Fatur duduk di depan balkon apartemennya. Rasanya sangat sesak saat mengingat bagaimana kata-kata Gia padanya. Di satu sisi dia menyesal telah menyakiti Gia tapi di sisi yang lain dia tidak ingin kembali kehilangan Gia. Dia sangat mencintai gadis itu.
"Mikirin Gia lagi?" tanya Dita yang baru saja datang dan langsung menghampiri Fatur. "Btw, lo belum cerita ke gue kenapa lo bisa kayak semalem."
Fatur menghela napasnya berat. "Gia udah balik," kata Fatur yang mampu membuat Dita terdiam di tempatnya.
"Maksud lo Gia di sini? Di jakarta?" tanya Dita dengan nada tak percaya sedangkan Fatur hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Itu bagus. Lo udah ketemu sama dia? Udah coba ngomong sama dia? Oh God finally setelah enam tahun akhirnya dia balik," kata Dita sumringah berbeda dengan Fatur yang masih menunjukkan wajah sedihnya.
"Keliatannya dia bener-bener ngebenci gue Dit," kata Fatur yang langsung membuat Dita mengerenyit bingung.
"Benci?" tanya Dita sekali lagi, seperti ingin menegaskan sesuatu.
"Ya, dia bahkan keliatan ketakutan setiap berhadapan dengan gue. Apa gue sejahat itu sama dia?" tanya Fatur menatap Dita sendu.
Dita berjalan semakin mendekati Fatur. "Kalian butuh waktu untuk bisa nerima kehadiran satu sama lain, mau bagaimanapun enam tahun udah berlalu Tur. Terlalu jauh jarak yang terbentuk selama itu," kata Dita sambil menepuk bahu Fatur memberikan sahabatnya itu semangat.
"Gue bakal terus coba," kata Fatur meyakinkan dirinya.
"Itu baru sahabat gue. Ayok siap-siap, pekerjaan kantor lo gak bisa nunggu lo sampe selesai galau," kata Dita sambil meninju pelan bahu Fatur.
*
Fero sudah menunggu kedatangan Fatur sedari tadi. Setelah mendengar kondisi Gia Fero langsung menuju kantor Fatur. Gisel ikut bersamanya, gadis itu takut Fero melakukan hal yang bodoh jika dia tidak menemaninya.
Mobil Fatur baru saja terlihat memasuki pelataran parkir kantornya, dia keluar dari mobilnya dan menatap bingung ke arah Fero. Dengan cepat pria itu langsung mendekatinya.
"Selamat pagi," sapa Fatur yang tidak dijawab oleh Fero. Pria itu malah langsung meninju Fatur dan mencengram kerah kemeja Fatur.
Gisel yang melihat itu langsung mencoba menarik Fero menjauhi Fatur dibantu oleh salah satu security yang berada di sana. "Semua ini karena lo!" bentak Fero sambil menunjuk Fatur.
Fatur yang masih terlihat terlejut hanya diam sambil menatap Fero bingung. "Ada apa? Saya gak ngerti apa yang anda bicarakan."
"Gia masuk rumah sakit karena lo! Bastard, lo harus tanggung jawab!" kata Fero masih dipenuhi emosi.
Fatur membeku ditempatnya. "Gia masuk rumah sakit?" tanya Fatur.
Gisel menengahi dua pria itu. "Tur aku yakin kamu peduli banget sama Gia. Dia lagi butuh bantuan kamu sekarang, kamu mau kan bantu dia?" tanya Gisel.
Tanpa perlu berpikir Fatur langsung menganggukkan kepalanya. Apapun itu untuk membantu Gia.
"Bagus, kalau gitu kamu ikut kita kerumah sakit," kata Gisel yang langsung menarik Fero yang masih emosi menuju mobil Fero.
Sebelum sampai di mobilnya Fero berbalik menatap Fatur. "Sampe sesuatu terjadi sama Gia, lo bakal gue abisin saat itu juga!" kata Fero dengan tatapan tajam yang mengintimidasi.
Fatur dengan perasaan yang resah mengikuti Gisel dan Fero dengan mobilnya dari belakang. Perasaannya sudah campur aduk, antara khawatir, sedih, dan penasaran.
Sesampainya dirumah sakit Fero dan Gisel langsung membawa Fatur menuju ruangan Gia. Fatur melihat gadis itu yang sedang terbaring lemah di atas bangkar rumah sakit.
