4

16.9K 662 8
                                    

Pulang sekolah Amel langsung mengajak Gia pergi menuju salah satu Mall di jakarta. Seperti janjinya Amel akan me make over Gia hingga dia akan terlihat feminine tapi tidak berlebihan seperti tadi.

Gia dan Amel memasuki sebuah butik yang sepertinya memiliki koleksi baju yang lumayan menarik. Gia memperhatikan kesekelilingnya, hanya ada dress serta baju-baju khas wanita. Tak ada kemeja atau celana lepis dengan motif robek-robek.

"Ini, lo coba." Amel memberikan beberapa baju yang sudah dia pilih. Gia membulatkan matanya melihat baju-baju yang Amel pilihkan untuknya.

"Lo serius?" tanya Gia tak percaya dia harus mencoba baju sebanyak ini.

"Iya buruan," kata Amel mendorong Gia masuk kedalam ruang ganti.

"Mba tolong bantu saya nilai penampilan temen saya ya," kata Amel kepada salah satu pegawai yang tadi menemaninya memilih-milih baju.

Tak lama dari itu Gia keluar menggunakan baju lengan panjang dengan bawahan rok sebatas dengkul. "Ini gimana?" tanya Gia.

Amel terlihat sedang menilai penampilan Gia dari atas hingga bawah. Amel lalu bertukar pandang dengan pegawai yang berdiri disampingnya dan mereka sama-sama menggelengkan kepala mereka. Gia menghela napasnya dan kembali masuk keruang ganti. Terus seperti itu sampai Gia mendapatkan beberapa baju yang cocok untuknya.

Sambil menunggu Gia yang sedang membayar belanjaannya Amel mencari toko sepatu disekitar butik itu.

"Udah ni Mel," kata Gia yang baru saja keluar dari butik itu.

Amel langsung menarik tangan Gia membawanya kearah toko sepatu. "Kok ke toko sepatu?" tanya Gia bingung.

"Lo mau pakek baju udah feminine gitu terus bawahnya sepatu sneakers? Gak lucu tau Gi," kata Amel yang dibalas kekehan oleh Gia.

"Tapi gue gak mau yang ada heelsnya ya," kata Gia memperingati.

"Iya kita cari flat shoes aja," kata Amel.

Setelah mendapatkan sepatu yang pas Amel mengajak Gia menuju salon yang cukup terkenal.

"Pokoknya saya mau temen saya jadi cantik. Tapi natural aja mba, sekalian ajarin dia make up dasar aja, kayak buat sekolah gitu," kata Amel kepada pegawai yang akan me-make over Gia.

Selama menunggu Gia yang sedang di make over, Amel memilih untuk kerimbat.

Tiga puluh menit berlalu sepertinya Gia sudah selesai dengan make-up nya. Gia sekarang sedang mengganti bajunya. Saatnya kita melihat perubahan Gia yang lebih feminine.

Gia keluar dengan menggunakan dress hitam selutut dengan dibalut jaket lepis. Terkesan anggun namun masih ada sentuhan remajanya. Gia benar-benar cantik, bahkan Amel sampai pangling dibuatnya. Rambut Gia yang biasanya selalu dia kuncir kuda kini terurai.

"Sumpah kalau lo kayak gini setiap hari gue yakin Fatur bakal langsung kelepek-kelepek," kata Amel sambil mendekati Gia.

Gia tersenyum memandang pantulan wajahnya dari kaca. "Serius Mel?" tanya Gia.

"Lo itu cantik Gi. Lonya aja yang belum bisa ngerawat diri makanya kelihatan biasa-biasa aja. Lo liat kan kalau lo udah kayak gini," kata Amel menunjuk pantulan wajah Gia di cermin.

"You look so adorable," kata Amel yang sukses membuat Gia tersenyum sendiri sambil menatap pantulan wajahnya.

"Gak perlu baju ketat untuk kelihatan cantik kan?" tanya Amel menyindir Gia.

Amel dan Gia tertawa. Setelah selesai membayar biaya salon, mereka berdua memutuskan untuk pulang kerumahnya masing-masing.

