Gia berada diatap sekolah sambil menangis menumpahkan kesedihannya yang sedari tadi dia tahan. Tak peduli tanggapan teman-teman sekelasnya yang terkejut oleh gebrakannya dimeja. Gia hanya tidak ingin mendengar sesuatu yang menyangkut pautkan dirinya dengan Darel. Sungguh itu sangat menyakitkan buat Gia, dia selalu teringat perlakuannya ke Darel dulu dan itu sungguh menghantuinya.
"Gi lo kenapa?" tanya Amel berlari mendekati Gia.
Gia menoleh dan langsung memeluk Amel. "Gue gak kuat Mel, hati gue sakit," kata Gia sambil menangis.
"Gue tau Gi. Tapi lo gak bisa nyiksa diri lo sendiri kayak gini. Darel juga gak akan suka kalau liat lo kayak gini, dia malah gak akan tenang kalau lo terus kayak gini Gi," kata Amel sambil mengelus bahu Gia.
"Tapi gue salah Mel, gue nyesel udah bersikap kayak gitu ke Darel dulu."
Amel melepas pelukannya. "Lo udah berubah Gi sebelum Darel gak ada, lo udah buat kesan baik sebelum kepergian Darel."
"Gak ada yang perlu lo sesalin Gi. Gue yakin Darel juga pengennya lo bahagia, jadi lo harus bangkit. Jangan nangis-nangis terus, lo jelek kalau nangis," kata Amel mencoba menghibur Gia walaupun tidak berhasil.
Gia berhenti menangis namun tidak dengan hatinya yang masih terasa perih.
Sepulang sekolah Gia ditemani dengan Amel menunggu supir Gia didepan gerbang sekolahnya. Gia memilih pulang terakhiran menghindari obrolan mengenai Darel yang mungkin akan dia dengar saat melewati koridor menuju Gerbang.
Sebuah mobil sedan berhenti tak jauh dari tempat Gia dan Amel berdiri. seorang wanita turun dan mendekati Gia dan juga Amel yang tampak bingung. Gia merasa tidak asing dengan wajah wanita itu.
"Farah?" kata Gia sambil menatap Farah yang semakin mendekatinya.
"Mau kakak sebenarnya apa sih?" tanya Farah menatap Gia.
Gia yang ditanya seperti itu oleh Farah hanya diam serta menatap Farah dengan bingung. Farah tampak habis menangis, terlihat dari matanya yang sedikit sembab.
"Lo kenapa ya dateng-dateng langsung marah-marah kayak gini?" tanya Amel menatap Farah bingung.
"Kakak gak usah ikut campur, saya cuma ada urusan sama Kak Gia," kata Farah sengit.
"Urusan Gia jadi urusan gue juga," kata Amel tak kalah sengit.
Farah berdecak. "Saya cuma mau peringatin kakak jangan pernah ganggu hubungan saya sama Kak Fatur. Saya tau Kakak suka sama Kak Fatur, saya denger sendiri Kak Fatur cerita sama Kak Dita kalau Kakak nyimpen banyak Foto Kak Fatur," kata Farah yang membuat Gia terkejut. Ternyata benar, Fatur sudah melihat isi kamera Gia saat itu.
"Kakak gak usah kegatelan deh pakek nyimpen-nyimpen foto Kak Fatur kayak gitu. Aku sebagai calon tunangannya Kak Fatur minta sama Kakak, tolong ya jauhin Kak Fatur kalau kakak masih punya rasa malu," kata Farah yang membuat Amel geram.
Amel hampir saja menampar Farah jika saja dia tidak ingat Gia disampingnya. "Lo masih kecil dijaga ya omongannya," kata Amel dengan rahang yang mengeras menahan amarah.
"Harusnya Kakak yang nyuruh temen Kakak buat jaga perilakunya, jangan sampe ngerusak hubungan orang lain," kata Farah yang sukses menohok hati Gia.
Amel tak bisa lagi menahan emosinya, dia mendorong Farah sampai gadis itu terjatuh. "Harusnya lo yang malu udah jadi parasit dihubungan Gia sama Fatur. Gue yakin Fatur terpaksa mau tunangan sama lo," kata Amel yang tidak bisa dihentikan oleh Gia.
"Farah!" bentakan seseorang dari arah gerbang sekolah.