"Apa yang terjadi?" tanya Fatur dengan nada yang bergetar. Gia masih baik-baik saja saat bertemu dengannya kemarin.
Orang tua Gia datang dan Fero lebih memilih menunggu diluar. Gisel mulai menceritakan keadaan Gia dan apa masalah yang sedang dihadapi Gia. Fatur benar-benar tampak terkejut mendengar semuanya.
"Jadi gue mohon, demi keselamatan Gia tolong rubah pemikiran Gia. Kalau terus dibiarin memory buruk dalam otak Gia perlahan akan merusak sel-sel otak Gia, akibat terburuknya Gia bisa kehilangan ingatannya." Gisel menjelaskan itu pada Fatur.
"Apapun itu untuk Gia," kata Fatur sambil berjalan mendekati gadis itu. Dia menggenggam tangan Gia hatinya terasa terhimpit sesuatu yang berat yang membuat dadanya kembali sesak.
Perlahan Gia mengerjapkan matanya, dia mencoba memfokuskan pandangannya pada ruangan putih yang sedang dia tempati. Matanya jatuh pada sosok pria yang menatapnya dengan tatapan sendu. Dia Fatur, pria yang selama ini selalu menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Hatinya berdesir hebat sebelum rasa sakit itu kembali menyerang kepalanya.
"Argh!" Erang Gia sambil memegangi kepalanya.
Fatur tampak panik sambil mencoba menghentikan Gia menjambaki rambutnya. "Tenang Gi, tenang," kata Fatur sambil memeluk Gia, persis seperti saat Fero menenangi gadis itu kemarin malam.
"Darel... Darel..." Racau Gia sambil menghentakkan kakinya. Dia mendorong Fatur hingga pria itu melepaskan pelukannya. "Jangan dekati aku!" teriak Gia sambil menatap Fatur dengan mata yang memerah.
"Pergi Fatur! Pergi! Aku bukan perusak hubungan kamu! Aku mau ikut Darel. Darel!" Racau Gia tanpa mempedulikan tangannya yang sedang diinfus mulai mengeluarkan darah.
"Gia tenang sayang," kata Papanya sambil menatap Gia sedih. Orang tua mana yang tidak sedih melihat keadaan anaknya yang kacau seperti ini.
"Pergi! Semuanya pergi!" teriak Gia semakin menjadi-jadi.
Gisel menyuruh Fatur dan kedua orang tua Gia keluar. Mereka harus menuruti apa yang Gia mau agar dia tidak berbuat nekat bahkan menyakiti dirinya.
Tak lama dari itu Arjuna dan seorang suster masuk menghampiri Gia. Arjuna terpaksa menyuntikkan obay penenang pada Gia agar gadis itu bisa tenang.
"Semua ini gara-gara lo!" kata Fero yang kembali menyerang Fatur dan mendorong pria itu ke tembok.
Gisel kembali menarik Fero. "Udah Fer, jangan buat keributan disini," kata Gisel sambil mengelus pundak Fero. Keadaan sudah tidak kondusif Gisel tidak ingin Fero malah memperburuk keadaan.
Fatur terduduk lemas sambil memegangi kepalanya. Dia bisa lihat betapa gelap manik mata itu. Dirinya menggeram kembali menyalahkan dirinya sendiri.
Fatur bangkit dari duduknya dan langsung pergi dari sana. Dia mengendari mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak peduli dengan pengendara lain yang meneriaki dirinya bahkan memberinya sumpah serapah. Sampai matanya memburam tertutup air mata dan...
BOOM
Mobil Fatur menumbur pembatas jalan hingga mobilnya masuk kedalam hutan dan terbalik. Fatur masih sadarkan diri saat orang-orang mengelilingi mobilnya dan mencoba menolongnya sampai pandangan itu memburam dan semuanya gelap.
***
Hay hay setelah membuat kalian menunggu lama, akhirnya gue update lagi nih. Disibukkan dengan project baru sampe lupa yg ini belum di update, sorry ya hehe.
Menurut kalian endingnya enaknya dibuat sad atau happy nih hehe? sudah mendekati titik akhir dan itu artinya tinggal beberapa part menuju ending.See you ASAP ❤
Lot's of love,
Author.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggiana (Complete)
Teen FictionBagiku ini sudah cukup. Kau tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya dipaksa berhenti memperjuangkan sesuatu yang sangat kau inginkan. Dan kini aku tersadar aku telah kalah dari kegelapan.