14

13.2K 552 2
                                    

Sepulang sekolah Gia kembali keruang Photography berniat mengecek apakah Fatur benar-benar tidak peduli dengan pemberiannya.

Gia berjalan masuk dan menemukan kotak bekalnya yang sudah kosong. Seketika senyum Gia terukir diwajahnya. Gia menghela napasnya pelan, semoga Fatur bisa memaafkannya. Walaupun Gia tau sebenarnya ini hanya masalah kecil, tapi entah kenapa reaksi Fatur begitu berlebihan.

Gia berjalan menuju gerbang sekolah dengan senyum yang terus mengembang diwajahnya.

Ditempat lain Fatur sedang memandang Gia dari kejauhan. Gadis itu terlihat senang ketika keluar dari ruang Photography. Fatur tersenyum melihat Gia yang juga mengembangkan senyumnya sepanjang koridor.

"Diliatin terus," tegur Dita disamping Fatur.

Fatur menoleh kearah Dita dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Dita menghela napasnya. "Kenapa gak coba perjuangin sih Tur?" tanya Dita.

Fatur menunduk menatap sepatu yang dia kenakan. "Cowok sejati gak ngingkarin janjinya Ta. Lagian ini semua demi Nenek gue. Lo tau kan," kata Fatur.

"Tapi kan lo juga punya hak buat memilih Tur," kata Dita walaupun dia tahu jawaban Fatur masih saja sama.

Keduanya terdiam sampai suara Dita memecah keheningan. "Tadi Clarisa hampir aja nampar Gia," kata Dita yang langsung membuat Fatur menoleh kearah Dita.

Dita langsung menceritakan kejadiannya. "Lo udah nempatin dia diposisi sulit Tur, ditambah nanti lo bakal matahin hatinya pas dia tau bahwa perasaannya gak akan pernah berbales. Ralat, perasaannya berbales tapi dia gak akan pernah tau," kata Dita.

Sebenarnya Dita sudah curiga jika Fatur menyukai Gia sejak acara hunting Photography saat itu. Dita tidak pernah melihat Fatur bisa semudah itu akrab dengan seseorang, dan belum lagi tatapan yang Fatur berikan kepada Gia itu sangat berbeda. Sampai kemarin Fatur mengakui perasaannya itu kepada Dita.

"Makanya gue mau ngejauhin dia dari sekarang Ta. Sebelum semuanya tambah parah lagi," kata Fatur.

"Semuanya sama Tur, entah lo yang ngejauhin dia dari sekarang atau nanti. Yang ngebedain itu kesan terakhir yang bakal lo kasih kedia," kata Dita sambil menatap Fatur. "Tapi apapun itu gue harap itu yang terbaik buat lo Tur. Gue sebagai sahabat cuma bisa ngedukung lo," kata Dita sambil tersenyum.

"Thanks," kata Fatur sambil tersenyum singkat.

***

Setelah sampai di rumahnya Gia langsung masuk dan melihat Mamanya sedang duduk diruang tv sambil meminum teh.

"Ma Gia pulang," kata Gia menghampiri Mamanya.

Mamanya menoleh kearah Gia dan memeluk putrinya itu saat Gia duduk disampingnya.

"Bau asem," kata Mamanya yang membuat Gia memanyunkan bibirnya. "Ganti dulu sana, abis itu kesini lagi. Mama mau ngomong," kata Mamanya Gia.

"Ngomong apa?" tanya Gia yang penasaran.

"Ganti dulu sana," kata Mamanya Gia.

Gia mengangguk dan langsung menuju kamarnya untuk ganti baju. Setelah itu Gia kembali lagi menghampiri Mamanya.

"Mau ngomong apa Ma?" tanya Gia.

"Kamu kangen Oma Lusi gak?" tanya Mamanya.

"Ya kangen lah Ma, Gia kan udah lama banget gak ketemu Oma," kata Gia.

Anggiana (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang