15

13.3K 551 10
                                    

Acara dimulai dengan peniupan lilin serta pemotongan kue oleh Fatur setelah itu dilanjutkan dengan acara hiburan yang lainnya. Gia menatap Fatur yang sedang mengobrol dengan teman-temannya sambil sesekali tertawa.

"Gia," panggil seseorang dari belakang Gia.

Gia menoleh dan melihat Neneknya Fatur yang sedang tersenyum kearahnya. "Nenek," kata Gia sambil tersenyum manis.

"Nenek kira ini bukan Gia," kata Neneknya Fatur saat Gia berjalan mendekatinya dan mencium tangannya.

"Gia sama siapa kesininya?" tanya Neneknya Fatur.

"Sama Amel Nek, temen Gia," kata Gia.

"Nenek," sapa seseorang dari samping Gia.

"Iya Farah, kenapa?" tanya Neneknya Fatur sambil tersenyum lembut kearah Farah.

Gia tersenyum ramah, dia belum mengenal Farah tapi gia berusaha seramah mungkin.

"Aku mau ngasih ini buat Fatur," kata Farah sambil menunjukkan kotak ditangannya.

"Fatur," panggil Neneknya membuat Fatur menoleh dan berjalan mendekati neneknya.

Fatur sempat terkejut melihat Farah dan Gia sedang bersama Neneknya. "Kenapa Nek?" tanya Fatur.

"Farah mau ngasih sesuatu," kata Neneknya.

Fatur menatap Farah yang sedang tersenyum manis kearahnya. "Ini buat kamu," kata Farah memberikan kotak itu kepada Fatur.

Fatur sempat melirik Gia sebentar sebelum mengambil kotak yang Farah berikan. Farah dengan tiba-tiba memeluk Fatur dan berkata. "Selamat ulang tahun ya."

Fatur tertegun dia melirik Gia yang terlihat terkejut sama sepertinya. Fatur langsung mencoba melepaskan pelukan Farah.

"Oh iya Nenek lupa. Ini Gia temennya Fatur. Fatur kenalin Gia ke Farah." Titah Neneknya yang membuat jantung Fatur bergemuruh. Apa yang sedang Neneknya rencanakan.

"Ayok Fatur," kata Neneknya mendesak Fatur.

Fatur mengangguk pasrah, mungkin memang ini saatnya.

"Gia ini Farah," kata Fatur.

Farah tersenyum dengan ramah sambil mengulurkan tangannya ke Gia. Gia yang masih terkejut membalas uluran tangan Farah dengan ragu.

"Gue Farah, calon tunangannya Fatur."

Hati Gia terasa merosot jatuh keperutnya. Gia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya lagi saat ini. Gia benar-benar terkejut. Hatinya terasa terhimpit beban berat yang membuat dasa Gia sesak.

"Ini Gia temen gue," kata Fatur kepada Farah.

"Salam kenal Gia," kata Farah masih dengan senyum yang mengembang diwajahnya. Berbeda dengan Gia yang sedang menyembunyikan rasa sakitnya.

"Salam kenal," jawab Gia dengan suara yang kecil.

"Fatur aku mau kenalan sama sahabat kamu yang cewek, siapa itu namanya Dita ya?" kata Farah yang terlihat antusia sambil menarik tangan Fatur.

Fatur sempat menatap Gia dengan tatapan sendu. Fatur tahu Gia pasti sangat terkejut.

"Maaf Gia," batin Fatur.

Gia berjalan mendekati Amel berniat mengajak Amel untuk pulang. Namu belum sampai Gia kedekat Amel seseorang menumbur Gia. Gia merasakan suatu yang dingin menyentuh kulitnya.

"Ups sorry," kata Clarisa sambil melihat baju Gia yang basah terkena minuman yang sengaja Clarisa tumpahkan.

Ditempat lain Dita sedang mengobrol bersama Fatur dan juga Farah. Fatur terlihat sangat cemas. Dita bisa melihatnya dari gerak-gerik Fatur.

"Lo kenapa?" kata Dita berbisik ke Fatur.

"Cari Gia please, dia udah tau soal Farah," kata Fatur yang membuat Dita membulatkan matanya.