***

Seperti kemarin Gia hari ini bangun pagi-pagi untuk bersiap-siap berangkat kesekolahnya. Gia menatap baju seragam yang kemarin dia pakai. Dia bergidik ngeri melihat seragam itu. Tidak, dia tidak akan menggunakan seragam seperti itu lagi. Cukup kemarin, cukup kemarin Gia menjadi bahan pergunjingan karena seragam itu.

Gia tak lagi mengikat rambutnya. Hari ini Gia tampak lebih kalem dari pada yang kemarin, namun kesan cantik tetap terpancar.

"Pagi Ma, Pa," sapa Gia pada kedua orang tuanya yang sudah ada di meja makan.

"Eh tumben," kata Mama Gia sambil memperhatikan Putrinya dengan tatapan terkejut.

"Kenapa? Mama kaget ya Gia cantik?" tanya Gia dengan super pedenya.

Mamanya Gia tertawa kecil. "Langit gak perlu menjelaskan kalau dia tinggi, begitu juga perempuan gak perlu menjelaskan kalau dia cantik. Karena setiap perempuan emang udah dikodratkan cantik."

"Ishh si Mama," gerutu Gia. "Orang tuh seneng liat anaknya udah bisa ngurus diri kayak gini," kata Gia.

"Yang bilang Mama gak seneng siapa? Mama seneng kok. Cuma heran aja, kenapa baru sekarang berubahnya," kata Mama Gia sambil duduk disamping suaminya yang sedari tadi hanya menyimak percakapan dua wanita didepannya.

"Gia baru dapet Ilham," kata Gia sambil memakan rotinya.

"Maksudnya? Kamu pacaran sama Ilham?" tanya Mamanya bingung.

"Bukan Ma, ya ampun. Maksud Gia itu pencerahan, petunjuk gitu," kata Gia.

Mamanya hanya manggut-manggut sambil melanjutkan sarapannya.

Gia dengan semangat berjalan memasuki sekolahnya. Gia yakin kali ini perubahannya akan disambut baik oleh murid-murid disekolahnya. Eh tunggu, kenapa kesannya Gia merubah penampilan untuk menghibur murid-murid disekolahnya.

"Morning Gia."

"Pagi cantik."

"Eh itu Gia. Ih gila, dia berubah lagi."

"Eh Gia lebih cantik ya dari pada yang kemarin."

"Gak jelas deh tiap hari berubah. Kayak bunglon aja."

"Pasti pulang sekolah kemaren langsung belajar kesalon tu anak."

"Ih. Gia bisa berubah kayak gitu."

Gia tak menghiraukan perkataan orang-orang yang sedari tadi dia lewati. Senyumannya mengembang disepanjang koridor, beberapa kali dia membalas sapaan dari orang-orang yang menyapanya.

Sesampainya dikelas Gia langsung disambut dengan Amel.

"Ih gila. Cepet juga lo belajarnya," kata Amel memperhatikan penampilan Gia saat itu.

"Iya dong, gimana?" tanya Gia menanyakan penilaian Amel.

"Mantap," kata Amel sambil mengangkat dua jempolnya.

"Eh Gia. Makin cantik aja," kata Jaka teman sekelas mereka.

"Dasar gombalan gorila. Gak akan mempan," kata Gia yang membuat Amel tertawa terbahak melihat ekspresi Jaka saat mendengar perkataan Gia.

Jaka berjalan kebangkunya meninggalkan Gia dan Amel yang sedang menertawakannya. Beberapa laki-laki teman sekelas mereka yang lewat mulai menggoda Gia dan bersiul ketika melewati Gia.

"Norak," kata Gia saat Abi yang sering Gia panggil Ableh bersiul kearahnya.

"Jutek amat sih lo," kata Abi dari bangkunya.

"Abisnya lo ngapain siul-siul. Lo kira gue burung apa?" tanya Gia sebal.

Abi menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Gia. "Untouchable," kata Abi saat Gia sudah tak lagi mengomelinya.

Siapa yang tidak tertarik ketika melihat cewek cantik didepan mata. Tentu saja para lelaki banyak yang ingin kenal lebih dekat dengan Gia, apalagi dengan perubahan Gia yang sekarang. Mungkin Darel bukan lagi satu-satunya laki-laki yang akan mengganggu Gia sekarang.

***

Anggiana (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang