TBBT #8

7.1K 582 11
                                    

Sejak mendapatkan telfon dari bibi, Vanda sangat buru-buru untuk pulang ke rumah. Seseorang datang mencarinya hari ini, dan dia harus menemuinya. Maka itu dia tidak mau terlambat satu menitpun.

Vanda tidak berniat untuk di jemput, hari ini dia akan naik taxi. Biar cepet. Saat tangannya sudah berhasil menyetop taxi yang saat ini sudah berhenti didepannya, Vanda ingin membuka pintu mobil namun segera ditahan oleh seseorang yang entah muncul darimana. Menggandeng tangan Vanda pergi menjauhi taxi. Ah, bukan bukan, tapi menyeret lebih tepatnya.

Vanda tidak bisa mengumpat karena ujung tangannya serasa membeku secara tiba-tiba. Jika saja yang menyeretnya bukan seseorang yang ia sukai, melainkan Reval, ia pasti akan mengumpat sejadi-jadinya karena sudah menggagalkan rencana pulang cepatnya.

Melihatnya dibawa ke ruang BK, Vanda langsung berhenti diambang pintu masuk. Pintu yang tertutup namun masih menampakkan celah didalam.

"Ng-ngapain bawa gue kesini?" Tanya Vanda akhirnya memberanikan diri. Bukan hanya gugup, kali ini dia sudah kehilangan akal untuk mengajak orang dingin itu bicara.

Cowok itu, Rival, dia hanya memberi arahan lewat mata tajamnya agar Vanda masuk kedalam. Melihat pergerakan mata itu bukannya Vanda tidak mengerti, dia hanya bingung kenapa dia harus masuk kedalam.

Tak pelak Vanda hanya menggeleng. Sama sekali tidak berminat dengan urusan tindak kriminal yang pasti sudah ada didalam sana. Melihat jam ditangannya dia berbalik, menyiakan satu kesempatan untuk berlama-lama menatap wajah Rival. Lagipula yang menunggunya di rumah sekarang adalah jauh lebih penting.

Rival kembali menariknya, kali ini bukan menyeret tangannya namun mencekal bahu ringan Vanda lalu mendorongnya untuk berbalik kepintu masuk ruang BK, dengan satu tangan. Hentakan pelan itu membuat Vanda berdecak, ingin rasanya membalas tatapan tajam Rival. Namun sayangnya pertahanannya tidak seberani itu.

Gak lama, Vanda berbalik ingin menanyakan sesuatu kenapa ia harus berdiri didepan pintu BK. Tengokannyapun dibalas dengan lorong kosong.

Kemana perginya Rival?

Gak lama ponselnya berdering, lagi-lagi nomor tidak dikenal. Membuat Vanda merinding mendadak, bukannya Vanda lupa. Dia ingat nomor belakangnya, dia ingat saat dimana dia terjebak di pertarungan mencekam malam itu. Ini pasti,

"Rival?" Tegas Vanda mantap.

"Masuk!" Pintanya benar-benar suara dingin seorang Rival Miko Sharon.

Vanda mengernyit, "kenapa? Kenapa gue harus masuk?" Entah kegugupan itu mendadak hilang karena dirinya merasa kesal saat ini. Lagipula Vanda tidak sedang berada didepan Rival, jadi dirinya tidak perlu salah tingkah.

"Kalau sampai kembaran gue kena skors, lo berhadapan sama gue."

Thut. Thut. Thut.

Telfon diputus sepihak.

"Maksudnya? Reval? Diskors gimana? Hubungannya sama gue apa?" Vanda mengumpat entah pada siapa. Menghentakkan kakinya gemas kemudian kembali melihat jam diponselnya.

Dia sudah sangat terlambat.

"Bodo amat ah." Vanda malas berfikir, itulah kenapa dia memilih untuk pergi dari sana. Lagipula Vanda sama sekali tidak mengerti apa maksud Rival. Cowok super dingin yang beraninya cuma ngomong lewat telfon, sama seperti bagaimana Rival menjadi bawel malam itu. Padahal pas ketemu langsung kicep. Sama seperti Vanda, tentu.

"Ih apaan sih. Woy!" Vanda bersumpah akan memaki cowok yang saat ini sedang menyeretnya kasar. Rival, dia datang entah dari mana. Memutar balik tubuh Vanda sekali lagi, lalu sekarang cowok itu mengetuk pintu BK. Membuat orang didalamnya keluar.

The BadBoy Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang