya bingung mencari alasan.
"Kamu mau anu Ibu?" tanya Bu Roli yang membuat seisi kelas makin tertawa menjadi-jadi.
Bu Roli menutup mulutnya sadar dia sudah keceplosan mengucapkan pertanyaan yang tidak berfaedah. "Keluar sekarang!" Titah Bu Roli kepada Gia. Dengan menunduk Gia berjalan keluar dari kelasnya.
Susana kelas kembali hening ketika Bu Roli mulai menatap murid-muridnya dengan tatapan sinis. Bisa berabe jika mereka memancing kemarahan ibu yang satu ini. Memang tidak akan mendapatkan hukuman, namun siap-siap nilai yang kalian dapatkan akan berada dibawah kkm.
Gia langsung buru-buru menuju atap sekolah. Dari pada dia ditanya orang-orang kenapa dia bisa berada diluar pada jam pelajaran, yang malah akan memperburuk imagenya. Mending Gia menyendiri diatap sekolah. Itu ide yang bagus kan?
***
Hello reader's gue balik lagi. Gue udah Update banyak nih, jangan lupa vote dan commentnya ya.
See you in the next part 👋
Lot's of love,
Author.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anggiana (Complete)
Novela JuvenilBagiku ini sudah cukup. Kau tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya dipaksa berhenti memperjuangkan sesuatu yang sangat kau inginkan. Dan kini aku tersadar aku telah kalah dari kegelapan.