Gia berjalan dengan terburu-buru menuju ruang Photography untuk menukar kamera Fatur dengan kameranya. Fatur bilang dia menunggi Gia diruang Photography.
Gia masuk kedalam ruang Photography dan menemukan Fatur sedang duduk dimejanya.
"Nih kamera lo," kata Gia memberikan kamera Fatur kepada pemiliknya.
"Lo gak buka apa-apa kan?" tanya Fatur.
"Iya, enggak." Gia menatap Fatur, "Gak salah lagi maksudnya," lanjut Gia dalam hati.
"Kamera gue," pinta Gia.
Fatur memberikan kamera Gia kepadanya. Dia menatap perempuan didepannya itu, bagaimana Gia bisa menyukainya? Sedangkan mereka baru kenal baru-baru ini. Tapi dikamera Gia sudah ada foto dia sejak lama.
"Kenapa ngeliatin gue gitu banget?" tanya Gia sambil balik menatap Fatur.
Gia melihat pria didepannya dengan bingung. Apa jangan-jangan Fatur sudah terlanjur melihat fotonya dikamera Gia.
"Lo gak buka-buka kamera gue kan?" tanya Gia hati-hati dengan detak jantung yang sudah tidak karuan.
"Hmm.." gumam Fatur sambil membuka kameranya. Sebelum Fatur menyadari kecemasan Gia perempuan itu pergi meninggalkan Fatur diruang Photography.
***
Di taman sekolah Gia melihat kembali foto apa saja yang ada di kameranya.
"Tumben banget bawa kamera kesekolah?" tanya Darel yang langsung mengambil posisi duduk disamping Gia.
"Ya tuhan Darel, lo bisa gak sih sehari aja gak muncul di depan gue?" tanya Gia kesal.
"Gak bisa. Soalnya gue gak tega liat lo kangen sama gue," kata Darel dengan pedenya.
Gia menghela napasnya kasar. Biarlah Darel berada disampingnya.
"Anggep aja Darel gak ada disamping gue," batin Gia.
Gia terus membuka satu persatu foto di kameranya. Benar saja firasat Gia semalam, masih ada banyak foto Fatur didalam kameranya.
Darel mengipasi Gia dengan sisa papan pelapon bekas renofasi sekolahnya yang tak sengaja dia temukan didekat taman.
"Lo apaan sih?" tanya Gia.
"Ngipasin lo, kasian lo kepanasan," kata Darel yang membuat Gia tertegun.
"Udah lanjutin aja liat kameranya, jangan hirauin gue. Bisa ngeliat muka lo dari samping gini aja gue udah seneng," kata Darel sambil tersenyum kearah Gia.
"Lo buat suasana berubah jadi dramatis deh Rel," kata Gia yang dibalas Darel dengan kekehan masih sambil mengipasi Gia.
Bel tanda masuk berbunyi. Darel membiarkan Gia pergi ke kelasnya, ditatapnya punggung gadis itu yang perlahan semakin menjauh.
Gia berjalan memasuki kelas yang terlihat tampak heboh. "Gi lo jadian sama Fatur ya?" tanya Laras teman sekelas Gia.
"Apa? Enggak," kata Gia padahal dalam hatinya Gia berkata. "Doain aja, bentar lagi jadian."
"Anak photography gosipin lo udah jadian sama Fatur tau."
"Biarin aja. Kan itu cuma gosip," kata Gia sambil duduk dibangkunya.
Gia menatap Amel yang sedang menatapnya dengan senyum-senyum tidak jelas. "Seneng kan lo digosipin jadian sama Fatur," kata Amel.
"Lo paling ngerti gue Mel," kata Gia yang sambil tertawa bersama Amel.
Ditempat lain Fatur sedang duduk sambil menselonjorkan kakinya kedepan. Dia berada diatap sekolah sekarang. Tempat favorite nya saat bolos jam pelajaran.
"Apa yang salah dengan gue? Kenapa gue jadi gelisah gini sih." Rutuk Fatur pada dirinya sendiri.
Awalnya Fatur memang tertarik saat pertama kali melihat Gia. Dia berbeda dari kebanyakan perempuan, tapi ada satu hal yang membuat Fatur mengurungkan niatnya untuk mendekati Gia. Dia secara tidak langsung sudah terikat dengan seseorang.
Fatur tak bisa membiarkan perasaannya ke Gia semakin tumbuh dan sebaliknya. Ini salah, Fatur sudah berjanji pada seseorang. Tak seharusnya Fatur menjatuhkan hati kepada Gia. Fatur harus mengakhiri ini semua sebelum terlambat. Sebelum Gia semakin mencintainya dan sebelum perasaan Fatur jatuh makin jauh kepada Gia.
Sepulang sekolah Fatur buru-buru menghampiri neneknya yang sedang menunggunya didepan gerbang sekolahnya.
Saking buru-burunya Fatur dia sampai menumbur seorang murid saat dikoridor. Keduanya jatuh, Fatur mendongakkan kepalanya berniat meminta maaf. Akan tetapi matanya malah bertemu dengan mata bulat milik Gia.
"Lo gakpapa Gi?" tanya Amel yang berhenti sambil menolong Gia.
"Lo jalannya gimana sih?" tanya Fatur dengan nada yang tidak bersahabat. Sebenarnya Fatur merasa bersalah karena telah menumbur Gia. Namun karena alasan ingin Gia menjauhinya Fatur harus melakukan ini.
Gia menatap Fatur dengan bingung, baru kali ini Fatur berbicara kepadanya seperti itu. Belum sempat Gia berbicara Fatur sudah meninggalkan Gia.
"Lo sih gak hati-hati," kata Amel sambil menatap Gia. "Minta maaf sana," kata Amel.
Gia mengangguk dan mengejar Fatur yang berjalan begitu cepat.
"Fatur," panggil Gia namun Fatur tak kunjung berhenti.
Fatur berhenti ketika melihat neneknya yang sedang melambaikan tangan dari arah gerbang dan berjalan mendekatinya.
"Fatur gue minta maaf," kata Gia menarik tangan Fatur agar menghadapnya.
"Ini siapa Fatur?" tanya Nenek Fatur sambil menatap Gia.
Gia langsung melepaskan tangan Fatur dan tersenyum canggung kearah Neneknya Fatur.
"Ini Gia nek, yang bantuin Fatur nyari kado buat nenek pas itu," kata Fatur.
"Oh ini Gia. Aduh Gia makasih ya, Nenek suka kadonya," kata Nenek Fatur sambil mengelus rambut Gia.
"Iya Nek sama-sama. Gia seneng kalau Nenek suka sama kadonya," kata Gia sambil tersenyum manis.
"Yaudah kalau gitu Nenek sama Fatur pulang duluan ya," kata Neneknya Fatur sambil menarik tangan Fatur.
"Hati-hati ya Nek," kata Gia sambil melambaikan tangannya.
"Fatur kayak bocah deh dijemput sama Neneknya. Nurut banget lagi dipegangin kayak gitu," kata Gia dalam hati.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/94112658-288-k976647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggiana (Complete)
Teen FictionBagiku ini sudah cukup. Kau tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya dipaksa berhenti memperjuangkan sesuatu yang sangat kau inginkan. Dan kini aku tersadar aku telah kalah dari kegelapan.