"Vanda." Panggil Rival dingin. Kiamat!
Sepertinya kali ini Vanda gagal marah. Dan kemarahan itu berbalik ke Rival, pacarnya.
"Ada apasih." Tanya Reval polos. Dibalas tatapan kesal oleh Vanda sambil ngedumel.
"Lo ngomong apa?" Reval seperti membaca gerakan mulut Vanda yang terbuka. Namun sama sekali tidak terdeteksi.
Vanda menepuk jidatnya sendiri, lalu kembali nyengir kuda. Memperlihatkan lesung pipinya dalam kepada Rival. "Jadi rencananya aku tuh mau ngajak kamu nonton abis uas tadi. Surprise gitu, kan kita belum pernah nonton. Dan dia," Vanda menunjuk Reval, "sengaja aku ajak. Biar bertiga. Tadinya aku ngajak Reval biar aku bisa ketemu dia. Soalnya udah seminggu lebih dia ngilang kan.
Eh taunya malah gini. Kalian malah tukeran posisi. Bikin aku bingung." Dengus Vanda. "Jangan salah paham." Ucapnya pelan sambil melirik ke Rival yang masih tidak terima dengan penjelasan Vanda.
"Jadi lo kangen gue? Pingin ketemu gue?" Reval sudah siap untuk membuka mulutnya lebar, saking senangnya. Saat sebelum itu kepalanya malah di toyor oleh Rival. "Anj,-" lotot Reval tidak meneruskan kalimatnya.
"Gak usah geer lo." Lirik tajam Vanda ke Reval.
"Berdua aja." Rival segera menarik tangan Vanda pergi. Membuat Reval mendengus tidak terima lalu segera menarik tangan Vanda yang lain.
"Enak aja lo. Gue yang diajak." Kali ini Reval menarik tangan Vanda lebih kuat dan beralih menarik bahu gadis itu dengan cepat hingga tubuh Vanda berhasil bersimpu didada Reval.
Membuat desiran aneh dari balik tubuh gadis itu.
"Singkirin tangan lo." Rival mengambil alih tubuh Vanda. Kali ini Vanda seperti diperebutkan antar saudara.
Vanda yang baru tersadar akan situasinya segera melepas rangkulan Rival lalu menatap kedua lelaki itu sengit.
"Gue yang ambil keputusan mau nonton sama siapa!" Vanda berkacak pinggang sambil meliriki keduanya.
Reval tersenyum sinis melihat kearah Rival. Rivalpun sama demikian. Keduanya rupanya kepedean.
Vanda mengeluarkan ponselnya, memencet tombol call pada nama seseorang.
"Hallo. Lo dimana. Kebetulan. Bisa kesini." Vanda memperhatikan dimana lokasinya berada. "Depan toko naughty ya. Oke. Gue tunggu."
Tek. Ponselnya dimasukkan kedalam saku.
"Jadi?" Tanya Reval tidak sabar.
Gak lama setelah itu Vanda tersenyum sipul karena seseorang datang dengan cepat.
"Hai." Sapa Vanda ceria. Ia bahkan sudah lupa jika ia sedang mode marah dengan si kembar.
"Hai." Gadis itu nampak kikuk. Melihat si kembar bergantian lalu melihat kearah Vanda. "Ada apa ya Van?" Tanyanya kemudian.
"Lo sendirian?" Tanya Vanda melihat seragam sekolah gadis itu masih melekat ditubuhnya. Dibaluti sweater pink.
Gadis itu mengangguk, "tadi mama nitip sesuatu. Jadi mampir dulu." Jelasnya.
"Ajeng?" Reval menunjuk Ajeng dengan jempolnya. Cowok itu sedikit sadar apa maksud Vanda. "Jangan bilang?" Geleng Reval tegas.
Vanda nyengir, "kita nonton."
***
"Rival, boleh aku ngobrol sebentar sama kamu?" Rival menoleh kesamping, melihat kearah Ajeng dengan tatapan datar. Sedang Vanda dan Reval saling melempar tatap tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...