Dita berjalan mendekati Farah, Amel dan juga Gia. "Lo kenapa bisa kesini?" tanya Dita didekat Farah.
"Bagus deh lo dateng. Tolong ajarin ni anak bau kencur adab ngomong sama orang yang lebih tua," kata Amel kepada Dita. Gia hanya diam merenungi perkataan Farah.
Amel langsung menarik tangan Gia dari sana. "Lo pulang bareng gue, gak ada penolakan," kata Amel yang terlihat masih emosi.
Dita Menatap Farah dengan bingung, dia yakin Farah telah mengatakan hal yang menyinggung Gia hingga Amel semarah itu kepadanya. "Lo ngomong apa ke Gia?" kata Dita.
Farah mendengus kesal. "Saya cuma peringatin Kak Gia biar gak deket-deket sama Kak Fatur," kata Farah yang membuat Dita terkejut.
"Astaga Farah!" kata Dita sambil memijit batang hidungnya. Dia tak mengerti lagi harus berkata apa lagi kepada Farah.
Dita langsung menghubungi Fatur yang tadi masih berada diruang photography agar segera menemuinya didepan gerbang.
Tak lama dari itu mobil Fatur terlihat keluar dari gerbang sekolah. Fatur sempat bingung melihat kehadiran Farah didepan gerbang bersama Dita.
Dita langsung menghampiri Fatur menceritakan kejadian tadi. Fatur terlihat terkejut sambil sesekali melirik kearah Farah.
Fatur langsung menghampiri Farah yang masih memperhatikan Fatur dan Dita.
"Pulang sekarang!" Bentak Fatur yang membuat Farah terekejut.
"Kamu ngebentak aku?" kata Farah menatap Fatur tak percaya. "Jadi kamu lebih milih cewek itu dibanding aku?" tanya Farah yang malah menyulut emosi Fatur.
"Ini bukan masalah saya milih siapa! Ini masalah kamu yang bertindak tanpa berfikir. Wajar kalau saya ngebentak kamu karena kamu salah!" kata Fatur yang membuat Farah menangis.
"Aku kayak gini karena aku gak mau kehilangan Kamu," kata Farah sambil menangis.
Fatur menghela napasnya berat sambil mengacak rambutnya. "Kamu pulang sekarang, saya mau pulang," kata Fatur sambil meninggalkan Farah.
Dita yang sedari tadi diam didalam mobil Fatur hanya menghela napasnya pelan. Dia bingung harus berbuat apa, harus membantu Fatur dengan cara apa. Farah memang salah, tapi tetap saja Dita merasa kasihan kepada Farah. Bagaimana Fatur akan menjalani hubungan dengan Farah jika hatinya masih stuck dengan wanita lain. Pada akhirnya Farah lah yang akan tersakiti nantinya.
"Gue tau lo emosi. Lo yang harus bersikap dewasa, cara berfikir Farah masih kekanak-kanakan dia gak berfikir efek perkataan dia buat Gia. Tapi gue harap lo bisa ngebuat dia ngerti, mau bagaimanapun dia calon tunangan lo Tur. Orang yang nantinya bakal jadi pasangan hidup lo," kata Dita yang entah didengar oleh Fatur atau tidak. "Gue tau ini masih terlalu cepat buat mikirin soal pasangan hidup, tapi hubungan lo sama Farah gak mungkin stuck di pertunangan aja kan. Orang tua kalian merencanakan pertunagan buat mengikat kalian terlebih dahulu sebelum menuju pernikahan, dan semua itu bukan hal main-main Tur."
Fatur hanya diam sambil mengendarai mobilnya membelah kemacetan jalanan kota jakarta.
"Pertunangan bukan hal yang sepele Tur. Gue harap keputusan lo gak akan buat lo menyesal lagi," kata Dita.
Fatur merenungi perkataan Dita. Sahabatnya itu benar, hubungannya dengan Farah tak akan berhenti pada pertunangan saja, pasti akan ada hubungan yang lebih mengikat dikedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggiana (Complete)
Teen FictionBagiku ini sudah cukup. Kau tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya dipaksa berhenti memperjuangkan sesuatu yang sangat kau inginkan. Dan kini aku tersadar aku telah kalah dari kegelapan.