Dita segera menyudahi obrolannya. "Gue kesana dulu ya," kata Dita berpamitan kepada Fatur dan Farah.

"Kita kesana juga yuk," ajak Farah sambil menggenggam tangan Fatur. Fatur hanya diam mengikuti Farah.

Dita berhenti ketika melihat Gia yang sedang berhadapan dengan Clarisa.

"Clarisa kenapa bisa disini?" tanya Dita kepada Fatur yang datang menyusulnya.

Fatur menggelengkan kepalanya bertanda dia tak tahu apa-apa. Dita dengan kesal menghampiri Clarisa.

"Lo tamu undangan yang gak di undang ya?" tanya Dita sengaja dengan suara yang keras membuat beberapa murid melirik kearahnya.

Clarisa yang merasa jadi tontonan langsung terlihat gugup saat Dita berkata seperti itu. Clarisa merasa harga dirinya sudah dijatuhkan oleh perkataan Dita.

"S-siapa bilang gue gak diundang," kata Clarisa.

Belum Dita menjawab perkataan Clarisa Gia sudah menahannya. "Udah Dit, gue gakpapa," kata Gia dengan mata yang memerah.

Fatur datang dan memasangkan jasnya kebahu Gia. Dia membawa Gia masuk kedalam gedung. Farah hendak menyusul Fatur namun dia ditahan oleh Dita.

Sesampainya di dalam gedung Gia langsung berhenti dan melepas dengan paksa jas Fatur dari bahunya. Air mata yang sedari tadi dia tahan jatuh begitu saja membasahi pipi Gia.

"Cukup Tur," kata Gia dengan suara yang bergetar.

Fatur diam menatap Gia yang menundukkan kepalanya. Bahu gadis itu bergetar, dia tahu Gia pasti menangis.

Fatur maju mendekati Gia namun Gia melangkah mundur.

"Gue mau pulang," kata Gia dengan suaranya yang masih bergetar ditambah sebuah isakan.

Hati Fatur terasa tercabik melihat Gia menangis dihadapannya. Dan parahnya, semua itu karena dirinya.

"Tolong panggil Amel gue mau pulang," kata Gia kepada Fatur.

Fatur mengangguk dan meninggalkan Gia untuk memanggil Amel. Gia duduk terjatuh dilantai saat Fatur sudah pergi. Dia menyentuh dadanya yang terasa sesak serta sakit.

Amel datang dengan tatapan khawatir menghampiri Gia. Amel langsung membantu Gia untuk berdiri dan mengajaknya keluar gedung.

Di dalam mobil Gia masih belum berhenti menangis. Saat Amel bertanya alasannya Gia hanya menggelengkan kepalanya.

Ditempat lain Neneknya Fatur menghela napasnya pelan. Sedari tadi dia memngikuti Fatur dan Gia hingga Gia pergi dari gedung itu. Ada rasa bersalah yang dia rasakan saat melihat wajah Fatur yang berubah jadi muram sekarang. Tapi dia harus melakukan ini, demi melunasi janjinya kepada almarhumah sahabatnya.

"Gia gakpapa?" tanya Dita saat Fatur kembali bergabung bersama mereka. Fatur menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya.

***

Sesampainya dirumah Gia dan Amel langsung masuk kedalam kamar Gia. Amel memang berencana untuk menginap malam ini dirumah Gia. Tapi dia tidak menyangka jika keadaannya bakal seperti ini.

"Gi, cerita dong lo kenapa?" kata Amel sambil menggenggam tangan Gia.

Gia makin terisak dan memeluk Amel.

"Fatur mau tunangan sama cewek lain Mel," kata Gia dengan suara yang serak.

Amel terkejut, sama terkejut dengan Gia saat dipesta tadi. "Udah Gi udah," kata Amel sambil mengusap bahu Gia. "Mungkin lo memang gak ditakdirin buat dapetin Fatur," kata Amel yang membuat Gia semakin menangis.

Amel bahkan tak tahu harus berbuat apa sekarang. Sampai akhirnya Gia berhenti sendiri karena dia ketiduran. Gia masih menggunakan make-up nya yang sudah luntur karena air mata Gia, serta dress putihnya.

***

Anggiana (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang